tag:blogger.com,1999:blog-91397643432411893612024-02-20T22:23:15.733-08:00Arung SeniUnknownnoreply@blogger.comBlogger36125tag:blogger.com,1999:blog-9139764343241189361.post-88780838081816022702018-03-01T00:52:00.000-08:002018-03-01T01:10:04.401-08:00SILARIANG; Will You Die For Your Love?<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUMP3dcExYqtSuDKC5QLOX9cxtDtICDdYXbh_HhvnXJJ_SiSX6ThNGxeFnYiMfcRxFGRhUwvc8DbxeeSol7hcVdWYwH1-8xPFn0yTmbOyBA5wZCxGGrAQMrGYqTTs9kMY6ZjZ319kuTmto/s1600/Pipi.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="210" data-original-width="276" height="241" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUMP3dcExYqtSuDKC5QLOX9cxtDtICDdYXbh_HhvnXJJ_SiSX6ThNGxeFnYiMfcRxFGRhUwvc8DbxeeSol7hcVdWYwH1-8xPFn0yTmbOyBA5wZCxGGrAQMrGYqTTs9kMY6ZjZ319kuTmto/s320/Pipi.jpg" width="320" /></a></div>
<b>Oleh : Andi Nur Fitri Balasong</b><br />
<br />
Telah lama saya ingin menulis tinjauan mengenai film Silariang yang beberapa bulan lalu rilis di bioskop nasional. Namun karena kesibukan, ide itu selalu tertunda. Inilah penyakit penulis sebenarnya, need to find a ha solution....he he he...Sebagai orang Makassar saya tentu merasa penasaran dengan isi cerita film ini. Dari sisi judul, kata Silariang memang sangat akrab di telinga masyarakat Bugis Makassar. Meskipun kehidupan masyarakat Bugis Makassar telah berakselerasi sesuai dengan perkembangan zaman, namun stigma tentang Silariang tetap hidup dan tidak mampu terhapus sepenuhnya dari ingatan kolektif masyarakatnya.<br />
<br />
Adalah Puang Rabiah (Dewi Irawan) yang memulai klimaks dari fokus Cinta Yang Tidak Direstui (CYTD). Ia dalah ibunda dari Zulaikha (Andania Suri) seorang remaja yang sedang memadu cinta dengan Yusuf (Bisma Karisma). Ketiga aktor tersebut bukanlah penutur asli aksen bahasa Makassar, yang meskipun dalam beberapa scene masih terlihat gugup, namun berhasil mempertontonkan totalitas memerankan lakon masing-masing.<br />
<br />
Ketika kisah cinta antara Yusuf dan Zulaikha yang terjalin selama bertahun-tahun ingin disatukan dalam ikatan pernikahan, mereka pun terhadang restu keluarga besar Zulaikha, terutama sang Ibu. Alasan yang mungkin saja sepele namun tidak bagi sebagian kalangan masyarakat Bugis Makassar yaitu perbedaan strata sosial. Zulaikha lahir dari keturunan bangsawan, sementara Bisma terlahir dari golongan non bangsawan, meskipun kedua orang tuanya kaya raya. <br />
<h4>
Baca juga: <a href="http://arung.co/seni/jelang-hari-jadi-dan-hari-perlawanan-rakyat-luwu-idwar-terbitkan-tiga-buku-tentang-luwu/" rel="bookmark">Jelang Hari Jadi dan Hari Perlawanan Rakyat Luwu, Idwar Terbitkan Tiga Buku Tentang Luwu</a></h4>
Persoalan adat memang tak bisa dilebur begitu saja oleh perubahan zaman. Mereka yang memiliki keturunan sebagai bangsawan, dinilai hanya pantas menikah dengan sesamanya darah biru jika berharap terus mewarisi darah kebangsawanan tersebut. Tetapi itu tak ada artinya bagi Yusuf dan Zulaikha yang sedang dimabuk cinta. Sangat jelas terlihat tekad Yusuf yang nekad menikahi Zulaikha, meskipun tanpa restu keluarga Zulaikha, padahal Yusuf dan kelurganya telah melakukan manu’-manu’ , mendatangi keluarga calon mempelai perempuan dengan maksud ingin meminang sang gadis. Namun semua usaha Yusuf dan keluarganya sia-sia. Restu dari keluarga terutama sang Ibu, yang saat itu sudah berstatus janda karena sang ayah telah meninggal tidak kunjung didapatkan. Keluarga puang Rabiah bersikukuh, agar Zulaikha tidak menikah dengan pemuda yang tidak memiliki garis keturunan bangsawan secara patrilineal.<br />
<br />
Cerita berlanjut hingga Yusuf dan Zulaikha menikah dan mencari kehidupan mereka berdua. Dengan latar belakang perbukitan Karst dan Gua Rammang-rammang, film ini diramu sangat apik ketika menampilkan pesona wisata Sulawesi Selatan. Spot perbukitan cadas atau karst di daerah Maros memang menjadi pemandangan yang luar biasa indah bagi penonton. Sepasang sejoli itu kemudian menemukan tempat mereka untuk memahat hidup berdua jauh dari keramaian kota.<br />
<br />
Kehidupan Yusuf dan Zulaikha dimulai dari babak awal. Mereka harus beradaptasi dengan kehidupan perkampungan di sana, seperti bertani dan beternak secara konvensional untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari. Ya, cinta memang seringkali menjadi modal, dan dengan modal itulah mereka menghadapi hidup yang jauh berbeda dengan kehidupan mereka sebelumnya.<br />
<br />
<h4>
Baca juga: <a href="http://arung.co/seni/hibah-35-m-cipta-media-ekspresi-untuk-perempuan-pencipta-seni-dan-budaya-diluncurkan/" rel="bookmark">Hibah 3,5 M Cipta Media Ekspresi Untuk Perempuan Pencipta Seni dan Budaya</a></h4>
<br />
Hari-hari berjalan, Yusuf dan Zulaikha menjalaninya sebagai sepasang suami istri, hingga merekapun dikaruniai seorang putri. Masalah kelurga pun tak terhindarkan. Perkara paling sederhana misalnya adalah ketika Zulaikha mencuci pakaian yang sudah seminggu tertumpuk dan tidak kunjung dibereskan oleh Yusuf, padahal sang istri sedang dalam kondisi hamil tua. Seusai mencuci tumpukan pakaian, Zulaikha jatuh sakit karena kelelahan mengurus rumah, sebuah pekerjaan yang sering dipandang sebelah mata oleh sebagian orang. Masalah rumah tangga lain yang mereka hadapi adalah bagaimana mencukupi kebutuhan hidup, terutama dengan hadirnya buah hati mereka. Semua harta bawaan Zulaikha seperti emas pemberian ibunya hampir habis terjual, kecuali seuntai gelang yang disimpannya. Gelang itu sangat berharga baginya, ia laksana penjelamaan ibunya. Diam-diam Zulaikha masih menyimpannya karena ia pikir gelang itulah yang akan selalu membuatnya merasa berada dalam dekapan sang Ibu. Gelang itu menjadi penawar rindu kepada sang Ibu, yang telah ia tinggalkan sejak menikah dengan Yusuf.<br />
<br />
Yusuf juga kebingungan karena uang dan makanan telah menipis, sementara mereka harus tetap bertahan. Kiriman dari orang tua Yusuf pun tak ada lagi, adu mulut dan pertengkaran tak terhindarkan. Bahkan Yusuf sempat menawarkan perpisahan kepada Zulaikha. Zulaikha bukanlah perempuan yang cepat patah arang, dengan lantang ia berkata; “Saya ini keturunan Andi, sedari kecil saya diajarkan bagaimana mempertahankan harga diri” Mempertahankan biduk rumah tangga adalah sebuah harga diri, setidaknya itulah konsistensi yang ditunjukkan Zulaikha. Ia memang tampil sebagai seorang perempuan Bugis Makassar yang tangguh. Ketika rumah tangga membutuhkan dirinya untuk bertahan, ia rela mengorbankan semua hartanya, kecuali seuntai gelang yang membuatnya terus mengingat sang Ibu. Dan pernikahan adalah persoalan harga diri, sebuah pertanggungjawaban moral yang patut diacungi jempol telah ditunjukkan Zulaikha.<br />
<h4>
Baca juga: <a href="http://arung.co/daerah/idwar-23-januari-collective-memories-rakyat-luwu/" rel="bookmark">Idwar: 23 Januari Collective Memories Rakyat Luwu</a></h4>
<h4>
Baca juga: <a href="http://arungseni.blogspot.co.id/2018/02/5-artis-terkaya-dunia.html" rel="bookmark">Inilah 5 Penyanyi Terkaya di Dunia</a></h4>
Klimaks yang lain terjadi dibalik pertengkaran Yusuf dan Zulaikha. Puang Rabiah sebenarnya tak sanggup lagi menahan rindu pada putri tercintanya. Zulaikha yang pernah menempati rahimnya, telah bertahun-tahun pergi dengan lelaki yang tak direstuinya. Foto Zulaikha terus didekapnya. Linangan airmata dari malam ke malam berikutnya adalah penanda betapa ia ingin sekali membelai putri kecilnya, membalutkan selendang sutra di dadanya dan memeluknya erat serta menciumi kening dan rambutnya seraya membacakan doa agar hidupnya senantiasa bahagia. Tapi itu hanyalah ilusi. Ia tersadar dan terhentak sebuah kenyataan, sang putri itu telah berani melanggar titahnya...dan dengan tegas ia meminta saudara lelakinya, Puang Ridwan, untuk menyiapkan upacara Mabbaratta. Sebuah upacara kematian bagi Zulaikha. Ia tak lagi menganggap Zulaikha hidup. Tontonan yang mengiris hati sedang terjadi... <br />
<br />
Scene Mabbaratta sebetulnya adalah titik fokus yang bagus untuk diekplorasi. Betapa sebuah nilai adat atau norma yang hidup selama bertahun-tahun tetap menjadi referensi hidup. Tak peduli ia darah daging sendiri, nilai itu tetap berlaku bagi siapa saja yang dianggap membuat malu atau mappakasiri’-siri’. Hingga pada satu waktu Yusuf mendatangi kembali Puang Rabiah dengan maksud meminta pertolongan agar mendonorkan darahnya bagi cucunya sendiri yang sedang sakit parah. Keinginannya tak langsung dipenuhi, ia pun harus menghadapi ancaman Puang Ridwan yang menodongkan badik ke arah perutnya.<br />
<h4>
Baca juga: <a href="http://arung.co/polhuk/inilah-nomor-urut-peserta-pemilu-2019/" rel="bookmark">Inilah Nomor Urut Peserta Pemilu 2019</a></h4>
Film ini sebenarnya banyak memuat pelajaran terutama tentang budaya Bugis Makassar yang patut dilestarikan. Di tengah derasnya nilai-nilai global, nilai-nilai budaya lokal tetap menempati ruang dalam kesadaran masyarakat pendukungnya. Sebelum mengakhiri dengan indah kisah di film ini, kembali penonton disuguhi adegan mengharu biru. Zulaikha kembali ke rumahnya dan meminta maaf kepada Ibunda dengan cara mencium kaki sang Ibunda setelah dibasuhnya dengan air bersih. Alunan lagu Inninnawa Sabbarae –sebuah lagu ninabobo di kalangan masyarakat Bugis khususnya—menyihir siapapun yang menyaksikannya menitikkan air mata. Bagaimana pun keterpisahan yang pernah terjadi, Ibu tetap menjadi sosok yang menghangatkan. Jika ditelaah lebih jauh, Ininnawa adalah lubuk hati yang paling terdalam, yang mungkin disitulah kebenaran dan keabadian bersemayam. Kebenaran ikatan antara Puang Rabiah sebagai Ibu dan Zulaikha sebagai anak tetap abadi dalam senandung doa-doa lagu Ininnawa Sabbarae.<br />
<br />
Saya bukanlah kritikus film atau sastrawan dengan karya-karya mendunia. Tetapi jika saya diberi ruang untuk mengajukan kritik maka saya hanya ingin mengungkapkan bahwa, sebenarnya banyak titik fokus yang kurang tergali dalam kisah Yusuf dan Zulaikha dalam film Silariang. Makanya saya memberikan judul Will You Die for Your Love yang mungkin akan memberikan efek penasaran bagi calon penonton. Apa sebenarnya konsekuensi dari Silariang, atau mungkinkah tragis di akhirnya...Tetapi karena sudah rilis, biarlah menjadi catatan kecil bagi insan perfilman yang tetap ingin eksis menggali budaya lokal untuk dijadikan karya seni semisal film ataupun yang lainnya. Salut untuk Inipasti Comunica dan Indonesia Sinema Persada tentunya. Teruslah berkarya! <br />
<i>(Penulis adalah penikmat karya-karya sastra) </i><br />
<h4>
Baca juga: <a href="http://arungseni.blogspot.co.id/2018/02/cahaya-cahaya-di-atas-langit.html" rel="bookmark">Kota Tuhan</a></h4>
<h4>
Baca juga: <a href="http://arungseni.blogspot.co.id/2018/02/lelaki-dalam-lipatan-kelaminku.html" rel="bookmark">Lelaki dalam Lipatan Kelaminku</a></h4>
<h4>
Baca juga: <a href="http://arungseni.blogspot.co.id/2018/02/perempuan-yang-terbaring-dalam-lilin.html" rel="bookmark">Perempuan yang Terbaring dalam Lilin</a></h4>
<h4>
Baca juga: <a href="http://arungseni.blogspot.co.id/2018/02/diplomasi-di-atas-ranjang.html" rel="bookmark">Diplomasi di Atas Ranjang</a></h4>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9139764343241189361.post-82397292428623702352018-02-28T18:41:00.002-08:002018-03-02T23:30:59.979-08:00Film Cinta Daeng Mulai Syuting, Ini Persiapannya<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhirAyBiKGZxGHOKZPZJM3HDOhNLsjXKyjuycf6ko1zGNk1wLU4ad_9C8YsfvNta8t9Qqr_p3M05HN-rdW05bkMIAZ4Xn07rb3G8JtB2ZZosVks1qB-H_yePJeXqnGRa72AGY5TnsZEeF0u/s320/Pospera+WhatsApp+Image+2018-01-24+at+03.10.26.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="180" data-original-width="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhirAyBiKGZxGHOKZPZJM3HDOhNLsjXKyjuycf6ko1zGNk1wLU4ad_9C8YsfvNta8t9Qqr_p3M05HN-rdW05bkMIAZ4Xn07rb3G8JtB2ZZosVks1qB-H_yePJeXqnGRa72AGY5TnsZEeF0u/s320/Pospera+WhatsApp+Image+2018-01-24+at+03.10.26.jpeg" /></a></div>
<b>ARUNGSENI</b> – Selang lima hari setelah memperkenalkan para pemainnya melalui jumpa pers, produser film layar lebar <i>Cinta Daeng</i> mengawali syutingnya di area kantor Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (BP PAUD dan Dikmas) Sulawesi Selatan, Kamis (25/1/2018).<br />
<br />
Syuting berlangsung di halaman upacara kantor yang terletak di Jl Adhyaksa No 2 Makassar itu. Selain melibatkan kru, film ini memanfaatkan juga sejumlah karyawan BP PAUD dan Dikmas Sulsel sebagai pendukung.<br />
<h4>
Baca juga: <a href="https://arungseni.blogspot.co.id/2018/02/film-cinta-daeng-andalkan-bintang-lokal.html">Film Cinta Daeng Andalkan Bintang Lokal, Ini Nama-nama Artisnya</a></h4>
Film layar lebar bakal hadir mengangkat nilai-nilai lokal Sulawesi Selatan. Film bertema pendidikan ini, dibintangi para pemain lokal Sulawesi Selatan. Mereka adalah, sekumpulan anak muda dari berbagai perguruan tinggi di Makassar. Termasuk murid SD, SMP, dan SMA.<br />
<h4>
Baca juga: <a href="http://arung.co/hukum/publik-sulsel-tunggu-hasil-penyelidikan-kpk-di-c/" rel="bookmark">Publik Sulsel Tunggu Hasil Penyelidikan KPK di CPI</a></h4>
<div class="quads-location quads-ad2" id="quads-ad2" style="float: none; margin: 0px;">
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="pub-1769815067398202" data-ad-slot="5235551404" data-adsbygoogle-status="done" style="display: block; height: 0px; width: 735px;"><ins id="aswift_1_expand" style="background-color: transparent; border: none; display: inline-table; height: 0px; margin: 0; padding: 0; position: relative; visibility: visible; width: 735px;"><ins id="aswift_1_anchor" style="background-color: transparent; border: none; display: block; height: 0px; margin: 0; padding: 0; position: relative; visibility: visible; width: 735px;"></ins></ins></ins></div>
Bintang-bintang muda yang terlibat dalam film ini adalah Agie Jordan Prayuda sebagai Daeng, Lealonny Ashley sebagai Lea. Mereka didampingi bintang muda lokal lainnya seperti Zia Atha Gb dan Aulia Dwi Amanda Sarkia. Sutradara Dhamrana akan ikut memainkan dalam satu peran.<br />
<h4>
Baca juga: <a href="http://arung.co/seni/jelang-hari-jadi-dan-hari-perlawanan-rakyat-luwu-idwar-terbitkan-tiga-buku-tentang-luwu/" rel="bookmark">Jelang Hari Jadi dan Hari Perlawanan Rakyat Luwu, Idwar Terbitkan Tiga Buku Tentang Luwu</a></h4>
Film produksi Gerenimo Productions ini mengangkat konflik percintaan dan perjodohan di masyarakat Makassar yang dikemas dalam drama sinema. (re)<br />
<h4>
</h4>
<h4 class="post-title">
Baca juga: <a href="http://arung.co/polhuk/jokowi-serahkan-3-850-sertifikat-di-takalar/" rel="bookmark">Jokowi Serahkan 3.850 Sertifikat di Takalar</a></h4>
<h4>
Baca juga: <a href="http://arung.co/daerah/dua-tahun-jadi-walikota-palopo-harta-judas-amir-naik-500/" rel="bookmark">Dua Tahun Jadi Walikota Palopo, Harta Judas Amir Naik 500%</a></h4>
<h4>
Baca juga: <a href="http://arung.co/polhuk/inilah-nomor-urut-peserta-pemilu-2019/" rel="bookmark">Inilah Nomor Urut Peserta Pemilu 2019</a></h4>
<h4>
Baca juga: <a href="http://arungseni.blogspot.co.id/2018/02/cahaya-cahaya-di-atas-langit.html" rel="bookmark">Kota Tuhan</a></h4>
<h4>
Baca juga: <a href="http://arungseni.blogspot.co.id/2018/02/lelaki-dalam-lipatan-kelaminku.html" rel="bookmark">Lelaki dalam Lipatan Kelaminku</a></h4>
<h4>
Baca juga: <a href="http://arungseni.blogspot.co.id/2018/02/perempuan-yang-terbaring-dalam-lilin.html" rel="bookmark">Perempuan yang Terbaring dalam Lilin</a></h4>
<h4>
Baca juga: <a href="http://arungseni.blogspot.co.id/2018/02/diplomasi-di-atas-ranjang.html" rel="bookmark">Diplomasi di Atas Ranjang</a></h4>
<h6>
</h6>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9139764343241189361.post-65813342572527761132018-02-28T18:34:00.003-08:002018-03-02T01:55:22.666-08:00Film Cinta Daeng Andalkan Bintang Lokal, Ini Artis-artisnya<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0hVYe_0FKq_OHDbrTWCk86w6XnC9iQ0lpUhY-1gE713WpPxqU0p6v1ugnXIiVMBkbD4azPv4HEFvolBFdB5T_-lL6DvQuPXRcfTe-iBDnX6qW89pxa-H_pqrb6r34YNR1PCcx18ETnMdy/s1600/Pospera+WhatsApp+Image+2018-01-24+at+03.10.26.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="720" data-original-width="1280" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0hVYe_0FKq_OHDbrTWCk86w6XnC9iQ0lpUhY-1gE713WpPxqU0p6v1ugnXIiVMBkbD4azPv4HEFvolBFdB5T_-lL6DvQuPXRcfTe-iBDnX6qW89pxa-H_pqrb6r34YNR1PCcx18ETnMdy/s320/Pospera+WhatsApp+Image+2018-01-24+at+03.10.26.jpeg" width="320" /></a></div>
<b>ARUNGSENI</b> – Satu lagi film layar lebar bakal hadir mengangkat nilai-nilai lokal Sulawesi Selatan. <a href="http://indeks.kompas.com/tag/film">Film</a>
bertema pendidikan ini dibintangi pemain lokal Sulawesi Selatan. Mereka
adalah anak muda dari berbagai kampus di Makassar. Termasuk murid SD,
SMP, dan SMA.<br />
Bintang yang akan terlibat dalam film yang akan memilih area Balai
Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Sulsel
ini sebagai loksi syuting ini adalah Agie Jordan Prayuda sebagai Daeng,
Lealonny Ashley sebagai Lea.<br />
<h4>
Baca juga: <a href="http://arung.co/teater-dan-film/syahriar-tato-parfi-memberikan-spirit-pada-perfilman-di-sulsel/" rel="bookmark">Syahriar Tato: Parfi Memberikan Spirit bagi Perfilman di Sulsel</a></h4>
<h4>
Baca juga: <a href="http://arung.co/daerah/relawan-prof-andalan-nonton-bareng-film-datu-musengmaipa-deapati/" rel="bookmark">Relawan Prof Andalan Nonton Bareng Film Datu Museng&Maipa Deapati</a></h4>
Mereka akan didampingi bintang muda lokal lainnya seperti Zia Atha Gb
dan Aulia Dwi Amanda Sarkia. Sutradara Dhamrana akan ikut memainkan
salam satu peran.<br />
Film produksi Gerenimo Productions ini akan memulai syuting, 25
Januari 2018 ini, mengangkat konflik percintaan dan perjodohan di
masyarakat Makassar yang dikemas dalam drama sinema.<br />
Melalui film yang difasilitasi Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (BP PAUD
dan Dikmas) Sulawesi Selatan ini diharapkan bisa mengubah sudut pandang
para orangtua dalam menyikapi perjodohan anak-anaknya di zaman
sekarang.<br />
<div class="quads-location quads-ad2" id="quads-ad2" style="float: none; margin: 0px;">
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="pub-1769815067398202" data-ad-slot="5235551404" data-adsbygoogle-status="done" style="display: block; height: 0px; width: 735px;"><ins id="aswift_1_expand" style="background-color: transparent; border: none; display: inline-table; height: 0px; margin: 0; padding: 0; position: relative; visibility: visible; width: 735px;"><ins id="aswift_1_anchor" style="background-color: transparent; border: none; display: block; height: 0px; margin: 0; padding: 0; position: relative; visibility: visible; width: 735px;"></ins></ins></ins></div>
<h4>
Baca juga: <a href="http://arung.co/edukasi/film-cinta-daeng-syuting-perdana-di-bp-paud-dan-dikmas-sulsel/" rel="bookmark">Film Cinta Daeng Mulai Syuting</a></h4>
<h4>
Baca juga: <a href="http://arung.co/teater-dan-film/film-cinta-daeng-syuting-perdana-di-bppaud-dikmas-sulsel/" rel="bookmark">Film Cinta Daeng Syuting Perdana di BP PAUD Dikmas Sulsel</a></h4>
Produser film <a href="http://indeks.kompas.com/tag/cinta-daeng">Cinta Daeng</a>,
Mario Fransisco, pada konferensi di Aula Angin Mammiri Balai
Pengenbangan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat
Sulawesi Selatan mengatkan, melalui film ini diharapkan bisa diterima
masyaraka Sulsel dan menjadi tontonan yang berbeda dibandingkan
film-film sebelumnya.<br />
“Melalui film ini dapat menunjukkan kualitas serta kekuatan dunia
perfilman di Kota Makassar yang kaya bahasa dan budaya,” kata Mario.<b>(re)</b><br />
<h4>
Baca juga: <a href="http://arung.co/politik/dinasti-politik-di-indonesia-pada-pilkada-2018-siapa-saja-mereka/" rel="bookmark">Dinasti Politik di Indonesia pada Pilkada 2018, Siapa Saja Mereka?</a> </h4>
<h4>
Baca juga: <a href="http://arung.co/polhuk/jokowi-dikerubuti-warga-gowa/" rel="bookmark">Jokowi Dikerubuti Warga Gowa</a>
</h4>
<h4>
Baca juga: <a href="http://arung.co/daerah/jelang-hari-jadi-dan-hari-perlawanan-rakyat-luwu-idwar-terbitkan-tiga-buku-tentang-luwu/" rel="bookmark">Jelang Hari Jadi dan Hari Perlawanan Rakyat Luwu, Idwar Terbitkan Tiga Buku Tentang Luwu</a></h4>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9139764343241189361.post-49648133718606692292018-02-28T18:30:00.000-08:002018-03-14T07:20:38.141-07:00Kru Film Cinta Daeng Mulai Beraksi di BP PAUD Dikmas Sulsel <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://arung.co/wp-content/uploads/2018/01/daeng3-735x400.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="400" data-original-width="735" height="174" src="https://arung.co/wp-content/uploads/2018/01/daeng3-735x400.jpg" width="320" /></a></div>
<b>ARUNGSENI</b> – Jika tak ada aral melintang, Film
Layar Lebar Cinta Daeng akan melakukan syuting perdana, Kamis, 25
Januari 2018, di Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan
Pendidikan Masyarakat (BP PAUD dan Dikmas) Sulawesi Selatan.<br />
<br />
Hal tersebut terungkap dalam jumpa pers perkenalan bintang-bintang
pendukung yang memanfaatkan potensi lokal pemain lokal, di Aula Angin
Mammiri BPPAUD dan Dikmas Sulawesi Selatan, Jumat (19/1/2018).<br />
<h4>
Baca juga: <a href="http://arung.co/teater-dan-film/film-cinta-daeng-andalkan-bintang-lokal/" rel="bookmark">Film Cinta Daeng Andalkan Bintang Lokal, Ini Nama-nama Artisnya</a></h4>
<h4>
Baca juga: <a href="http://arung.co/seni/jelang-hari-jadi-dan-hari-perlawanan-rakyat-luwu-idwar-terbitkan-tiga-buku-tentang-luwu/" rel="bookmark">Jelang Hari Jadi dan Hari Perlawanan Rakyat Luwu, Idwar Terbitkan Tiga Buku Tentang Luwu</a> </h4>
Film ini menampilkan pemain-pemain muda lokal Sulsel hasil casting
yang diikuti mahasiswa dari berbagai kampus di Makassar. Ada juga siswa
SD, SMP, dan SMA yang terlibat dalam film tersebut.<br />
<div class="quads-location quads-ad2" id="quads-ad2" style="float: none; margin: 0px;">
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="pub-1769815067398202" data-ad-slot="5235551404" data-adsbygoogle-status="done" style="display: block; height: 0px; width: 735px;"><ins id="aswift_1_expand" style="background-color: transparent; border: none; display: inline-table; height: 0px; margin: 0; padding: 0; position: relative; visibility: visible; width: 735px;"><ins id="aswift_1_anchor" style="background-color: transparent; border: none; display: block; height: 0px; margin: 0; padding: 0; position: relative; visibility: visible; width: 735px;"></ins></ins></ins></div>
Bintang-bintang muda itu adalah Agie Jordan Prayuda sebagai Daeng,
Lealonny Ashley sebagai Lea. Ada juga bintang muda lokal lainnya seperti
Zia Atha Gb, Aulia Dwi Amanda Sarkia, dan Dhamrana yang sekaligus
bertindak sebagai sutra dara.<br />
<h4>
Baca juga: <a href="http://arung.co/politik/dinasti-politik-di-indonesia-pada-pilkada-2018-siapa-saja-mereka/" rel="bookmark">Dinasti Politik di Indonesia pada Pilkada 2018, Siapa Saja Mereka?</a> </h4>
Film layar lebar ini akan mengangkat konfik percintaan dan perjodohan
dalam kehidupan remaja di Makassar. Kisahnya dikemas dalam drama sinema
dengana tokoh utama Daeng dan Lea yang berprofesi sebagai guru
pendidikan anak usia dini. (re)<br />
<h4>
</h4>
<h4>
Baca juga: <a href="http://arung.co/polhuk/jokowi-dikerubuti-warga-gowa/" rel="bookmark">Jokowi Dikerubuti Warga Gowa</a></h4>
<h4>
</h4>
<h4>
Baca juga: <a href="http://arung.co/polhuk/inilah-nomor-urut-peserta-pemilu-2019/" rel="bookmark">Inilah Nomor Urut Peserta Pemilu 2019</a></h4>
<h4>
Baca juga: <a href="http://arungseni.blogspot.co.id/2018/02/cahaya-cahaya-di-atas-langit.html" rel="bookmark">Kota Tuhan</a></h4>
<h4>
Baca juga: <a href="http://arungseni.blogspot.co.id/2018/02/lelaki-dalam-lipatan-kelaminku.html" rel="bookmark">Lelaki dalam Lipatan Kelaminku</a></h4>
<h4>
Baca juga: <a href="http://arungseni.blogspot.co.id/2018/02/perempuan-yang-terbaring-dalam-lilin.html" rel="bookmark">Perempuan yang Terbaring dalam Lilin</a></h4>
<h4>
Baca juga: <a href="http://arungseni.blogspot.co.id/2018/02/diplomasi-di-atas-ranjang.html" rel="bookmark">Diplomasi di Atas Ranjang</a></h4>
<h4>
</h4>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9139764343241189361.post-34270358138087667972018-02-28T18:23:00.000-08:002018-03-02T01:22:27.360-08:00Relawan NA-ASS Nonton Bareng Film Datu Museng&Maipa Deapati<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0hVYe_0FKq_OHDbrTWCk86w6XnC9iQ0lpUhY-1gE713WpPxqU0p6v1ugnXIiVMBkbD4azPv4HEFvolBFdB5T_-lL6DvQuPXRcfTe-iBDnX6qW89pxa-H_pqrb6r34YNR1PCcx18ETnMdy/s1600/Pospera+WhatsApp+Image+2018-01-24+at+03.10.26.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="720" data-original-width="1280" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0hVYe_0FKq_OHDbrTWCk86w6XnC9iQ0lpUhY-1gE713WpPxqU0p6v1ugnXIiVMBkbD4azPv4HEFvolBFdB5T_-lL6DvQuPXRcfTe-iBDnX6qW89pxa-H_pqrb6r34YNR1PCcx18ETnMdy/s320/Pospera+WhatsApp+Image+2018-01-24+at+03.10.26.jpeg" width="320" /></a></div>
<b>ARUNGSENI</b> – FIlm Maipa Deapati dan Datu Museng
dalam beberapa minggu ini menjadi perbincangan di kalangan masyarakat
Sulawesi Selatan. Film yang diangkat dari kisah cinta Datu Museng dan
Maipa Deapati ini merupakan sebuah kisah yang romantis dan heroik. Film
garapan sutradara Rere Ar2tonik ini memang sedang naik daun di
bioskop-bioskop, khususnya di Sulsel.<br />
<h4>
Baca juga: <a href="http://arung.co/politik/safari-nurdin-abdullah-di-selayar-masyarakat-perlu-diajak-bicara-tidak-sekedar-seremoni/" rel="bookmark">Safari Nurdin Abdullah di Selayar, Masyarakat Perlu Diajak Bicara Tidak Sekedar Seremoni</a></h4>
Apresiasi masyarakat untuk menonton film ini memang cukup tinggi.
Acara nontong bareng bahkan dilakukan banyak keluarga, terlebih
komunitas-komunitas di Sulsel. Salah satunya yang melakukan nonton
bareng adalah Tim Relawan TurikalengNA Maros. Tim relawan pasangan calon
Gubernur Prof. Nurdin Abdullah ini menggelar nonton bareng Film Maipa
Deapati dan Datu Museng di XXI M’tos, Makassar (19/1).<br />
<div class="quads-location quads-ad2" id="quads-ad2" style="float: none; margin: 0px;">
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="pub-1769815067398202" data-ad-slot="5235551404" data-adsbygoogle-status="done" style="display: block; height: 0px; width: 735px;"><ins id="aswift_1_expand" style="background-color: transparent; border: none; display: inline-table; height: 0px; margin: 0; padding: 0; position: relative; visibility: visible; width: 735px;"><ins id="aswift_1_anchor" style="background-color: transparent; border: none; display: block; height: 0px; margin: 0; padding: 0; position: relative; visibility: visible; width: 735px;"></ins></ins></ins></div>
Dalam kesematan nonton bareng itu, puluhan relawan muda turut hadir.
Koordinator Kegiatan, Irwan G menuturkan bahwa mereka sengaja menggelar
nonton bareng ini, selain mengapresiasi karya anak bangsa dan khazanah
kearifan lokal, juga menjadi edukasi bagi kami tentang tokoh pejuang di
Sulawesi Selatan.<br />
<h4 dir="auto">
Baca juga: <a href="http://arung.co/politik/nurdin-abdullah-berkunjung-ke-sinode-gereja-toraja/" rel="bookmark">Nurdin Abdullah Berkunjung ke Sinode Gereja Toraja</a></h4>
“Jika dulu, Datu Museng dan Maipa adalah figur pejuang Sulsel melawan
Belanda, di masa depan ada Prof Andalan yang akan menjadi pejuang
Sulsel melawan kemiskinan. Bahkan NA telah membuktikan karyanya selama
dua periode memimpin Kabupaten Bantaeng,” ungkapnya.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9139764343241189361.post-35561957801497837462018-02-25T17:37:00.002-08:002018-02-28T17:47:49.606-08:00Air Mata Ibu<div style="text-align: left;">
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--></div>
<div style="text-align: left;">
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin-top:0in;
mso-para-margin-right:0in;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0in;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style>
<![endif]-->
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b><span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Cerpen
Idwar Anwar</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifPP0HJYU-_jCorAFbJfz1BJNW58WGOxquZIVtOimRIZF52ZXpBhsMpp8ii9G69ncA74ESQ4paiaIclSMamJnT4LrRUU9TyVeyglBtMeYlp03WI9RYpJOa8ucdHm5o1ZvXn2-J_Ojq9TRs/s1600/Edo.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="491" data-original-width="360" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifPP0HJYU-_jCorAFbJfz1BJNW58WGOxquZIVtOimRIZF52ZXpBhsMpp8ii9G69ncA74ESQ4paiaIclSMamJnT4LrRUU9TyVeyglBtMeYlp03WI9RYpJOa8ucdHm5o1ZvXn2-J_Ojq9TRs/s200/Edo.jpg" width="145" /></a></div>
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;"><b><span style="font-family: serif;">MATA</span></b> perempuan itu sembab. Kelopak matanya yang banyak dirambati garis-garis keriput
sesekali mengatup. Perempuan tua itu terisak. Ada pedih yang menggelayuti
perasaannya. Ia menarik nafas setelah berkali-kali perbuatan itu dilakukannya. </span><span lang="NL" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Ia ingin membuang tumpukan resah di
dadanya yang kian menggunung dan dipenuhi belukar. Tapi teramat sulit. Ia bahkan
kadang tak sanggup menguasai dirinya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span lang="NL" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Lalu perlahan perempuan tua itu berdiri. Tatapannya
berusaha menerobos kegelapan melalui jendela yang sedikit terbuka. Namun
kegelapan tak memberikannya sesuatu yang berarti. Seraya menarik nafas panjang
dan membuangnya dengan cepat, ia berdiri lantas melangkah gontai menuju jendela.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span lang="NL" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Jari-jari lentiknya yang juga telah berkerut perlahan membuka
jendela itu semakin lebar. Suara derit terdengar pelan. Tatapannya kadang redup
menyorot di kegelapan malam. Angin yang berkesiur terasa dingin membentur
tubuhnya yang renta. Resah menggeliati jiwanya. Perempuan dengan larik-larik
duka itu kembali menarik nafas. Terasa berat. Ia benar-benar merasakan teramat banyak
perjalanan hidupnya yang tak mampu ia terjemahkan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Sorot
matanya masih membentur pekat malam. Daun-daun yang berguguran dirasakannya
berjatuhan dalam dadanya. Perempuan tua itu kembali berusaha memenjara masa
lalunya. Masa lalu bersama anak semata wayang yang begitu dicintainya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Namun yang
ia rasakan hanyalah kelam yang mengungkung. Perempuan itu tak mampu lari. </span><span lang="NL" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Ia tersekap begitu saja dan tenggelam di
dalam pusarannya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span lang="NL" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Akhh,” suaranya tersedak. </span><span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Di
tariknya kembali nafas dalam-dalam. Air mata tiba-tiba memburamkan
pandangannya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Resah. Sejenak
ia memalingkan wajahnya ke dalam rumah lalu kembali menatap ke luar jendela. </span><span lang="NL" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Perempuan itu pelan-pelan mengangkat
wajahnya dan menengadah ke langit. </span><span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Ia
seperti tak ingin air matanya tumpah membasahi garis-garis renta di pipinya.
Pandangannya benar-benar kabur. Cahaya bulan yang mulai terang, bias di
matanya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Lisa,
mengapa kau begitu tega pada ibu?” suaranya lemah berusaha menerobos kepekatan
hatinya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Dibuangnya
keresahan yang mengecambah dalam dadanya. </span><span lang="NL" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Yang ia rasakan detak jantungnya berpacu,
seperti saling berkejaran dengan derita.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Lisa,
bukankah ibu adalah bagian dalam dirimu? Tapi mengapa kau tarik dan hempaskan
ibu dalam gulita ini?” Suaranya berat. Begitu sulit mengalir dari bibirnya.
Seperti tertahan di tenggorokan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Malam
kian kelam. Angin yang menerpa tubuhnya membuatnya gigil. Di kejauhan, suara binatang
malam lamat-lamat berlomba memperdengarkan suaranya. Ada risau. </span><span lang="IN" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Kenyerian yang panjang. </span><span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Begitu banyak kegelisahan yang berlumutan. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Ditatapnya
pohon yang berkelindang dalam bola matanya. Daun-daun masih berguguran. </span><span lang="NL" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Angin berhembus kencang seperti membaca
kegelisahannya. Derit daun jendela yang diterpa angin kembali terdengar. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span lang="NL" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Perempuan tua itu membalikkan tubuhnya, melangkah ke arah
tempatnya semula duduk. Sebuah bingkai foto yang di beberapa bagiannya nampak retak,
tergeletak di atas meja yang ditutupi kain kusam. Selembar foto buram seorang
perempuan cantik nampak tersenyum dari dalam bingkai foto itu. Manis sekali. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span lang="NL" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Kembali perempuan itu menarik nafas. Ia menatap foto yang
tergeletak di hadapannya. </span><span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Selembar foto
perempuan muda yang sedang tersenyum </span><span lang="IN" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">itu </span><span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">tiba-tiba membakar
bola matanya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Ahh. Mengapa
senyum yang begitu manis ini membuatku tak mampu merasakan kebahagiaan. Kenapa
senyuman ini hanya menyisakan kesedihan yang teramat menyiksa dalam diriku,”
ucapnya membatin</span><span lang="IN" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;"> sedikit mendesis</span><span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span lang="IN" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Tapi p</span><span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">erempuan tua itu
tak sanggup menjawab pertanyaan</span><span lang="IN" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">-pertanyaannya sendiri. Pertanyaan</span><span lang="NL" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;"> yang terlintas dan </span><span lang="IN" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">terus menerus </span><span lang="NL" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">mematuk-matuk dalam benaknya.</span><span lang="IN" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">***</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Seorang
bayi perempuan mungil lahir dari rahim perempuan itu hampir 20 tahun lalu.
Tangis bayi itu menyemarakkan senyum orang-orang yang berdiri di sekitarnya. </span><span lang="NL" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Orang-orang yang sedari tadi menunggu dengan
gelisah kelahiran sang bayi. Perempuan itu tersenyum renyah. Meski tetesan
keringat masih menempel jelas di permukaan wajahnya, tapi tak sanggup menutupi
senyum kebahagiaan yang ia rasakan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span lang="NL" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Butiran-butiran keringat yang bermunculan dari
pori-porinya, malah nampak menyegarkan kulit wajahnya yang putih bersih. Dan
tangis sang bayi yang masih berbalut air ketuban menumbuhkan bunga-bunga dalam
dirinya. Ribuan sakit yang ia rasakan seketika saja sirna oleh tangis sang
bayi. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Hampir 20
tahun lalu, bayi itu masih mungil. Hanya tangis yang ia sisakan dalam setiap
tarikan nafasnya. Sang bayi meraung, dan orang-orang yang mendengarkannya hanya
tersenyum. Mereka malah bergembira dan meletakkan mulut sang bayi di telinganya,
membiarkan suara tangis itu merambati labirin telinganya. Lalu mereka tertawa</span><span lang="IN" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;"> g</span><span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">embira.</span><span lang="IN" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;"> Bahagia mendapatkan seorang pelanjut
generasi.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Membayangkan
20 tahun lalu, perempuan itu lalu tersenyum. Walau di sudut matanya
segerombolan titik air masih bermunculan. Ia membayangkan sang bayi tumbuh
dengan cerianya. Berlajar berucap. Ia pun tak bosan-bosannya mengajari</span><span lang="IN" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">nya</span><span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;"> kata-kata.
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span lang="NL" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Aaa… aaa… aaa… aaa….”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span lang="NL" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Maammm.” Suara sang bayi terasa garing di telinganya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span lang="NL" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Sebagai seorang ibu, ia terus saja mengajari sang bayi merangkai
kata demi kata menjadi kalimat-kalimat indah. Tak sekalipun ia mengajari
anaknya kata-kata kasar. Lidah sang bayi dibiarkannya merangkak dari satu huruf
ke huruf yang lain. Ia menuntunnya dengan kegembiraan seorang ibu yang telah menyematkan
harapan pada sang bayi. Sebuah harapan yang kelak menjadikannya seorang perempuan
yang akan menyeruput kesempurnaan kebahagiaan sebagai seorang ibu.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Lantas,
salahkah bila semua kebahagian itu ia inginkan dari sebuah pengorbanan? Salahkan
jika ia harus memberikan keseluruhan jiwa raganya untuk menjaga sebuah amanah
yang dilimpahkan oleh Sang Maha Pemberi kepadanya? Sejumlah pertanyaan terus
berkecamuk dalam kepalanya, berlomba-lomba ingin keluar dan mempertegas keberadaannya
sebagai seorang ibu.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Perempuan
itu kembali tersenyum. Ia teringat ketika anaknya mulai belajar merangkak. </span><span lang="NL" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Dengan penuh kasih sayang ia mengajari
sang anak belajar berdiri. Akhh, kebahagiaan begitu sempurna di depan matanya.
Ia benar-benar merasakan dirinya sebagai perempuan paling bahagia ketika itu,
meski suaminya telah meninggal satu bulan sebelum kelahiran sang bayi.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span lang="IN" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Membayangkan semua itu, s</span><span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">udut
mata perempuan itu berkilauan. Walau di sudut bibirnya, ia juga mencoba menarik
garis-garis senyum yang dirasakannya hambar. Ia tak pernah membayangkan jika
mulut yang dengan segala keikhlasannya diajarkannya untuk mengucapkan kata-kata,
ternyata mulut itulah yang telah memuntahkan kata-kata kotor kepadanya. Mulut
itulah yang dengan keberingasannya memporak-porandakan segala harapannya
sebagai seorang ibu. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Sungguh,
ia betul-betul tak pernah membayangkan kata yang satu demi satu pernah diejakannya
itu telah menjadi beribu-ribu kata yang kini menyayat-nyayat perasaannya.
Setiap kata yang diajarkannya telah menjelma ribuan tawon yang dengan garang
menyerang dan menusuk-nusuk setiap titik kesadarannya sebagai seorang ibu.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span lang="NL" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Perempuan itu hanya menangis dan menangis dalam
kebekuannya. Angin yang menyaput wajahnya melalui jendela yang terbuka lebar
sedikit meredam tangisnya</span><span lang="IN" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">, namun menuai gigil</span><span lang="NL" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">. Hanya butiran-butiran bening yang
bertumbuh satu demi satu di sudut matanya. Berkali-kali ia menarik nafas, tapi
sesak begitu sulit ia hempaskan. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span lang="NL" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Diraihnya foto berbingkai remuk yang masih tergeletak
dihadapannya. Jemarinya yang sedikit </span><span lang="IN" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">gemetar</span><span lang="NL" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;"> perlahan mengusap wajah dalam bingkai foto itu. </span><span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Penuh perasaan ia meraba-raba wajah cantik yang tersenyum itu. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Anakku</span><span lang="IN" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">,</span><span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;"> kau
sungguh cantik. Tapi wajah ini, </span><span lang="IN" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">mengapa</span><span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;"> terasa begitu
hambar dalam diriku. Padahal dari rahimkulah semua yang kau miliki bermula di
dunia.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Dibelainya
bibir mungil yang tersenyum indah itu. </span><span lang="NL" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Ia menarik nafas </span><span lang="IN" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">panjang</span><span lang="NL" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">. </span><span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Tak <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>sanggup ia membayangkan bagaimana bibir mungil
ini memuntahkan ribuan nanah di wajahnya. Tak kuasa ia memutar kembali masa
kelam, dimana bibir itu dengan teganya memaku awan gelap di wajahnya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Lisa
mengapa bibir mungilmu ini kau gunakan untuk mencaci-maki ibu? Tak sanggup
kubayangkan dari bibir indah ini, ribuan sampah kau semburkan dengan wajah kaku
dan mata melotot. Bukankah sekian lama telah kuajarkan kalimat-kalimat indah?</span><span lang="IN" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;"> Darimana kau dapatkan kalimat-kalimat
kotor dan menjijikkan itu? Adakah orang yang mengajarimu hanya untuk sekedar
menyakiti hati ibu?”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span lang="IN" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Dadanya sesak. Bertumpuk-tumpuk karang bertengger di
dadanya. Perempuan itu meradang. Ia membayangkan ketersiksaan yang teramat </span><span lang="NL" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">menyakitkan. </span><span lang="IN" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Namun</span><span lang="NL" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;"> ia terus berusaha merenda doa-doa bagi
sang anak. </span><span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Doa-doa yang diselimuti air mata, darah
dan bahkan bercampur nanah. Doa-doa yang dipanjatkan dengan bibir dan tangan
gemetar. Doa-doa yang dilafalkan dengan lidah yang telah menghitam.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Sungguh,
yang ia bayangkan hanyalah udara renyah dengan anginnya yang jernih memenuhi
rongga dadanya dan mengalir di setiap aliran darahnya. Yang ia bayangkan
hanyalah negeri dimana sungai-sungai mengalirkan air bening. Sungai-sungai yang
merapalkan mantra dimana apapun yang mengalir di dalamnya akan membawa
kebaikan. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Sekian
lama, kepedihan menjadi percintaan baginya. Perempuan itu tak pernah menanam
benci dalam dirinya. Semua doa-doa untuk anaknya mengalir dengan segala kei</span><span lang="IN" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">k</span><span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">hlasan.
Ia hanya membayangkan negeri dimana matahari hanya memancarkan cahaya sejuk. </span><span lang="NL" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Negeri dimana pohon-pohon yang bertangkai
kilat dan berbunga bulan tumbuh menjuntai dari langit. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span lang="NL" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Ya, yang ia bayangkan hanyalah sebuah negeri dimana ia
dapat menyaksikan keindahan yang belum pernah disaksikannya selama hidup. Ia </span><span lang="IN" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">mendambakan</span><span lang="NL" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;"> negeri yang tak pernah terlintas dalam
benaknya, namun ia yakin negeri itu adalah negeri yang dipenuhi kedamaian dan
kesejukan. Negeri dimana ia bisa terbang dan tak terpenjara oleh ruang dan
waktu.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span lang="NL" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Tapi semuanya begitu saja sirna ketika ia diseret, dikerangkeng
dan dipaksa membayangkan sumpah serapah dari bibir mungil sang anak. Ia takut,
apa yang dibayangkannya menjadi sia-sia karena tak mampu membawa sang anak
menjadi manusia yang memiliki totalitas penghambaan yang hakiki. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span lang="NL" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Perempuan itu menarik nafas dalam-dalam. Ada gelisah yang
kian membelukar di wajahnya. Ada resah yang memaku duka di matanya yang
kemudian kembali menggenangi bola mata itu dengan air bening.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span lang="NL" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Ia kembali mengusap wajah yang terkapar dalam bingkai
foto di hadapannya. Dengan lembut dielusnya jari lentik anaknya. Sesekali
kesejukan merambat. Namun dengan cepat terhalau kembali oleh rasa perih yang
menyayat; berdarah.</span><span lang="IN" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span lang="NL" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Jarimu begitu indah anakkku. Tapi sungguh, tak pernah
kubayangkan sekalipun </span><span lang="IN" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">jemari</span><span lang="NL" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;"> ini bisa berbuat
kejam, bahkan kepada ibumu sendiri. Tak pernah kubayangkan jari inilah yang
meneteskan darah dari tubuh ibu yang telah renta ini,” ucapnya membatin. Tak
sanggup rasanya jika kata-kata itu keluar lagi dari mulutnya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span lang="NL" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Tatapannya melekat pada jemari Lisa. </span><span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Bentuk dan ruas-ruasnya bagai batang-batang bambu yang ujungnya
mengecil. Kuku-kukunya yang bening bagai bercermin di telaga. Tapi jangan suruh
ia membayangkan bagaimana jari-jari itu diajarinya menggenggam. Atau bagaimana
jari-jari itu ia kuatkan agar kelak tidak menjadi lemah</span><span lang="IN" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;"> dan mampu berguna untuk kebaikan</span><span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">. Jangan suruh perempuan itu untuk membayangkannya, sebab ia
tak kuasa membayangkan jika ternyata jari-jari itulah yang kelak menampar
wajahnya dan menorehkan luka-luka di tubuhnya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span lang="NL" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Anakku, mengapa kau mampu melakukan semua itu pada ibumu.
Bukankah ibu hanya mengajarimu kelembutan?” Batinnya kian tersiksa. Ditariknya
nafas sedalam yang dadanya mampu tampung hingga mau meledak.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span lang="NL" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Tetapi perempuan itu dipaksa masuk dan menyelami masa
lalunya. </span><span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Ia lalu membayangkan pula bagaimana ia
membimbing sang anak untuk belajar berjalan. Memorinya memutar kenangan bagaimana
ia menguatkan kaki-kaki anaknya agar mampu menopang tubuhnya dan mulai
melangkahkan kakinya sedikit demi sedikit. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Namun,
sepertinya dunia ingin mengutuknya. Ia benar-benar tak pernah membayangkan jika
kaki-kaki yang dikuatkannya itulah yang kelak akan mendangnya</span><span lang="IN" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">,</span><span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;"> hingga
ke ujung langit kesadarannya. Kaki-kaki itulah yang membuatnya sempat lumpuh
karena terjatuh dari tangga setelah kaki-kaki itu menendang tubuhnya dengan keras.
Ya, sekuat yang dulu ia inginkan, tapi bukan untuk menendang tubuhnya; </span><span lang="IN" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">tapi </span><span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">untuk
berjuang hidup.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">***</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span lang="IN" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Membayangkan semuanya, membuat perempuan itu menjadi
batu. Ia lebih memilih menjadi batu daripada harus melahirkan seorang anak yang
kelak akan menjadikannya sampah. Namun ia tetaplah ibu, seorang ibu yang
ditakdirkan untuk melahirkan manusia-manusia apapun ke dunia. Melalui
rahimnyalah kehidupan di dunia ini mulai berjalan. Dan karena itulah, ia tetap
memiliki kasih sayang.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span lang="IN" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Perempuan itu pernah membayangkan anaknya akan datang,
setelah sekian tahun meninggalkannya, dengan senyuman yang terindah. Berlarian
dari ujung halaman dan mendekapnya dengan dekapan seorang anak yang merindukan
belaian dan kasih sayang seorang ibu. Membayangkan anaknya datang dengan linangan
air mata seorang anak yang ingin berbakti kepada ibunya. Tapi semua hanya tinggal
harapan. Anaknya tak pernah muncul. Di ujung halaman, berhari-hari,
berminggu-minggu, berbulan-bulan bahkan tahun berganti, anak yang didambakannya
tak juga kunjung datang.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span lang="IN" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Ia menarik nafas. Begitu berat rasanya. Batinnya
meradang, “Anakku, mengapa kau pergi begitu saja tanpa pernah memohon ampun dan
bersujud di kaki ibu? Mengapa kau berlalu bagai badai tanpa pernah menyadari sedikitpun
kesalahan yang kau lakukan. </span><span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Tapi walau </span><span lang="IN" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">begitu</span><span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">, ibu
tetaplah ibumu yang selalu mencintaimu. Ibu tak perna</span><span lang="IN" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">h</span><span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">
menanam sedikitpun dendam di</span><span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;"> </span><span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">hati ibu. Meski ibu tahu, sakit yang kau
buat selalu berdarah dan bahkan </span><span lang="IN" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">membusuk</span><span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">. Tapi sekali lagi,
ibumu tetaplah ibumu</span><span lang="IN" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;"> y</span><span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">ang sampai saat ini selalu memaafkan
apapun yang kau perbuat</span><span lang="IN" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;"> kepada ibu</span><span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">.</span><span lang="IN" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;"> Dan berdoa semoga rahmat Tuhan senantiasa menghampirimu.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span lang="IN" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Kesedihan merambati seluruh kesadarannya. Linangan air
matanya menetes bercipratan di atas foto anaknya. “Sakit itu selalu ibu kubur
dalam</span><span lang="NL" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">-dalam. Luka itu
selalu ibu balut dengan senyum, meski air mata ibu </span><span lang="IN" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">k</span><span lang="NL" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">erap menggenang. </span><span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Ibu
mencintaimu nak, melebihi cinta ibu kepada diri ibu sendiri. </span><span lang="IN" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">L</span><span lang="NL" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">uka apalagi yang belum kau buat di tubuh ibumu ini? </span><span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Tapi luka apapun itu, ibu selalu mampu menerimanya. Karena aku
menyayangimu. Ya, karena </span><span lang="IN" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">ibu </span><span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">menyayangimu. Aku
tak ingin membenci sesuatu yang dititipkan Tuhan dalam rahimku</span><span lang="IN" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">,</span><span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;"> meski
titipan itu sungguh menyiksaku.</span><span lang="IN" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Air mata ibu
mengalir baga</span></i><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">i</span></i><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;"> sungai-sungai api…
sungai-sungai surga…..<span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span lang="IN" style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Makassar-Palopo, 8
Oktober 2009 </span></i></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9139764343241189361.post-10941776179944211782018-02-25T17:36:00.000-08:002018-02-25T17:36:01.278-08:00Cahaya-cahaya di Atas Kepala Ibu<div style="text-align: left;">
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--></div>
<div style="text-align: left;">
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin-top:0in;
mso-para-margin-right:0in;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0in;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style>
<![endif]-->
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.2pt; text-align: center;">
<b><span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";"> </span></b><span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";"><b>Cerpen Idwar Anwar</b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.2pt; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifPP0HJYU-_jCorAFbJfz1BJNW58WGOxquZIVtOimRIZF52ZXpBhsMpp8ii9G69ncA74ESQ4paiaIclSMamJnT4LrRUU9TyVeyglBtMeYlp03WI9RYpJOa8ucdHm5o1ZvXn2-J_Ojq9TRs/s1600/Edo.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="491" data-original-width="360" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifPP0HJYU-_jCorAFbJfz1BJNW58WGOxquZIVtOimRIZF52ZXpBhsMpp8ii9G69ncA74ESQ4paiaIclSMamJnT4LrRUU9TyVeyglBtMeYlp03WI9RYpJOa8ucdHm5o1ZvXn2-J_Ojq9TRs/s200/Edo.jpg" width="146" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.2pt; text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.2pt; text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";"><b>DI LUAR</b> kegelapan mulai menggelayut. Matahari memar di kaki langit menyisakan luka
bakar di cakrawala. Gelap bagai kerumunan kelelawar yang begitu garang
menghisap sisa darah yang basah pada langit. Cahaya bulan pucat pasi
mengerjap-ngerjap di antara dedaunan yang gelisah tertiup angin. Bayangan
pepohonan tafakur.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Lalu, di antara pepohonan, suara-suara
burung hantu resah. Dan di kejauhan rintihan terdengar menyayat dari mulut
orang-orang. Ketika cahaya bulan tertimbun gerimbunan awan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>hitam yang<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>saling bertaut. Ketika cahaya bulan yang melekat di dedaunan perlahan
tersesap gelap. Ketika gelisah mengecambah dan malapetaka meretas kedamaian.
Sebuah kerinduan bagai gemuruh ombak menerkam di dada.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Jerit ribuan kelelawar yang menjuntai di
atas kuburan tua, menyisakan pilu. Di atas kuburan tua,<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>langit bercerita tentang masa silam.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Suara angin mendesir menyusup memecah di
antara jerit suara-suara jangkrik. Lalu diam. Sunyi menjalar.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Burung-burung<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>tak lagi merentas di kaki langit. Masa lalu
menjadi sebuah cerita yang memilukan. Rengsa seolah menjelma keabadian.
Cahaya-cahaya berpendar, lalu lenyap meninggalkan gelap. Sisa-sisa kesunyian
dan udara dingin meremangkan bulu roma. Angin sesekali berkesiur. Lalu malam
menjelma ngarai. Sunyi<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>menebah resah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">***</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Begitulah, setelah kesunyian yang
menggelisahkan itu berlalu, cahaya-cahaya berpendar dan melayang di angkasa.
Kadang pula menyisakan erang. Perih menyayat. Langit benderang dan angin
berdesir lembut. Suara lolongan anjing, kabarkan berita ketiadaan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>fana; kematian yang meretas mimpi.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Lamat-lamat suara tahlilan masih terdengar
lembut tertiup angin malam yang dingin. Kulihat ibu terisak. Matanya sembab
oleh air mata. Dari<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>bibirnya suara lirih
lenguh menyebut namaku. Di depannya jasadku terbujur kaku.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">“Lihatlah, ibumu begitu bersedih. Ia
benar-benar kehilangan.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Cahaya yang sejak pertama menemaniku
memelukku.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">“Ibumu sangat menyayagimu.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Beberapa tetangga nampak berusaha untuk
menenangkan ibu. Desis suara rintihan ibu masih terdengar.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Pilu…. Begitu menyayat. Kudekati tubuh ibu
yang masih terisak-isak. Udara yang bertiup membuat tubuhnya menggigil. Aku
berusaha mendekapnya.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Kuusap wajah ibu
yang mulai berkerut. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">“Bu, aku di sini. Di dekatmu. Aku akan
menemani ibu.”<span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Kucium dahinya. Lembut….</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">“Ibu, aku di dekatmu.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Ibu mendadak tersentak. Sejenak ia
terdiam. “Aku mencium bau anakku. Ya. Aku mencium baunya. Ia pasti masih ada di
dekatku.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Para tetangga seketika terperanjak. Mereka
saling berbisik. Beberapa di antaranya mendekati ibu dan berusaha
menenangkannya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">“Anakmu pasti sedang berbahagia.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Namun ibuku nampak gelisah. Meski tak ada
resah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">“Betul ibu, aku sangat berbahagia di sini.
Aku seakan bangun dari tidur panjang. Tubuhku seakan terlepas dari penjara dan
melayang di angkasa.” Kubelai rambutnya yang telah banyak memutih.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">“Tapi aku mencium bau anakku,” jeritnya
lalu kembali menangis. Perempuan-perempuan yang berada di sampingnya pun akhirnya
juga ikut menangis.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Mereka menganggap ibu sedang menghayal.
Aku berusaha menenangkan ibu. Tapi ia tak menyadari kedatanganku. Air matanya
masih saja mengalir membasahi pipinya. Sesekali ia menyeka dengan sapu tangan
yang disulamnya sebagai hadiah ulang tahunku. Di situ namaku tergurat indah
dengan warna biru kesukaanku. Dan di bawah namaku, tertulis dengan benang
keemasan, hari, tanggal, bulan dan tahun kelahiranku. Bahkan jam, dan menit tak
lupa ibu sulamkan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Sebuah masa silam yang terukir indah dalam
genggamanya. Bibirnya terus memempel di guratan namaku. Aku merasakannya.
Sentuhan kasih sayang seorang ibu. Hari-hari di masa purba telah kulewatkan
bersamanya. Ada selarit jerit kerinduan yang membuncah di dadanya. Suaranya
lirih tak henti-henti menyebut namaku.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Kembali aku mengusap wajahnya. “Ibu
bersabarlah. Ini aku, Amin, anakmu. Aku sedang mengusap wajahmu, menyeka bening
air matamu dan membelai rambutmu yang masih tergerai panjang.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Ibu malah semakin menangis. Suaranya kian
menggema. “Aku mencium bau anakku. Ia berada di dekatku. Aku benar-benar
mencium baunya.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Aku melayang dan berputar di atas kepala
ibu. Lalu cahaya yang menemaniku juga turut berputar mengikuti gerak hatiku.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">“Ibu ini aku. Aku di atas kepalamu.... Aku
bersama malaikat. Lihatlah cahaya-cahaya di atas kepalamu.” </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Aku kembali menciun keningnya. Tenang.
Kerinduanku bagai gemuruh badai yang tiba-tiba saja hening tatkala berumah di
bening mata ibu.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">“Anakku…. Aku mencium baunya. Ia berada di
dekatku,” jeritnya dengan air mata yang kian mengalir membasahi pipinya.
Disekanya sesekali, lalu kembali menangis.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Perempuan-perempuan yang berada di
sampingnya kembali menenangkan ibu. Mereka membawa ibu ke dalam kamar. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">“Berbaringlah dulu. Tenangkan perasaanmu.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Tubuh ibu masih terguncang-guncang oleh
tangisnya yang semakin keras.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Kulihat
tubuhku masih terbujur kaku terbungkus kain kafan. Seorang lelaki tua, bersila
di samping tubuhku. Lalu mulutnya komat-kamit membacakan doa. Suasana hening.
Hanya suara isak yang tertahan terdengar sesekali dari ruang bilik ibu.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Setelah semuanya selesai, beberapa orang
mengangkat tubuhku dan memindahkannya ke dalam keranda. Lantunan ayat-ayat
al-Quran mengiringi. Setelah menyelesaikan semua prosesi, mereka lantas mengangkat
keranda dan membawanya ke tempat pemakanan yang tidak begitu jauh dari tempat
tinggalku. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Gundakan tanah pekuburan yang digali nampak
masih merah basah. Cahaya bulan pucat terpantul dipermukaannya. Suara jangkrik
melengking di tengah kesunyian kuburan tua. Orang-orang bergerombol
mengerubungi liang tempat tubuhku akan dibenamkan. Beberapa lelaki turun dan
meletakkan tubuhku. Kulihat saudara ibu dan anaknya meletakkan tubuhku.
Lantunan doa-doa mengiringi…. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Perlahan-lahan tanah merah yang masih
basah itu diuruk. Kulihat ibu jongkok di samping gundukan tanah yang panjangnya
tak lebih dari setengah meter dan memegang nisanku. Ia masih menangis. Matanya
merah dan bengkak.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Lalu sepi…. Orang-orang yang mengantar jasadku,
satu persatu meninggalkan kuburan tua yang gelap dan mencekam. Derap langkah
kaki-kaki mereka masih terdengar meninggalkan jejak-jejak di tanah yang masih
basah. Rinai memang baru saja berlalu. Udara dingin menggigilkan dedaunan yang
memantulkan cahaya bulan. Angin berkesiur lembut.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Kuburan tua kembali lengang. Mencekam.
Cahaya-cahaya berpendar menuju langit. Ada jeritan yang sesekali menggema
meninggalkan kepedihan. Di atas langit, gerimbunan awan bertengger memeluk
bulan. Aku melesat menembus kegelapan meninggalkan tubuhku.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">***</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Di kamar masih terdengar suara ibu yang
terisak. Matanya nampak sembab. Di dadanya menempel fotoku yang didekapnya erat-erat.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">“Ibumu benar-benar merasa kehilangan.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Pandanganku masih melekat di wajahnya.
Kesedihan menggelayut jelas di raut wajahnya yang telah ditumbuhi garis-garis
ketuaan yang kian tegas. Namaku masih menebar dari kedua bibirnya yang
bergetar. Lirih... Kepiluan mengendap bersamanya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Aku ingin kembali menenangkannya. Kudekati
tubuhnya yang kian letih. Suara desis lembut terus menebarkan namaku. Lenguh….
Ada getaran kerinduan yang retas menyayat.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">“Ibu, ini aku anakmu. Lihatlah
cahaya-cahaya di atas kepalamu. Itu aku ibu, anakmu. Aku ingin kau merasakan
sentuhanku.” Kugerai rambutnya yang nampak acak-acakan dan membelainya dengan
lembut. Ia hanya merasa kedinginan. Seperti ada angin yang menerpa rambutnya.
Ia masih tak merasakan kehadiranku. Lalu keningnya kukecup.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">“Ibu aku di sini. Aku di atas kepalamu.
Lihatlah cahaya-cahaya itu.” Ibu malah melangkah ke arah jendela dan
menutupnya. Tubuhnya lunglai dan langkahnya gontai kembali menuju pembaringan.
Aku hanya menatapnya. Kerinduan akan belaiannya, kian membuatku gundah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">“Bersabarlah. Ibumu tak akan dapat
merasakan kehadiranmu.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">“Aku tak ingin ibu seperti itu. Aku tak
ingin ibu menderita karena kepergianku. Sungguh, aku begitu menyayanginya.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">“Tunggulah sampai ia tertidur. Lalu
ajaklah ia berbincang dan berikan ketenangan kepadanya.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Angin malam yang menerobos melalui
celah-celah jendela kamar, menyisakan desir dan dingin yang meregangkan
pori-pori. Malam bertambah kelam. Cahaya bulan seolah terhisap gerimbunan awan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Ibu kembali merebahkan tubuhnya. Diraihnya
fotoku dan didekapnya begitu lembut. Suara isak masih terdengar lirih dari
bibirnya.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Malam dilaluinya dengan terus
memeluk fotoku. Sesekali diciuminya dengan penuh kasih sayang. Hingga menjelang
subuh, ibu baru tertidur. Foto di dadanya masih melekat. Begitu erat.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">“Sekarang panggillah ibumu! Peganglah
tangannya! Jangan lepaskan!”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">“Ibu, kemarilah. Ini aku, anakmu.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Ketika ibu melihatku, ia tersentak dan
buru-buru kembali bersembunyi. Ia terbangun, nafasnya memburu. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">“Aku bertemu anakku. Ya… Amin datang
menemuiku,” ucapnya lirih. Nafasnya tersengal.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">“Iya, ibu. Aku memang ingin menemuimu. Aku
ingin engkau tahu bahwa aku di sini bagitu bahagia.” </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Ibuku tak juga mendengar ucapanku. Namun,
beberapa saat kemudian, ia kembali tertidur.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Lalu….</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">“Ibu kemarilah. Ini aku, Amin, anakmu.”
Aku kembali memanggilnya. Kutarik tangan ibu dengan lembut. Perlahan, ia pun
keluar dari persembunyiannya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Seperti orang kebingungan, pandangan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>ibu mengembara, “Anakku. Mengapa engkau
berada di sini?”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">“Aku ingin menemani ibu.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">“Kau nampak gagah sekali. Tubuhmu sangat
bersih dan wajahmu bercahaya. Kau pasti sangat berbahagia.”<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Ibu mendekapku erat-erat, tapi<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>terasa begitu lembut.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">“Aku baik-baik saja. Aku masih hidup. Aku
hanya tertidur ibu. <b>Dunia ternyata hanya mimpi dan mati hanyalah jalan
menuju kehidupan yang abadi. Lihatlah, bukankah aku masih hidup?”</b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Kulihat wajah ibu nampak berseri.
Kebahagiaan terlukis indah di wajahnya. “Jadi kau masih hidup anakku?”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">“Iya, ibu. Aku bahkan semakin sehat. Aku
sangat berbahagia di sini. Ayah dan adikku juga bersamaku. Mereka sedang
berkumpul di atas sana.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">“Di mana mereka, aku ingin bertemu?”
Matanya mengekori arah telunjukku. Yang dilihatnya hanya cahaya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">“Tidak ibu. Ibu tak dapat menemui mereka.
Tapi ayah dan adikku dalam keadaan baik. Mereka sangat berbahagia. Sama seperti
aku. Itu semua berkat doamu.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">“Anakku, sekarang ibu tinggal sendiri. Ibu
merasa kesepian.” Wajah ibu tertunduk. Lesu. Kembali ia menatapku. Dirabahnya
wajahku, lalu mengusapnya perlahan penuh kasih sayang.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">“Tidak ibu. Aku akan tetap bersama ibu.
Aku selalu menemani ibu. Lihatlah nanti cahaya-cahaya di atas kepala ibu. Itu
aku, anakmu. Aku selalu berada di dekatmu.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">“Siapa dia?”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">“Dia malaikat yang menemaniku.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">“Cepat lepaskan tangan ibumu! Biar ia
dapat merasakan kehadiranmu.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Segera kulepas tangannya. Kulihat ibu,
terbangun. Matanya mengerjap—ngerjap, lalu<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>menatap ke seluruh pojok kamar. Fotoku masih dalam dekapannya.
Semakin<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>erat tangannya melekatkan fotoku
di dadanya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">“Anakku masih hidup. Anakku masih hidup.”
Ibu lalu menghambur berlari ke luar kamar. Dan fotoku diletakkan di ubun-ubun
kepalanya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">“Anakku masih hidup. Anakku masih hidup.”
Ia terus berlari menerobos kebisingan suara-suara.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Rambutnya yang terurai acak-acakan
terhempas angin pagi. Ia terus saja berlari. Mengabarkan kebahagiaan yang ia
rasakan. Kegelisahan tak lagi mengecambah. Malapetaka<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>tak lagi meretas<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>kerinduan. Dan rengsa pun tak lagi menjelma
keabadian.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Ibu semakin berlari mengejar burung-burung
yang merentas di kaki langit.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Lalu
menghempaskan kesiur angin yang meninggalkan selarit jerit. Di atas kepalanya,
cahaya-cahaya memendar ke langit.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">“Anakku masih hidup. Anakku masih hidup.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Wajah ibu lebuk oleh debu. Langkahnya
terus terayun melintas dan menelikung di antara daun-daun yang berjatuhan.
Suaranya menggema di ceruk-ceruk lembah.<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>Lalu menebah resah di cakrawala. Di mulut orang-orang, suara itu
menyisakan kesedihan. Namun, ibu terus berlari. Ia terus tertawa. Ada kedamaian
yang menggenang.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">“Anakku masih hidup. Anakku masih
hidup.”<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Di atas kepalanya cahaya-cahaya
begitu menyilaukan. Aku terus membelai rambutnya yang tergerai angin.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Langkahnya semakin cepat meninggalkan
desir kepedihan yang meretas bahagia. Kepedihan bukan lagi keabadian yang
mengejawantah. Bajunya yang menjuntai, bergesekan menyusuri tanah menghempaskan
debu. Jeritnya terus menggema.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">“Anakku masih hidup. Anakku masih hidup.
Lihatlah cahaya-cahaya di atas kepalaku…!!! Lihatlah cahaya-cahaya di atas
kepalaku…!!!”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Ibu terus berlari mengejar keabadian.
Hidupnya hanya untuk keabadian. Ia begitu mencintai keabadian. Sungguh… sebuah kemurnian
cinta telah membuatnya lupa akan dunianya. Ia terus berlari. Dan cahaya-cahaya
di atas kepalanya adalah garis-garis penegas kerinduan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Lalu, hening. Angin seketika mati.
Daun-daun yang jatuh berhenti laksana manik-manik yang menjuntai dari langit.
Langit<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>kembali bercerita tentang masa
silam. Suara lenguh burung-burung hantu tak lagi terdengar. Lolongan anjing
yang menyayat menggiring sisa-sisa kepedihan. Di sebuah kuburan, gundukan tanah
masih merah basah dengan tiang-tiang nisan yang dingin. (Oke)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<i><span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Makassar,<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>5 Muharram 1422 H </span></i><span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<br /></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9139764343241189361.post-8825860639336297842018-02-25T17:33:00.003-08:002018-02-26T07:32:02.931-08:00Cahaya-Cahaya di Atas Langit<div style="text-align: left;">
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--></div>
<div style="text-align: left;">
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin-top:0in;
mso-para-margin-right:0in;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0in;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style>
<![endif]-->
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.2pt; text-align: center;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;"><b>Cerpen Idwar Anwar</b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.2pt; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifPP0HJYU-_jCorAFbJfz1BJNW58WGOxquZIVtOimRIZF52ZXpBhsMpp8ii9G69ncA74ESQ4paiaIclSMamJnT4LrRUU9TyVeyglBtMeYlp03WI9RYpJOa8ucdHm5o1ZvXn2-J_Ojq9TRs/s1600/Edo.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="491" data-original-width="360" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifPP0HJYU-_jCorAFbJfz1BJNW58WGOxquZIVtOimRIZF52ZXpBhsMpp8ii9G69ncA74ESQ4paiaIclSMamJnT4LrRUU9TyVeyglBtMeYlp03WI9RYpJOa8ucdHm5o1ZvXn2-J_Ojq9TRs/s200/Edo.jpg" width="146" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.2pt; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.2pt; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;"><b>DI DALAM</b> gubuknya yang reyot, di dalam bilik yang tidak terlalu luas dengan sebuah
ranjang tua, Dullah terbaring berselimutkan kain kusam. Tak seorang pun
menemaninya. Sejak<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>istrinya meninggal
dua tahun lalu, ia hidup sebatang kara. Kasim, anaknya yang semata wayang<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>pun, setahun lalu telah mendahuluinya. Di<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>pinggiran desa yang sangat terpencil, lelaki
berusia 70 tahun itu menghabiskan sisa-sisa<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>hidupnya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Dullah masih terbaring letai. Wajahnya
lesi. Tubuhnya nampak kurus dibalut pakaian yang beberapa hari tak pernah
digantinya. Sejak tiga hari lalu, Dullah merasa seluruh tubuhnya terasa sakit
dan sangat sulit digerakkan. Ia tak pernah ke luar rumah.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Selama itu pula, tak satu pun penduduk yang
datang menjenguknya. Jarak gubuknya dari rumah-rumah penduduk memang cukup
jauh.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Di luar angin berhembus, disertai renai
hujan yang turun sejak menjelang petang. Daun-daun berjatuhan dan bayangan
pepohonan yang tumbuh di pekarangan, terlihat laksana sosok raksasa yang
berdiri angkuh. Suara serangga malam mulai bernyanyi. Perlahan Dullah
menggerakkan tubuhnya dan beranjak menuju jendela. Sejenak pandanganya mengembara
di halaman rumahnya yang nampak kotor oleh dedaunan yang berserakan. Ia
menghela nafas. Matanya terpejam sesaat, lalu menutup jendela perlahan. Suara
jendela menderit.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Dullah kembali merebahkan tubuhnya.
Ditariknya selimut. Di luar, kegelapan semakin menggelayut. Detap-detap
renai<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>hujan masih terdengar menimpa atap
rumbia,<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>menetes dan meletis membasahi
lantai kamar yang dingin. Dari celah-celah jendela, angin mendesir dan menyusup
menerpa tubuh Dullah yang kian lemah. Sesekali ia menarik nafas panjang. Begitu
berat.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Bibirnya bergetar. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Malam bertambah pekat. Angin mendesut dan
meluruhkan dedaunan. Pohon-pohon bergerak saling bertabrakan. Dullah makin
mendekap selimut yang menutupi tubuhnya. Bibirnya bergetar dan wajahnya kian lesi.
Matanya sesekali terbuka. Dilihatnya jendela yang semula telah ditutupnya,
tiba-tiba terkuak. Ada cahaya yang melesat masuk ke kamarnya. Satu, dua, tiga,
cahaya itu bahkan bertambah banyak, hingga memenuhi biliknya. Dullah hanya
menatapnya tanpa ekspresi. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Siapa<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>kalian?” Suaranya begitu lemah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Cahaya-cahaya itu hanya berputar, bermain,
seolah saling berkejaran. Bahkan sesekali mencecah tubuh Dullah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Siapa kalian? Dari mana? Mau apa?”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Tak ada jawaban. Cahaya-cahaya itu masih
terus berputar-putar dan sesekali melesat keluar dan pudar di kegelapan, di
antara gerimis dan dedaunan yang terlepas dari tangkainya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Mengapa kalian hanya diam?” Suara Dullah terdengar
lemah. Ia berusaha bangkit, tapi tak mampu. Tubuhnya terasa berat. Angin dingin
yang menerobos melalui jendela menggigilkan tubuhnya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Di antara jaring-jaring laba-laba yang
banyak menggelayut di langit-langit biliknya, cahaya-cahaya itu terus saja
berputar, seolah bermain begitu riang. Cahaya-cahaya itu semakin banyak. Dullah
kembali berusaha bangkit. Tapi tetap tak mampu. Tubuhnya terasa berat. Bibirnya
yang pucat bergetar.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Siapa kalian?” Suaranya berat, bergetar
dan semakin lemah, bahkan hampir tak terdengar.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Kami dari langit dan ingin menemanimu.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Tapi aku tak butuh ditemani oleh kalian.
Aku hanya butuh istri dan anakku. Aku tak butuh kalian.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Kami ingin mengantarmu menemui istri dan
anakmu.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Tapi mereka telah tiada. Mereka telah
lama dipanggil. Aku tak mungkin lagi dapat melihatnya.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Kami ingin mengantarmu menemui mereka.
Mereka juga sangat merindukanmu. Dan kamu diperkenankan untuk bertemu mereka.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Betulkah...?” </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Belum sempat Dullah meneruskan
kata-katanya, dengan sekejap cahaya-cahaya itu menyelubungi tubuhnya. Tubuh
renta itu pun melayang perlahan. Dullah merasa tubuhnya begitu ringan. Ia
melayang terus ke langit, di antara renai hujan dan angin yang bertiup kencang.
Dilihatnya angin saling berkejaran di antara hujan yang melintasinya dan tak
membuatnya basah. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Tubuh Dullah terus melayang meningkahi lintasan
spektrum tanpa batas. Terbang melintasi cakrawala, ringan bagai kapas. Lalu
perlahan cahaya-cahaya itu satu persatu melesat meninggalkan tubuhnya. Semua
terbang seperti bermain dan bersendagurau. Ia merasakan kesejukan tatkala
cahaya-cahaya yang menemaninya mencecah tubuhnya dan setiap sentuhan ada
getaran yang tersisa. Tubuh Dullah melayang menyusuri langit. Benderang di
sana-sini. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Dilihatnya ke bawah. Tubuhnya masih
terbaring berselimut kain kusam pemberian istrinya sewaktu sakit. Ia melihat
ruang dan waktu terpenjara. Jauh…. Waktu menggapai-gapai.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Ia pun terus saja melayang dan hinggap di
alam lain yang sungguh begitu asing baginya. Pandangannya menyapu alam yang
begitu aneh. Tak ada sesuatu pun yang sama dengannya.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Binatang dan semua wujud yang pernah<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>ada dalam memorinya tak<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>ia temukan di sini. Semuanya hanya cahaya
yang beterbangan kian kemari. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Alam ini hanya dipenuhi oleh cahaya.
Semuanya hanya cahaya. Sama seperti cahaya-cahaya yang bermunculan di bilik
kamarku.” Ia kebingungan. Ditebarkannya kembali pandangannya. Yang ada hanya
cahaya-cahaya yang bergerak tak teratur. Dan cahaya yang semula menemaninya pun
tak ia kenali.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Cahaya-cahaya itu terus saja bermain dan
seolah saling berkejaran. Dullah merasa semakin aneh di alam yang baru
dilihatnya.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Tak<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>ada yang ia kenali. Cahaya-cahaya itu
semuanya sama. Semuanya meningkahi alam yang tak pernah ia saksikan selama ini,
bahkan dalam mimpi sekali pun. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Di mana anak dan istriku, katamu!”<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>teriaknya ke arah kerumunan cahaya-cahaya di
hadapannya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Tak ada jawaban. Cahaya-cahaya itu masih
saja beterbangan. Begitu banyak, seolah memenuhi alam. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Di mana istri dan anakku?” Kembali Dullah
berteriak. Semakin<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>keras, hingga
terbatuk-batuk.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Bapak, aku di sini.” </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Suamiku, aku di sini.” </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Dua titik cahaya melesat menghampirinya.
Dullah terperanjat. Suara yang selama ini begitu akrab di telinganya menggema,
begitu jelas seakan pemilik suara itu tengah berdiri di sampingnya. Ia menatap
dua buah cahaya yang melesat dan semakin dekat. Kedua cahaya itu sejenak
berputar dan seketika keduanya berubah menjadi sosok manusia seperti dirinya.
Dullah terperangah. Dilihatnya istri dan anaknya telah berdiri di hadapannya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Mengapa kalian berada di sini?”<span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Kami memang dikumpulkan di sini.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Kalian baik-baik saja?”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Kami baik-baik saja.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Dullah dengan penuh kerinduan menghambur
ke arah istri dan anaknya. Orang tua itu ingin memeluk keduanya. Dullah begitu
gembira dapat bertemu orang yang sangat dicintainya. Hingga tanpa ia sadari
kedua bola matanya sembab. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Aku begitu merindukan kalian.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Tapi mengapa bapak ada di sini?”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Entahlah. Sebetulnya saat ini aku sedang
sakit. Tapi entah dari mana datangnya, kulihat satu persatu cahaya masuk ke
dalam bilikku. Cahaya-cahaya itu semakin lama bertambah banyak dan memenuhi
kamar. Aku seperti terkurung dan tak dapat bergerak. Lalu, aku bertanya tentang
mereka. Mereka kemudian berjanji akan mempertemukan aku dengan kalian. Aku
begitu senang. Lalu tiba-tiba, smuanya terjadi begitu saja, aku merasa diriku begitu
ringan. Aku melayang perlahan. Kulihat tubuhku masih terbaring. Dan aku melesat
dengan cepat melintasi cakrawala. Cahaya-cahaya yang semula menemaniku satu
persatu meninggalkan tubuhku.” Dullah terus menuturkan pengalamannya yang ia
rasakan begitu aneh.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Istri dan anaknya hanya terdiam.
Ditatapnya wajah orang yang dicintainya. Ada rasa iba yang terlihat di wajah
mereka. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Kami juga sangat merindukan bapak. Kami
selalu memohon, agar bapak segera dipanggil dan kita dapat berkumpul di tempat
ini.” Istrinya menatap Dulla begitu iba.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Bagaimana keadaan istriku,” tanya Kasim,
anaknya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Surti juga telah pergi, sebulan yang lalu.
Apakah kalian tak pernah melihatnya?”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Tidak.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Kalau begitu, di mana ia sekarang? Aku
juga ingin melihatnya!”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Ia tak pernah bersama kami. Mungkin ia
masih di bawah sana,” jawab istrinya sembari menunjuk ke arah tempat yang
begitu gelap. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Dullah hanya terpaku mengikuti arah
telunjuk istrinya. Ia tak mengerti. Dilihatnya hanya kegelapan. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Tempat apa itu?” </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Tempat penyucian diri,”<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>jawab keduanya hampir bersamaan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Apa yang terjadi dengan Surti?”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Entahlah. Tapi mungkin ia harus disucikan
terlebih dahulu sebelum dibawa ke tempat ini.” </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Orang tua itu masih tidak mengerti. Ia
hanya terdiam. Mulutnya seperti terkunci. Hanya matanya yang tak pernah lepas
menatap istri dan anaknya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Diam. Hanya itu yang mampu Dullah lakukan.
Begitu banyak yang tak ia mengerti tentang keadaannya sendiri. Terlebih lagi tentang
keadaan istri dan anaknya. Atau tentang keberadaan cahaya-cahaya yang yang
begitu banyak yang dilihatnya. Ia benar-benar tak mengerti. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Dullah tak mengerti, kerinduan macam apa
yang telah menggerayangi dirinya. ia teka mengerti lagi akan dirinya. Semuanya
berjalan begitu saja.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Hingga….</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Waktunya telah habis. Kami harus kembali.
Bapak juga harus kembali.” Lalu kedua orang yang dicintainya itu menjelma
cahaya dan melesat meninggalkan Dullah yang hanya mampu menatap diam. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Dullah masih saja terpaku. Ia seakan tak
percaya pertemuan dengan orang yang dicintainya, hingga seberkas cahaya
seketika menyelimutinya. Kehangatan terasa menyusup tiba-tiba. Dan ia pun
melesat ke bawah meninggalkan cahaya-cahaya. Meninggalkan orang yang
dicintainya yang <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>berada di antara
cahaya-cahaya itu.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Tubuh Dullah terus melesat menjauhi
cahaya-cahaya. Ia seakan ditarik dan dihempaskan. Tersentak. Ada sesuatu yang
begitu aneh yang lelaki tua itu rasakan. Dullah melayang melintasi cakrawala.
Dilihatnya gubuk dan tubuhnya yang masih terbaring. Ia tiba-tiba meronta sekuat
<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>tenaga. Dullah tak ingin kembali. Lelaki
tua itu ingin pergi bersama istri dan anaknya. Ia tak ingin kembali ke
jasadnya. Dengan semua kekuatannya, Dullah terus meronta, membolak-balik dirinya,
berusaha lepas dari cahaya yang menyelimutinya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Lepaskan aku. Aku tidak mau kembali. Aku
ingin pergi bersama istri dan anakku. Aku ingin menemani mereka.
Lepaskan….,”<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>teriaknya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Kakinya menendang-nendang. Dullah menjerit
sekencang-kencangnya. Tapi cahaya itu terus menyelimutinya. Ia terus menyelinap
di antara angin dan dedaunan, lalu masuk ke dalam biliknya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Tubuhnya<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>seketika terasa berat.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Dullah
terhenyak. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Mengapa aku berada di sini. Bukankah….”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Cepat-cepat Dullah menebarkan pandangannya
ke seluruh ruang biliknya. Hanya cahaya yang berpendar begitu menyilaukan yang
bertengger di antara jaring-jaring laba-laba. Orang tua itu memicingkan mata.
Cahaya itu telah menghalangi pandangannya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Mengapa kalian kembalikan aku,” hardiknya.
Sekuat tenaga ia berusaha bangkit, lalu menunjuk-nunjuk ke arah cahaya di
hadapannya. Namun tak ada jawaban.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Mengapa kalian tega berbuat itu padaku.
Kalian begitu tega membawaku kembali ke jasadku. Aku ingin bertemu kembali
dengan istri dan anakku. Aku tak mau kembali ke sini. Jasad ini telah
membelengguku puluhan tahun.” Ia terus menghardik, sembari berusaha bangkit.
Tangannya menuding-nuding ke arah cahaya di depannnya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Kembalikan aku. Aku ingin bertemu Dia.
Aku ingin bertemu….” Matanya seketika sembab. Dullah terus saja berteriak ke
arah cahaya yang masih juga terdiam. Teriakannya semakin lama kian melemah.
Akhirnya, ia pun terkulai. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Lalu cahaya itu dengan cepat menerjang
tubuh Dullah.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Ia berputar mengelilingi
tubuh tua yang terkulai tanpa daya itu. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Dullah. Bangunlah. Kita akan kembali ke
langit. Bukankah itu yang kau inginkan. Kerinduan akan Sang Kekasih itu telah
membuat dirimu menjadi penghuni taman-taman indahnya.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Perlahan Dullah bangkit, lalu melayang
meninggalkan tubuhnya bersama cahaya yang menyelimuti. Ia melesat dan larut di
malam yang pekat. Wajahnya nampak bercahaya. Angin yang sedari tadi berhembus,
seketika mati. Di luar pepohonan tak satu pun yang bergerak. Bayangan dedaunan
yang luruh disinari cahaya bulan, beku. Suara serangga malam tak lagi
bernyanyi. Semuanya diam. Senyap. Malam yang hening. Oke</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-indent: 0.5in;">
<br /></div>
<i><span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Makassar,<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Muharram 1422 H</span></i>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9139764343241189361.post-70887696820717280702018-02-25T17:30:00.002-08:002018-02-25T17:30:26.066-08:00Diskusi Kematian<div style="text-align: left;">
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--></div>
<div style="text-align: left;">
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin-top:0in;
mso-para-margin-right:0in;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0in;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style>
<![endif]-->
</div>
<div class="MsoPlainText" style="text-align: center;">
<b><span style="font-size: 14.0pt;"> Cerpen Idwar Anwar</span></b></div>
<div class="MsoPlainText">
<b><span style="font-size: 14.0pt;"> </span></b></div>
<div class="MsoPlainText">
<b><span style="font-size: 14.0pt;"> </span></b><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifPP0HJYU-_jCorAFbJfz1BJNW58WGOxquZIVtOimRIZF52ZXpBhsMpp8ii9G69ncA74ESQ4paiaIclSMamJnT4LrRUU9TyVeyglBtMeYlp03WI9RYpJOa8ucdHm5o1ZvXn2-J_Ojq9TRs/s1600/Edo.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="491" data-original-width="360" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifPP0HJYU-_jCorAFbJfz1BJNW58WGOxquZIVtOimRIZF52ZXpBhsMpp8ii9G69ncA74ESQ4paiaIclSMamJnT4LrRUU9TyVeyglBtMeYlp03WI9RYpJOa8ucdHm5o1ZvXn2-J_Ojq9TRs/s200/Edo.jpg" width="146" /></a><span style="font-size: 11.0pt;"></span><span style="font-size: 11.0pt;"><b>TUBUH</b> Hugh seketika mengejang. Wajahnya
memerah dan raut mukanya menegang seperti sedang menahan
beban yang maha berat. Tubuhnya terkulai. Hening. Istrinya hanya
mampu menatap pasrah. Wanita itu tak mampu menahan keinginan suaminya. Di
sebuah rumah tua yang dibangunnya dua puluh tahun lalu, di pinggiran kota
Michigan, Hugh telah mengakhiri penderitaannya karena penyakit <i>emphysema</i>,
jenis penyakit paru-paru akut, yang telah membuatnya begitu menderita selama
bertahun-tahun.</span>
</div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">Dinding kamar bisu. Udara beku, menyaksikan seorang
manusia harus mengakhiri hidupnya dengan tragis. Beberapa lukisan yang
terpajang di dalam kamar, sesekali bergoyang tertimpa angin yang menyusup lewat
jendela. Suara isak tangis istri Hugh menyeruak kesunyian. </span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">Dr. John, sang penolong eksekusi, hanya menatapnya
dengan tabah. Sebenarnya ada kengerian yang terlintas di benaknya. Terlebih
tatkala melihat tubuh Hugh menggelepar dan mengejang. Ia juga sebenarnya begitu
ngeri menyaksikan wajah Hugh yang menegang dengan warna kemerahan. Dan
kebimbangan terkadang menyusupi batinnya saat ia melakukan perkerjaan ini. </span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">Perlahan John melangkah ke tepi pembaringan.
Dilepaskannya masker yang menempel di wajah Hugh perlahan. Ia mulai berkemas.
Bersama asistennya, John membereskan semua peralatan yang digunakanya melakukan
eksekusi terhadap Hugh. Sebuah tabung gas monoksida (CO) yang tidak terlalu
besar dan beberapa peralatan lainnya dimasukkan kembali ke dalam tas yang
cukup besar.</span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">Istri Hugh masih terdiam memandang suaminya yang sudah
tak bernyawa lagi. Air matanya masih berlinang membasahi pipinya yang telah
banyak ditumbuhi keriput. Sesekali ia mengusap air matanya perlahan, lantas menarik
nafas panjang. Dadanya terasa sesak. Ingin ditumpahkannya semua perasaannya di
dada suaminya.</span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">Perlahan ia mendekati suaminya. Langkahnya gontai
menuju ke tepi pembaringan dan duduk di sisinya. Dengan mesra ia mengusap wajah
lelaki tua yang menikahinya 30 tahun lalu itu. Perlahan wanita tua itu
menciumi wajah suaminya yang telah memberikannya seorang anak, yang ketika
Hugh harus mengakhiri hidupnya, sengaja tak diberitahu. Hugh memang tak ingin
anak satu-satunya itu menyaksikan kepergiannya yang menyedihkan.</span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">“Hugh, kau telah menjadi eksekutor bagi dirimu
sendiri. Aku tahu mengapa kau berbuat seperti itu. Tapi, apakah penderitaan
fisik telah meluluhkan keimananmu. Kau orang yang beragama dan mempercayai
Tuhan. Namun, mengapa kau sampai berbuat seperti ini. Aku sebenarnya tak setuju
membiarkanmu berbuat begini, meski aku juga tak kuasa menghalangimu. Terlebih
jika menyaksikan penderitaan yang telah kau alami sejak penyakit jahanam itu
menggerogotui tubuhmu.” Suaranya semakin melemah akibat terbendung oleh
isaknya.</span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">Wanita tua itu perlahan memeluk tubuh Hugh. Tubuhnya
terguncang. Air mata yang mengaliri pipinya menetes membasahi wajah suaminya
yang tanpa ekspresi. </span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">“Anda harus tabah menerima kenyataan ini. Semua ini memang
kemauan Pak Hugh sendiri. Dia ingin melepaskan semua penderitaan yang selama
ini dialaminya. Penyakit itu telah menggerogoti tubuhnya. Ia tak tahan dan
akhirnya mengambil keputusan untuk segera mengakhiri hidupnya,” ucap John
berusaha menenangkan perempuan tua itu. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">John melangkah mendekati nyonya Hugh dan perlahan
melepaskan pelukan wanita itu dari tubuh suaminya. </span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">“Nyonya harus merelakan kepergiannya. Ini mungkin
bagian perjalanan yang harus ia lalui.” </span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">Dengan perasaan berat, istri Hugh melepaskan
pelukannya. Perempuan itu duduk mematung. Sorot matanya yang mengabur akibat
air mata masih saja menatap ke arah suaminya. Nafasnya terkadang masih tersengal.</span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">Perlahan John meninggalkan kamar. Istri Hugh
masih berdiri mematung. Seorang pembantu tergopoh-gopoh memasuki kamar dan
terkejut saat menyaksikan majikannya tak bernyawa lagi. </span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">“Kita harus segera menyiapkan prosesi penguburkannya.”
</span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">Istri Hugh perlahan menyisih dari tepi ranjang dan
melangkah meninggalkan kamar. </span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<br /></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-size: 11.0pt;">***</span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<br /></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">Krinnggg. Krinnggg. Krinnggg.</span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">“Halo. Dokter John, ada.”</span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">“Saya sendiri.”</span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">“Dari Jack. Saya sangat membutuhkan bantuan Anda.
Kalau bisa Anda segera datang ke tempat saya di New Jersy.…”</span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">“Okey. Saya akan segera berangkat.”</span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">“Klaak.”</span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">Dokter John meletakkan gagang telepon. Sejenak ia
termenung. Matanya mengembara ke sekitar ruang tamu yang dihiasi berbagai
lukisan. Gelas di tangannya diletakkan di atas meja yang berada di depannya.
Perlahan dia mengheyakkan pantatnya di atas sofa yang empuk. Lama ia terduduk.
Begitu berat rasanya ia harus melakukan lagi sesuatu yang banyak ditentang oleh
orang. Namun, ia seperti harus menolong orang itu. Pikirannya melayang. Tanpa
disadarinya, seorang wanita setengah baya menghampirinya. Ia menatap John
dengan wajah kebingungan. </span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">“Ada apa, Pak?”</span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">“Baru saja saya menerima telepon. Ada seseorang yang
meminta bantuan,” jawabnya sembari mengelah nafas dan membuangnya dengan cepat.
Terasa berat. Diraihnya kembali gelas minuman dan meminumnya. Suara tegukan
terdengar jelas. </span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">Wajah istrinya seketika berubah murung. Ia sebenarnya begitu
berat melepas suaminya untuk melakukan pekerjaan yang sangat bertentangan
dengan nuraninya itu. Ia tak ingin suaminya menjadi algojo bagi orang lain. Sudah
berulang kali ia memberikan masukan kepada John. Namun, berulang kali pula, ia
mendapatkan begitu banyak alasan. </span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">John menatap istrinya. Perempuan itu hanya terdiam. Ia
tahu gejolak batin suaminya. Namun, ia juga tahu suaminya tak akan bisa menolak.
Karena tak mampu lagi berkata apa-apa, dengan wajah cemberut, perempua itu pun
meninggalkan John yang masih terpaku. </span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">John bangkit dari duduknya. Ia meraih gagang telepon
dan menghubungi dua asistennya. Tak lama berselang dua orang berpakaian
putih-putih memasuki rumah dengan menenteng beberapa tas. Setelah berkemas,
mereka lalu melangkah ke luar menuju tempat mobil John diparkir. Sebuah mobil
BMW kelabu metalik pun meluncur ke luar kota. Istri John hanya memandangi
suami bersama dua asistennya meninggalkan rumah. Sesak begitu terasa di
dadanya.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<br /></div>
<div class="MsoPlainText">
<br /></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-size: 11.0pt;">***</span></div>
<div class="MsoPlainText">
<br /></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">Kota New Jersey masih gelap. Lampu-lampu jalan seakan
berlomba memendarkan cahayanya menerangi kebisingan kota yang masih ramai
dengan kendaraan dan lalu-lalang orang-orang dengan kesibukannya masing-masing.
Angin kencang bertiup menggoyangkan pohon-pohon yang tumbuh di tepi jalan. </span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">Kendaraan John melaju perlahan menuju rumah Jack di
pinggiran kota New Jersey. Di depan sebuah rumah yang cukup besar, perlahan
mobil itu berhenti. Di halamannya nampak dua buah mobil terparkir rapi. Setelah
memarkir mobilnya di belakang kedua mobil tersebut, John dan kedua asistennya
melangkah menyusuri halaman yang cukup luas dan langsung masuk ke dalam
rumah.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">“Halo. Saya Dr. John. Apa kabar.”</span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">“Baik. Silahkan masuk.”</span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">“Mr. Jack ada.” </span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">“Tuan sedang menunggu di kamar. Silahkan, mari saya
antar.”</span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">Dengan cepat mereka melangkah memasuki kamar yang
terletak di pojok ruang tamu. Sebuah ruangan yang cukup besar. Di dindingnya
hiasan lukisan tergantung rapi. Bunga-bunga dengan berbagai warna terletak di
atas dua buah meja, memberikan rasa sejuk orang yang memandangnya. Di atas
pembaringan, Jack terkulai ditemani istrinya. Wajahnya sedikit pucat memandang
kedatangan Dr John yang berjalan menghampirinya. Namun ia tetap berusaha
tersenyum. Begitu berat. </span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">“Selamat malam, Mr Jack. Saya Dr John.”</span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">“Selamat malam.” Mr. Jack berusaha bangkit dan
bersandar di tepi pembaringan. Tapi tidak bisa. Ia merasa seluruh tubuhnya remuk.
</span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">“Boleh saya lihat data-data medisnya...?” </span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">John perlahan mengambil beberapa berkas yang
disodorkan padanya. Ia lantas mengamati dengan seksama. Cukup lama. Perlahan ia
mengangguk-angguk. </span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">“Anda benar-benar membutuhkan pertolongan?”</span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">“Ya. Saya sudah tak tahan dengan penyakit ini.”</span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">“Tapi apakah, Anda tidak pernah mencoba cara
pengobatan lain?”</span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">“Saya sudah mencoba berbagai terapi dan obat-obatan.
Dan untuk dioperasi pun sudah tak mungkin. Kata dokter, penyakit ini sudah tak
mungkin lagi diobati secara medis.” </span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">“Tapi, apakah Anda sudah yakin dengan jalan yang Anda
akan tempuh saat ini. Atau masih ada pertimbangan lain. Bagaimana dengan istri
anda?”</span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">“Saya sudah pasrah. Saya yakin inilah jalan
satu-satunya untuk lepas dari penyakit ini.”</span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">“Bisa kita mulai sekarang?”</span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">“Saya sudah siap, silahkan.” </span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">“Silahkan berbaring!”</span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">Jack perlahan merebahkan tubuhnya. Dr John
mengeluarkan tabung gas Karbon Monoksida (CO) dan masker yang berada di
tas yang dibawa kedua asistennya. Ia mendekati Jack dan memasang masker itu ke
wajahnya. </span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">“Anda benar-benar sudah siap? Berdoalah.”</span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">“Ya. Saya sudah siap.”</span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">Perlahan-lahan Dr John memasang masker yang pipanya
tersambung langsung dengan tabung gas karbon monoksida dan klep untuk
membuka-tutup aliran gas ke wajah Jack. Tangan Jack perlahan memegang klep
tabung dan membuka aliran gas.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Tubuhnya
menegang dan wajahnya berubah kemerah-merahan. Nafasnya mulai tersengal-sengal.
Namun, beberapa saat kemudian ia meronta dan berusaha melepas masker di
wajahnya. Tanpa sengaja, Jack memutar klep tutup aliran gas dan juga berhasil
membuka masker yang menutupi wajahnya. Nafasnya tersegal-sengal.</span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">“Kenapa? Anda belum siap?” John menatap wajah
Jack. </span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">Istrinya memeluk tubuh Jack yang semakin lemah. </span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">“Sudahlah, Pak. Hentikan perbuatan ini. Aku tidak tega
melihatmu seperti ini.” Ia melingkarkan tangannya ke tubuh lelaki yang telah
kehilangan harapan hidup itu. </span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">Mata Jack menerawan ke langit-langit kamar. </span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">”Aku harus melakukannya.” </span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">Jack kembali mengambil masker dan memasang sendiri ke
wajahnya. Perlahan ia membuka klep tabung. Tubuhnya kembali menegang. Nafasnya
kembali tersengal-sengal. Raut wajahnya merah darah dan matanya yang melotot.
Tangannya berusaha membuka masker, tapi tak bisa. Tenaganya telah habis.
Akhirnya masker baru dapat terlepas dengan bantuan Dr John. Namun, ia sudah
tidak sadarkan diri dan segera dilarikan ke rumah sakit. Sayang sebelum sampai
di rumah sakit, nyawanya tak dapat tertolong lagi. Jack telah menghembuskan
nafas terakhirnya. </span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">Di atas mobil ambulance yang membawa tubuh Jack, Dr
John menatap kaku tubuh yang tak lagi bernyawa di hadapannya. Perasaannya
tiba-tiba seakan dicabik-cabik rasa kesedihan dan sesekali penyesalan. Perseteruan
nurani begitu hebat mengguncang kesadarannya.</span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<br /></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<i><span style="font-size: 11.0pt;">Kamu telah melakukan pembunuhan! </span></i></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<i><span style="font-size: 11.0pt;">Tidak! Aku hanya menolong dan membantunya keluar
dari penderitaan yang sekian tahun dideritanya. </span></i></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<i><span style="font-size: 11.0pt;">Tapi kau telah membunuhnya. Kau kejam. Kau
kejam...kejam…kejam…!</span></i><span style="font-size: 11.0pt;"> </span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<br /></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">Tubuhnya tiba-tiba gemetar. John lalu menutupi
wajahnya dengan kedua tangannya. Di sampingnya, tangis istri Jack meledak di
antara deru mesim dan raungan sirine ambulance yang berlari kencang.</span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<br /></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-size: 11.0pt;">***</span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<br /></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">“Halo, John. Ini Mike.”</span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">“Hai, Mike. Apa<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>kabar. Kemana saja selama ini?”</span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">“Aku baru pulang dari Jepang. Aku dengar kau sedang
menghadapi masalah besar. Kau dituduh telah melakukan pembunuhan terhadap
pasienmu.”</span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">“Aku tidak pernah membunuh pasienku. Aku bahkan merasa
telah menolong mereka untuk keluar dari penderitaan yang telah sekian lama
menggerogoti mereka. Semua pasien yang meminta bantuanku, sudah tak mampu lagi
melawan penyakitnya. Mereka rela. Dan tentu sebagai dokter, aku tak
dapat menolak. Aku harus menolong mereka semampuku.”</span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">“Tapi yang kau lakukan itu merupakan tindakan
pembunuhan. Apakah itu diatur dalam undang-undang atau tidak, tidak soal. Yang
pasti itu merupakan tindakan yang tidak berprikemanusiaan.”</span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">“Menurutku justru <i>euthanasia pasif</i> merupakan
tindakan yang tidak berperikemanusiaan. Kita membiarkan pasien pergi begitu
saja. Menyuruh mereka menjalani penderitaannya sekian lama sampai mereka mati.
Apakah tidak sebaiknya kita mempercepat saja kematiannya, agar pasien tidak
perlu berlama-lama menanggung<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>penderitaan.”</span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">“Tapi <i>euthanasia pasif</i> masih memberikan peluang
hidup kepada mereka, bahkan terkadang membawa orang pada kesembuhan. Aku tahu
ada beberapa penyakit, seperti kanker akut, bukan hanya membuat
pertahanan tubuh rapuh, tapi juga melemahkan pertahanan mental seseorang. Nah, justru
karena pertahan fisik mereka telah rapuh, maka kewajiban kita bagaimana agar
pertahan mental mereka juga tidak menjadi rapuh.” </span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">“Tapi itu bukan urusan kita. Itu urusan rohaniawan.
Kita hanya mengobati dengan kecanggihan teknologi. Kalau tidak sanggup, apa
lagi yang harus kita lakukan. Membiarkan mereka menderita sekian lama? Rasanya
aku tak sanggup melihat mereka menderita dan mengemis-mengemis kepadaku untuk
segera dibantu mengakhiri hidupnya. Ya, aku merasa begitu berat untuk
menolaknya.”</span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">“Urusan rohaniawan, katamu. Tapi, kita juga dapat
memberikan pertahanan mental itu dengan logika dan argumen kedokteran yang
digabung dengan pengetahuan agama yang kita miliki. Apakah ini tidak lebih
baik. Kita memberikan pencerahan agar jiwa mereka sedikit tenteram. Bisa saja
mereka akan merasa tidak sakit dan siapa tahu mereka benar-benar akan sembuh.
Karena perintah ke otak mereka semuanya positif untuk sembuh. Otomatis DNA dalam
tubuh mereka akan memproduksi enzim yang mungkin saja dapat membunuh
virus atau apa saja yang menyebabkan penyakit mereka. Itukan bisa saja terjadi.
Ini dunia sobat. Segala sesuatunya bisa saja terjadi tanpa kita sadari.”</span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">“Tapi sekali lagi, aku tidak tega....”</span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">“Apakah kau juga tega melihat mereka harus kehilangan
nyawa dengan tubuh menggelepar dan mata yang melotot, seakan takut roh pergi
meninggalkan tubuhnya?” Mike tiba-tiba memotong, “Kau tega menyaksikan
semua itu terjadi di hadapanmu? Aku heran.”</span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">Sejenak John terdiam. Gagang telepon dipindahkanya ke
sebelah kiri telinganya. Ia mengusap wajahnya dan menarik nafas panjang. </span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">“Tapi semua yang kulakukan itu karena rasa kasihan
melihat penderitaan mereka. Aku berpikir, apakah mereka tidak sebaiknya
mengakhiri hidup daripada harus menanggung penderitaan?”</span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">“Ya. Aku tahu. Tapi tindakanmu itu tidak
tepat. Kau telah menjadi algojo bagi orang lain. Mengapa tidak melakukan
konsultasi dengan agamawan yang mengetahui banyak tentang kematian. Setidaknya
dapat memberikan sedikit pencerahan agar jiwa mereka sedikit lebih
tenteram. Malah terkadang karena nasehat tersebut, pasien dapat berjiwa
besar dan bahkan di antaranya terkadang ada yang sembuh.”</span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">“Ah, sudahlah. Kali lain kita dapat mendiskusikan
masalah ini. Ok. Sampai jumpa.” </span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">”Klak.” </span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">John mendengus. Ia masih bimbang.
Menurutnya kematian tidak relevan dengan agama. Mereka toh tidak merasa takut.
Mereka beragama, tapi tak seorang pun yang mau mengkonsultasikan tentang
kematian mereka. Ketika melihat kematian, mereka malah siap menghadapinya.</span></div>
<div class="MsoPlainText">
<br /></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-size: 11.0pt;">***</span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<br /></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">Suatu malam yang dingin. Sesosok bayangan menyelinap
ke dalam kamarnya dan berusaha memasang masker ke wajahnya. John terkejut dan
meronta. Mereka pun bergelut. Namun, dengan sigap bayangan itu membuka
klep tabung gas monoksida yang berada di tangannya.</span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;">Seketika John terbangun. Tubuhnya penuh keringat.
Nafasnya tersengal-sengal. Pandangannya menebar ke seluruh sudut kamar. Dan di
keremangan, ia melihat tubuh istrinya terlentang dengan masker di wajahnya.
Sepucuk surat tergeletak di sisinya….</span></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<br /></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<i><span style="font-size: 11.0pt;">Suamiku…. Kau selalu menolong orang dengan alasan,
karena mereka mengidap penyakit yang membuat mereka sangat menderita.
Tapi, kau tak mampu menolong diriku. Bertahun-tahun aku begitu tersiksa
dan menderita melihat kau menjadi malaikat maut bagi sesamamu. Tapi aku tak perlu
pertolonganmu. Biarlah aku yang menolong diriku sendiri….</span></i></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<br /></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<i><span style="font-size: 11.0pt;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Lourens</span></i></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<br /></div>
<div class="MsoPlainText" style="text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: 11.0pt;"><br /></span></div>
<i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-language: EN-US;">Makassar, awal kesepian 2002</span></i>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9139764343241189361.post-75700480736029118932018-02-25T17:22:00.004-08:002018-02-25T17:23:10.048-08:00Ibu, Temani Aku Menyulam Surga<div style="text-align: left;">
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--></div>
<div style="text-align: left;">
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin-top:0in;
mso-para-margin-right:0in;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0in;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style>
<![endif]-->
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<b><span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 14.0pt;">Cerpen Idwar Anwar</span></b></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifPP0HJYU-_jCorAFbJfz1BJNW58WGOxquZIVtOimRIZF52ZXpBhsMpp8ii9G69ncA74ESQ4paiaIclSMamJnT4LrRUU9TyVeyglBtMeYlp03WI9RYpJOa8ucdHm5o1ZvXn2-J_Ojq9TRs/s1600/Edo.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"></a><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifPP0HJYU-_jCorAFbJfz1BJNW58WGOxquZIVtOimRIZF52ZXpBhsMpp8ii9G69ncA74ESQ4paiaIclSMamJnT4LrRUU9TyVeyglBtMeYlp03WI9RYpJOa8ucdHm5o1ZvXn2-J_Ojq9TRs/s1600/Edo.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"></a><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifPP0HJYU-_jCorAFbJfz1BJNW58WGOxquZIVtOimRIZF52ZXpBhsMpp8ii9G69ncA74ESQ4paiaIclSMamJnT4LrRUU9TyVeyglBtMeYlp03WI9RYpJOa8ucdHm5o1ZvXn2-J_Ojq9TRs/s1600/Edo.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="491" data-original-width="360" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifPP0HJYU-_jCorAFbJfz1BJNW58WGOxquZIVtOimRIZF52ZXpBhsMpp8ii9G69ncA74ESQ4paiaIclSMamJnT4LrRUU9TyVeyglBtMeYlp03WI9RYpJOa8ucdHm5o1ZvXn2-J_Ojq9TRs/s200/Edo.jpg" width="146" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b><span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 14.0pt;"><br /></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.2pt; text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;"> Di luar
malam berbicara tentang kesunyian. Gelap menyelubungi. Lentera bulan pucat pasi
mengerjap-ngerjap di sela-sela dedaunan. Bayangan pepohonan rebah, lalu lesap.
Di gerimbunannya, suara-suara burung hantu resah. Suara angin mendesir,
menyusup pecah di antara jerit suara-suara jangkrik. Lalu diam. Sunyi menjalar.
Sisa-sisa abad kesunyian dan udara dingin meremangkan bulu roma. Angin sesekali
berkesiur, lalu malam menjelma ngarai. Sunyi menebah resah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Begitulah, setelah kesunyian yang
menggelisahkan itu berlalu. Ketika seseorang mengetuk pintu. Ia datang dalam
percakapan duka yang dibalut indah harum kasturi. Namun, di hati yang tersisa
hanya lamat-lamat denting kegelisahan. Gundah menetes dari sela-sela angan. Aku
muak.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Siapa? Ketuklah perlahan dengan desah
nafasmu. Pintu itu hanya satu,”<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>pekikku
sambil membalik-balik ingatan masa-masa purba. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Aku. Sahabatmu. Aku tahu kau sedang
menungguku.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Aku rindu keterasingan. Pergilah
jauh-jauh, aku tak membutuhkanmu! Berlarilah dan asingkan dirimu dari diriku.
Aku hanyalah butiran kecil dari duniamu. Aku ingin menyulam surga di kepalaku,
di jiwaku….. Pergilah!”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Lalu, api pengasingan membakar. Nyalanya
menyergap dalam didih jiwa. Aku lalu berkelana dalam berabad-abad kesunyian.
Menyanyikan rindu dalam untaian nada-nada serak. Keruh. Pengasinganku semakin
keras kepala. Kerasnya bongkahan memasung perpisahan itu. Langkah kakiku gontai
menyeret konstruksi asa. Api pengasingan; inilah awal perpisahan dua sahabat. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Mungkin inilah kesunyian yang paling
sunyi. Kicau debu yang memburu menanggalkan jubahnya satu per satu. Membentur
kelopak-kelopak jiwa yang bening. Bayangan batu nisan melintas. Sepenggal
tangis menetes mengalir dalam peta tanah yang merah. Aksara-aksara memeluk
erat<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>permukaannya; nanar. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Tapi aku akan tegar. Perpisahan adalah
kenangan. Dalam diri pernah ada musim kabut yang menyelimuti dan menghalau
putaran roda sujudku. Hingga getaran suara putih tak mampu terdengar
dentingannya. Ia datang menebang pohon-pohon tafakurku. “Ah…!” </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Kembali suara ketukan pintu terdengar.
“Pergilah!”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Tapi aku, sahabatmu. Ya, aku benar-benar
sahabatmu. Aku ingin bertemu. Aku ingin berbagi. Jangan tanggalkan masa lalumu.
Marilah kita kembali jalan bersama mengarungi guratan panjang usiamu.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Bukankah berabad lalu telah kukatakan,
aku rindu keterasingan. Aku rindu tafakurku. Pergilah! Tak ada ruang di rumahku
untuk dua AKU yang berbeda.”<span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Tapi aku tidak berbeda. Kita telah
menyatu dalam satu nafas kehidupan. Aku tahu kau takut kehilangan aku. Aku
sahabatmu. Akulah guratan takdirmu. Aku telah menemanimu dalam abad-abad purba.
Bukalah pintumu. Letakkanlah jiwamu di sisiku! Mari kita bercakap dan bercengkramah
dalam genangan kerinduan. Bukankah itu yang kau nanti-nantikan?”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="page-break-after: avoid; text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Tidak…! Tidak...! Aku adalah aku dan kau adalah kau. Aku tak
butuh kau. Kita berbeda. Duniamu berbeda. Tujuanmu berbeda. Biarkan aku
membangun surgaku sendiri. Aku telah lama kehilangan kata untuk kuukir di
lembaran-lembaran dedaunan yang meliuk dicecah angin. Aku telah kehilangan kata
yang biasa kutitip di daun pintu-Nya sebelum menginjak altar-Nya yang semerbak.
Aku telah kehilangan guratan-guratan indah di kedalaman jiwaku. Ya…, aku benar-benar
telah kehilangan segalanya. Segala yang selama ini menyulamkanku surga.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Tidak! Kau tidak pernah dan tidak akan
kehilangan apa-apa. Kemarilah, kita sulam surgamu bersama-sama. Aku akan
menemanimu.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="page-break-after: avoid; text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Tidaaaaak…!”<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>teriakku. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="page-break-after: avoid; text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Gerombolan kelelawar menghujam deras menghantam sudut-sudut
kesadaran dan menghitamkan alam rayaku. Ingin kupecahkan hari-hari usang di
otakku. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="page-break-after: avoid; text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Entah, di mana bertahta nurani. Di mana bersemayam bongkahan
matahari. Di mana harus bertahta ketika singgasana telah berawan hitam dan
dosa-dosa larut dan bercampur nanah. Di mana harus bertahta sedang serpihan
hati tercecer di tong-tong sampah. Atau memang tak ada lagi singgasana yang
pantas untuk bertahta? </span></div>
<div class="MsoNormal" style="page-break-after: avoid; text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Begitulah, bila malam selalu berkaca pada kegelapan yang lenguh
menetesi degup jantung. Terlalu banyak yang hilang. Langit beribu awan menerkam
dilajur keheningan bersama setiap orang-orang yang kadang lupa memaknai
ketiadaan. Malam yang pekat. Di luar suara ketukan itu masih menggema; begitu
keras kepala.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Tubuhku seketika gemetar. Aku begitu
gamang jika menyaksikan bongkahan-bongkahan tubuh yang terkapar tanpa daya,
tertimbun tanah yang tak mengenal rasa kasihan. Tubuh-tubuh itu pasrah dan tak
berdaya mengarungi lautan hitam yang menusuk-nusuk mata. Dan hewan yang
menggerogoti, begitu dingin mencabik-cabik tubuh. Mati. Mereka memang telah
mati. Tapi, apa yang mereka kerjakan ketika katub-katub nafas masih terbuka
lebar dan tubuh masih tegak bercermin di cakrawala?</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Sebuah
pertanyaan yang terus menggerogoti kesadaranku. Pelatuk-pelatuk<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>kematian telah ditarik dengan tergesa-gesa
bagi mereka yang larut dengan matahari yang terbit dari Timur yang
menyemarakkan bunga-bunga dan hinggap pada kicauan burung-burung. Mereka yang
lupa bahwa matahari juga akan terbit di Barat yang membiarkan air laut bermain
sebebas-bebasnya. Membiarkan lengkingan bumi bergemuruh. Isi jagad raya tak
perduli lagi dengan rambu-rambu dan rumus-rumus ilmu pasti yang selama ini
membuat manusia congkak menyusuri ladang semesta. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Tapi, bagi mereka yang terus memintal
benang-benang cahaya dan membungkus cakrawala dengan madu yang dicebur pada
setiap serpihan kehidupannya, akan terbit sinar yang menyelimuti, meski tanah
begitu kejam memenjarakannya dalam perut bumi. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Mati. Aku takut jika pelatuk-pelatuknya
ditarik tergesa-gesa dan diarahkan ke jantungku. Aku takut tercabik-cabik dan
tanpa daya. Aku takut. Aku ingin belajar memintal<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>benang-benang cahaya dalam setiap serpihan
hidupku. Aku ingin... sungguh ingin. Namun di luar, suara ketukan itu tak juga
lenguh. Ia terus mengusik tafakurku.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Pergilah! Jangan ganggu aku. Aku ingin
memaknai sunyi dengan beribu sujud. Aku ingin tetes suaraku menggema menyabung
halilintar di angkasa dan bermain bersama gemanya yang pekak. Aku tak butuh
kau!”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Tapi sia-sia. Ketukan itu masih saja membahana,
menggelegar di antara keheningan jiwaku. Tubuhku makin menggigil dan tafakurku
kian terusik.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Bukalah pintumu. Bukankah kita pernah
bersama? Ingatlah ketika kuntum-kuntum bunga kutebar di langitmu. Bukankah itu
masa-masa indah yang pernah kita lalui. Maka bukalah pintumu. Bukankah pintu
ini hanya aku yang kau persilakan untuk memasukinya? Karena pintu ini adalah
pintu yang memang dibangun untukku.” </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Tidak. Sekali lagi tidak. Aku tak ingin
lagi bersamamu. Pergilah jauh dari kesunyianku.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Tapi sekali lagi percuma. Hari-hari purba
benar-benar telah merengkuh. Menyebar buih-buih di lautan gelombang dan
merentasnya dalam kubur bernisan air mata. Begitu tandus perjalananku. Belukar;
hanya duri yang tersisa. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Duhai sahabatku. Bukalah pintumu.
Mendekatlah biar kurengkuh sukmamu dalam nafasku. Inilah surga yang kutawarkan.
Yang kusulam dari selarik anganku dan akan kusimpuhkan di altarmu.” </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<b><span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Tidak. Aku ingin surgaku sendiri. Surga
yang akan melumatkan bongkahan api di dada bersama nafsuku yang membara. Inilah
surga yang kuimpikan dengan bau kasturi yang tak akan pudar dalam musim api
yang terus mengaliri denyut nadiku. Aroma neraka pun membumbung jauh. Inilah
surga yang akan kurancang dengan jiwa, ketulusan dan anganku. Aku tak ingin
surgamu yang tandus dengan taburan musim gugur. Surga yang hanya menawarkan sesuatu
yang fana. Aku ingin surga yang baka. Surga dimana aku menemukan sesuatu yang
tak pernah terbayangkan oleh apa dan siapapun. Surga dimana aku bisa hidup
selama-lamanya.”</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">***</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Dua sahabat. Awal dari sebuah perpisahan.
Aku rela. Dan aku harus rela. Rasanya tak sanggup membayangkan tubuh remuk
tanpa daya; tertimbun tanah; dicabik-cabik cacing. Tak kuat rasanya merasakan
siksaan baka, hanya karena surga fana yang selalu membelenggu hidupku. Surga
yang mengungkung segala kedhaifanku dan memenjara segenap kemanusiaanku.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Seketika aku terkesiap. Ah, tiba-tiba aku begitu
saja teringat engkau ibu. Mengapa selalu saja ada yang tak mampu kumaknai
tentang manik-manik yang menjuntai di sudut matamu. Tentang surga yang ada di
telapak kakimu. Surga yang seharusnya tempatku bersimpuh mengeluarkan seluruh
ketidakberdayaanku. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Ibu, aku membayangkan engkau duduk di
sampingku dan menemaniku menyulam surga. Surga yang selalu kau bisikkan sejak
aku belum mengerti tentang dunia. Bahkan kau merancang surga untukku;
menyulamnya dengan doa-doa dan air mata hingga rambutmu beruban dan wajahmu
mulai ditumbuhi keriput.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Aku tak tahu ibu, harus kusebut apa dirimu
yang telah menjagaku dengan penuh kasih sayang dalam rahimmu; menyedot segala
saripati dari tubuhmu hingga aku tumbuh dengan sempurna sebagai seorang
manusia. Harus kusebut apa engkau ibu yang dengan segala kesabaran menemaniku sekian
lama dan menuntunku untuk mengenal dunia ini. Mengajariku tentang hidup dan
segala macam makna kehidupan. Sementara aku begitu saja berusaha
meninggalkanmu. Meninggalkan butiran-butiran bening di sudut matamu, tanpa
harus sedikitpun merasa bersalah dan berusaha memaknai segalanya. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Ah, ibu… harus kusebut apa pula diriku
yang telah menumpahkan air matamu…?”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">***</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Di luar, malam hembuskan angin beribu
tafsir dan ilallang kering menusuk gelapnya. Tak ada lagi yang pantas
kuterjemahkan, kecuali bening matamu ibu. Di situ kutemukan keheningan yang
mampu memberiku ketenangan. Ya… ketenangan yang tak ada duanya di dunia ini.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Namun suara ketukan semakin keras. “Ayolah
sahabatku. Bukalah pintumu. Ada hening di sini. Ada ketenangan di sini. Bukalah
perlahan. Lihatlah aku dengan mata senjamu.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Tubuhku dengan cepat dirambati kegamangan.
Gigil tubuh menyisakan gemeretak dalam deru nafasku. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Ibu, enyahkan dia dari jiwa anakmu ini.
Bukalah lubang kubur dan tanamlah nisan di kepala dan kakinya, biar aku dapat
menyulam surga bersamamu. Aku tak ingin serpihan kaca itu pantulkan duka. Tidak
ibu! Tidak! Aku tak ingin lagi mengulang cerita usang itu. Maafkan aku ibu.
Maafkan anakmu yang tak mampu menterjemahkan bening matamu.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Ketukan itu masih terdengar. Dua orang
sahabat? Tidak lagi. Aku ingin meninggalkannya. Di tepi peta yang digambar
dengan tangan yang lelah, tubuhku memintal sujud. Menjelma garis-garis sungai.
Muara tungku terbakar. Gemeretak kayu-kayu<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>merekah di antara desah zikirku. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Aku muak. Aku ingin lepas dan menanggalkan
jubah masa lalu. Inilah tepi bisu, tepi mulut-mulut yang terkunci. Aku ingin
lari. Di sini tangan, kaki, mata, hidung, kepala, terkurung. Jiwa tak pernah
bernyanyi dengan lagunya sendiri, dengan suara-suaranya sendiri. Sebuah
orkestra dengan partitur musim beku.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Aku terjerat. Aku larut. Sepiku tak lagi
menyisakan makna. Dukaku menebar selaksa perih. Aku tak ingin mengulang cerita
gumpalan kabut yang sekian lama memeta dalam garis–garis hidupku, menutupi mata
hati dan menggiringnya dalam gelap. Geliat<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>nafasku sungguh tak lagi bertasbih. “Akkh… maafkan aku ibu.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Sudahlah! Singkirkan keraguanmu. Mari
kita satukan kembali nafas kita. Aku tak ingin meninggalkanmu. Kita telah
menyatu. Dalam dirimu ada aku dan dalam aku ada dirimu. Cepatlah kemari, gapai
nafasmu dalam nafasku. Tak ada yang hilang. Kau bahkan menemukan kebahagiaan
bersamaku.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Tidak! Pergilah! Atau aku akan memisahkan
rohku dari<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>jasad yang telah mengungkung
ini. Lepaskan dirimu dari diriku. Biarkan aku menemukan sepasukan hening yang
mengantar jiwaku menjadi irama keikhlasan. Menemukan cinta yang telah kau
rengguk dariku sekian lama. Aku ingin kembali memintalnya dengan segala
kesadaran dan keikhlasanku.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Kemarilah!”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Tidaaaakkk!”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">***</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Lalu cerita kamboja yang tergantung renta
di balik senja, meliuk menoreh berlaksa cerita kematian. Luka bakar di ujung
langit membentang; tanah yang terbelah; tubuh-tubuh kering patah meluncur deras
di kedalamannya yang pekat. Batu nisan yang berjejer kabarkan cerita duka
sajak-sajak gelapku. Sajak-sajak yang kuukir dengan ujung jari gemetar yang
dilumuri darah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>“Jangan!
Jangan kau pisahkan kesenangan dunia dari dirimu. Lepaskan dirimu dari keraguan
akan diriku. Aku adalah garis-garis dalam peta<span style="mso-spacerun: yes;">
</span>takdirmu. Kau tak dapat menjauh dariku.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Aku tak sanggup lagi. Kita harus
berpisah. Atau aku benar-benar akan mengubur jasadku, agar perpisahan abadi itu
datang.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Jangan. Tenangkan dirimu. Aku datang
membawa kenangan indah.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Tidak! Kenangan itu tak indah bagiku.
Semua itu hanya serpihan-serpihan neraka yang engkau tawarkan dan aku dengan
penuh kebodohan menerimanya dengan penuh keikhlasan,” tudingku sengit.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Tapi suara-suara itu tak hendak berlalu
sedikitpun. Suara-suara itu bahkan semakin garang menerjang kesadaranku dan
berusaha memenjarakanku dalam jeruji-jeruji masa silam.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Sungguh engkau tak menyadari keikhlasanku
membawakanku surga. Tidakkah kau telah menghirup bau surga. Kemarilah, hirup
baunya sepuasmu!” </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Tidak. Engkau hanya menipu mataku. Engkau
hanya menawarkan sesuatu yang absurd. Sesuatu yang akan membutakan semua
penghambaanku pada Kekasihku yang sesungguhnya.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Aku benar-benar ingin menjauh darinya.
Menjauh dari semua kenikmatan fana yang senantiasa ditawarkannya. Aku tak ingin
meneteskan kembali air mata ibu. Aku ingin menjaganya. Ya… menjaganya dari
segala penderitaan yang lahir dari semua kebodohanku.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Dan di luar malam semakin pekat. “Ah, ibu.
Aku takut. Aku begitu lalai dari dirimu. Aku tak pernah memetik anggur dari
sajadah panjang yang kau bentangkan dalam jiwaku. Hanya dialah yang selalu
datang menorehkan catatan tentang malam-malam usang dengan ulat-ulatnya yang
menikam kesadaran. Aku tak dapat mengelak. Ya… ibu, aku memang tak pernah
melakoni kesadaranku sendiri. Dia telah merengguk segalanya.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Aku terus memperkuat kesadaranku. Namun suara
ketukan itu semakin keras mengaung dalam batinku. Jiwaku terjerembab. Ia
mendobraknya. Memporak-porandakan pertahananku. Rengkuhannya begitu erat memenjarakan
jiwaku. Aku tersesak: </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Ibu, bantu aku. Jauhkan aku darinya. Aku
sungguh tak sanggup. Ibu, Temani aku menyulam surga. Temani aku menyulam segala
yang pernah kau bisikkan ke dalam jiwa! Bawaku aku bersimpuh di kakimu.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">“Akhhhh…! </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Aku terus bergulat. Tapi aku kalah. Jiwaku
lelah. Nafasnya mencengkeramku begitu garang. Lalu sepotong belati dari
tanganku merentas alam rayaku. Aku melayang. Dan semuanya seketika menjadi
asing. Langit tempatku berteduh satu persatu runtuh. Keterasingan menyelimuti.
Aku melayang mengembara. Begitu ringan. Kulihat jasadku mengerang. Nisanku
menangis. (Oke)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<i><span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;">Makassar,
sunyi yang paling sunyi, 2003</span></i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 0.5in;">
<i><span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 10.0pt;">Ibu, maafkan anakmu yang tak mampu
memaknai cintamu</span></i><i><span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11.0pt;"></span></i></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9139764343241189361.post-78524927371825322762018-02-25T17:00:00.002-08:002018-02-25T17:00:24.951-08:00Kota Tuhan<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><br />
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin-top:0in;
mso-para-margin-right:0in;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0in;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style>
<![endif]-->
<br />
<div class="MsoNormal">
<b><span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";"></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b><span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Cerpen Idwar Anwar</span></b></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifPP0HJYU-_jCorAFbJfz1BJNW58WGOxquZIVtOimRIZF52ZXpBhsMpp8ii9G69ncA74ESQ4paiaIclSMamJnT4LrRUU9TyVeyglBtMeYlp03WI9RYpJOa8ucdHm5o1ZvXn2-J_Ojq9TRs/s1600/Edo.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="491" data-original-width="360" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifPP0HJYU-_jCorAFbJfz1BJNW58WGOxquZIVtOimRIZF52ZXpBhsMpp8ii9G69ncA74ESQ4paiaIclSMamJnT4LrRUU9TyVeyglBtMeYlp03WI9RYpJOa8ucdHm5o1ZvXn2-J_Ojq9TRs/s200/Edo.jpg" width="146" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";"><b>TIDAK</b> seperti kota-kota lainnya, di kota ini kutemukan diriku menjadi hijau.
Lumut-lumut yang melekat bertumbuh menjadi nyanyian-nyanyian malaikat. Di kota
ini, aku bisa melihat matahari bermekaran. Kuntum-kuntumnya bergerak lembut
membiaskan kehangatan. Aku bahkan dapat memetik matahari tanpa harus kurasakan
panasnya yang menyengat, seperti di kota-kota lain. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Bulan
di kota ini juga ternyata lebih indah dari yang pernah kubayangkan. Warnanya
perak dengan tepinya sedikit jingga. Cahayanya lembut menerangi dengan selaksa kesejukan.
Aromanya wangi menyemarakkan bunga-bunga bertangkai petir yang tumbuh di setiap
pori-pori waktu.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Aku
bahkan pernah menjadi bagian dari sinarnya. Kurasakan sebuah kesejukan yang
teramat sangat </span><span lang="IN" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">mendekap</span><span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";"> seluruh kesadaranku. Sungguh, aku menjadi sesuatu yang lain.
Sesuatu yang selama ini tak pernah terbayangkan akan melingkupi diriku begitu
cepat, hingga aku sendiri begitu sulit mempercayainya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Di kota
ini aku ternyata bisa menjadi malaikat bahkan melebihi malaikat. Aku menari
mengikuti segala arah angin, membelai setiap yang kusapa, mengusap dengan
jemariku yang lembut. </span><span lang="NL" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: NL; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Aku lantas menjelma buih-buih di pantai mengiringi riak-riak ombak yang
bergoyang kadang mengganas. Burung-burung camar sesekali meningkahi dengan
menukik dan mencecah permukaannya melahirkan suara-suara rindu. Cekikikan
burung-burung itu membawa keriangan tersendiri yang berbeda dengan kota-kota
lain. Sungguh, aku bisa merasakannya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="NL" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: NL; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Memasuki kota ini, aku juga menjelma kunang-kunang. Aku
beterbangan kian kemari dengan riangnya. Tak peduli dengan apa pun yang ada di
sekitarku. Sayap-sayapku begitu ringan menghalau angin, menepiskannya hingga
membuatku terangkat tinggi dan melayang ke angkasa. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="NL" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: NL; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Di kota ini aku tak lagi menemukan kegelapan.
Cahaya-cahaya muncul dari dalam diriku, membias pada setiap titik-titik ruang
dan waktu yang kujalani. Aku menyaksikan tubuhku meningkahi kegelapan dengan
riangnya, hingga pekat menjelma menjadi terang.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="NL" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: NL; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Menemukan kota ini merupakan sebuah anugerah yang maha
dahsyat dan tak akan mungkin terhapus dari totalitas kedirianku. Aku tak akan
mungkin melupakan penjalanan ini. Melupakannya berarti juga melupakan ruh yang
ada dalam diriku. Di kota inilah bermacam keindahan tumbuh, menjalar menelusuri
setiap hitungan waktu yang telah kurengut sekian lama. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="NL" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: NL; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Kota ini menjadikanku begitu berarti. Kesengsaraan selama
menjalani kehidupan, seperti tak ada artinya ketika menyadari keberadaan kota
ini. Semuanya sirna ketika memasuki dan berumah di kota ini. Kota ini seperti
mendekap kenikmatan dan meletakkannya dengan hikmat pada setiap titik ruang dan
waktu dari perjalanan hidupku.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="NL" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: NL; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Memasuki kota ini membuatku merasakan kenikmatan yang
luar biasa. Aku larut dan rela dialirkan ke mana saja dalam kota ini. Aku tak
takut. Aku malah bergembira dapat berenang dan mengalir lembut dalam kota ini.
Kota yang telah mengajariku tujuan dari setiap tarikan nafasku; tujuan dari
setiap gerak tubuhku; tujuan dari setiap gerak jiwaku. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="NL" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: NL; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Ah, di kota ini kebahagiaan tumbuh dimana-mana dan
menjalar memasuki setiap rongga perjalanan kehidupanku. Aku sungguh
merasakannya; gerak lembutnya menjalari kemanusiaanku; gerak lembutnya menyapa;
membelai; melelapkanku dalam ketulusan. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span lang="NL" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: NL; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">***</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="NL" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: NL; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Sungguh, kurasakan begitu banyak yang runtuh dalam diriku
sebelum menemukan kota ini. Di sini, aku ingin memburu dan menghapus
titik-titik hitam waktu yang telah aku semai sendiri dalam perjalanan hidupku.
Memburu masa-masa purba yang kusam dan gelap untuk kutaburi cahaya-cahaya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="NL" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: NL; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Ingin kubangun kota ini, setelah sekian lama runtuh;
puing-puingnya berserakan menutupi jejak-jejak. Serpihan-serpihan kota ini
kupungut satu demi satu. Tangan-tanganku menjulur ke langit, gemetar, memintal
satu demi satu puing-puing dan debu-debunya yang beterbangan di langit kelam. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="NL" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: NL; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Namun entah mengapa, aku merasakan tak akan sanggup lagi
membangun dan membuatnya sebagai kota yang indah, seperti ketika aku baru
pertama kali menghirup udara di bumi ini. Tapi aku akan tetap melakukannya. Meski
aku tahu semua itu akan menghabiskan waktuku. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="NL" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: NL; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Waktu…? Bukankah waktuku memang seharusnya kuhabiskan
untuk membangun kota ini. Kota yang dijelmakan oleh zat yang maha agung untuk
memberikan cahaya pada siapa saja. Kota yang dibangun untuk menuntun hidup
setiap tubuh-tubuh yang di dalamnya bersemayam ruh. Tubuh-tubuh yang tumbuh
dari tanah. Ya… tanah yang kotor.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="NL" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: NL; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Membangun kota ini, seperti merancang kembali kehidupan
baru bahkan jauh lebih sulit. Kertas putih yang penuh noktah hitam, sungguh
sulit kuputihkan lagi, walau dengan air mata yang terus mengalir hingga membentuk
sungai-sungai dan menjadi lautan. Tentu, bangunan di kota ini hanya bisa tumbuh
dan menjulur dengan kepingan-kepingan yang mungkin tak akan lagi bisa menjadi
utuh. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Di kota
inilah butiran-butiran air mataku tumpah membentuk sungai-sungai kecil yang
melintasinya. Sungai air mata yang sekian lama keruh dan berkarat, hingga tak
mampu mengalir membangun penyesalan-penyesalan yang hakiki itu, kini mulai mengalir
dengan riangnya. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span lang="NL" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: NL; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">***</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="NL" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: NL; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Aku mencari dan menemukan kembali kota ini setelah sekian
lama terkubur begitu dalam. Kota ini benar-benar telah kehilangan bentuknya.
Batu-batu hitam begitu lama menghujani dan menindihnya dengan keberingasan yang
sungguh tak sanggup lagi kubayangkan. <i>Aku memang tak mau lagi
membayangkannya</i></span><i><span lang="IN" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">.</span></i><span lang="IN" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: NL; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";"> </span><i><span lang="NL" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: NL; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Membayangkannya berarti membunuh diriku
sendiri sebelum aku sanggup membangunnya kembali</span></i><span lang="NL" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: NL; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">. <i>Kalaupun harus membayangkannya,aku
hanya menjadikannya sebentuk steksa untuk merancang kembali kota ini.</i> </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="NL" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: NL; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Ya, aku ingin merancang kota ini dengan sebuah penyesalan
yang utuh dari segenap penghambaanku. Sebentuk penghambaan yang telah kurancang
sekian lama, namun aku sendiri tak tahu mengapa aku tak sanggup melakukannya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="NL" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: NL; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Entah mengapa, ketika itu aku benar-benar tak mampu
melakukannya. Aku terjebak dalam lingkaran yang aku sendiri tak tahu dan tak
mampu melepaskan diri darinya. Sebuah lingkaran yang dipenuhi
kesenangan-kesenangan duniawi yang akhirnya membawaku ke dalam sepi. Ya…
sebentuk sepi yang teramat sepi… sepi yang mencekam… sepi yang membutakan… sepi
yang membuatku pernah ingin membunuh diriku sendiri.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="NL" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: NL; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Dalam kesepian itu, aku terus mencari sujudku… menemukan
sujudku. Sujud yang sekian lama terbelenggu dalam lingkaran hitam itu kini
hadir dalam setiap titik-titik kesadaranku. Lalu kusujudkan diriku pada hampir setiap
sepertiga malam untuk mencari kembali kota ini dan membangunnya kembali dengan
segala penghambaanku. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="NL" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: NL; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Begitu sulitnya mencari sesuatu yang pernah hilang dalam
diri. Begitu sulitnya membangun sesuatu yang pernah hancur dan telah menjadi
puing-puing. Tapi aku harus melakukannya. Harus! Ya, sebuah penghambaan yang <i>kaffah</i>
harus kutunjukkan untuk kembali membangun kota ini. Kota yang penuh dengan debu,
awan hitam dan telah penuh borok bernanah. Kota yang telah berkarat. Kota dimana
malaikat tak mampu lagi hidup dengan damai; tenang.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="NL" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: NL; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">“Mungkinkah.” Tiba-tiba sebuah suara terdengar nyaring di
telingaku. Bahkan ketika itu kurasakan ingin mengoyak-ngoyak gendang telingaku
yang fana.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">“Adakah
sesuatu yang tak mungkin di dunia ini. Tuhan menjadikan semua yang ada di dunia
ini menjadi mungkin, bahkan untuk menghina Tuhan sekalipun, manusia diberi
kebebasan, kecuali mengubah hukum-hukum yang telah ditetapkan-Nya. Bukankankah
ini anugrah yang maha dahsyat?” Segera kurancang ketegaranku yang kembali
diguncang.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">“Tapi
apakah engkau sanggup? Rasanya aku meragukannya.” </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Entah dari
mana, suara itu kembali menghantam kesadaranku. Sumpah, yang aku rasakan
hanyalah kegelisahan yang menerobos dengan cepat dalam ruang-ruang keputusanku.
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<i><span lang="NL" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: NL; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Zilzaal…. </span></i><span lang="NL" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: NL; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Goncangannya teramat hebat. Di sepertiga
malam, sujudku pun bergetar. Sajadah tempat air mataku tumpah, menjadi kering;
tandus. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="NL" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: NL; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">“Tuhan dimana Engkau??!!” jeritku tersedak.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="NL" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: NL; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">“Apakah Kau sudah mati??!!!” Nafasku tersengal. Dadaku seperti
ditumpuki beribu-ribu gunung. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="NL" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: NL; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">“Mengapa aku selalu Kau biarkan terkubur dalam kegelapan?!!”
Kukumpulkan potongan-potongan nafasku. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="NL" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: NL; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">“Bukankah aku tak putus-putusnya mencariMu. Sujud apalagi
yang harus kulakukan untuk mendapatkan </span><span lang="IN" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">kembali</span><span lang="NL" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: NL; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";"> cahayaMu?” Pemberontakanku mengganas; luka-luka dan
berdarah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">“Sujud apa lagi yang Kau butuhkan? Kau tak membutuhkan sujud.
Karena itu, aku makin yakin aku tak mampu menemukan kota itu, apalagi membangunnya.
</span><span lang="NL" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: NL; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Kota itu telah kau
runtuhkan hingga puing-puingnya sebesar biji <i>dzarrah</i>.” </span><span lang="IN" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Suara itu kembali melengking, bahkan mungkin melebihi
lengkingan terompet malaikat Izrafil. </span><span lang="NL" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: NL; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Aku kian gelisah. Padahal aku ingin kembali merasakan
kesejukan berumah di kota itu. Tapi mengapa semuanya begitu cepat berlalu. Begitukah
manusia? Begitu cepat berubah, menjelma menjadi sesuatu yang lain dalam waktu
yang senantiasa tak terduga.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="NL" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: NL; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Tapi aku harus yakin Tuhan adalah pemberi cahaya <span class="gen"><span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">kepada langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Tuhan, adalah
seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar.
Pelita itu di dalam kaca dan kaca itu seakan-akan bintang yang bercahaya
seperti mutiara. Aku yakin Tuhan akan membimbing siapa yang dia kehendaki kepada
cahaya-Nya. Cahaya di atas cahaya.</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="NL" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: NL; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">“Dimana lagi kau akan mencari cahaya Tuhan? Bukankah kota
yang kau cari telah kau gelapkan sekian lama. </span><span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Kau
hancurkan semua cahaya, meski cahaya itu kerlipan butiran pasir di laut. Di
sini tak ada lagi cahaya-cahaya yang ingin menerangi. Kota itu bertahun-tahun
telah gelap gulita. </span><span lang="NL" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: NL; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Bukankah kau senang dengan kegelapan? Bukankah itu yang kau cari? Lalu
mengapa kau cari cahaya? Untuk apa…?” </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="NL" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: NL; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">“Tidaaaakkkk!!!!”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="NL" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: NL; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Suaraku melengking ke tepi kesadaranku. Aku bahkan tak
mengerti lagi akan diriku. Aku benar-benar tak tahu mengapa keraguan begitu
cepat menggauliku, padahal ketika itu aku baru saja merasakan kesejukan dalam
kota itu. Dan ini selalu saja terjadi dalam diriku. Sebentar kutemukan diriku tafakur
dalam sujud, namun sejenak kemudian aku kembali terjerebab dan terkapar dalam
kubangan lumpur yang hitam pakat.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="NL" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: NL; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">“Ah, kotaku. Mengapa aku selalu saja gagal membuatmu dipenuhi
cahaya. Dan kalau pun bisa, mengapa aku tak kuasa untuk mempertahankan cahaya
itu. Mengapa cahaya itu selalu saja begitu cepat redup tatkala kutinggalkan
sajadah tempatku bersujud?”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="NL" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: NL; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">“Hahahahaha….”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="NL" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: NL; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">“Hentikaaaaaan…!!!!!” </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="NL" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: NL; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Suaraku terjerembab ke dalam liang yang begitu dalam.
Dadaku bergemuruh menggiring badai. Nafasku terpenggal-penggal menjadi
potongan-potongan rintih. Aku betul-betul tak tahan. Bahkan aku ingin mencaci-maki
Tuhan. Ya… ketika itu aku ingin mencaci-maki Tuhan seenak perutku, sebab
mengapa Dia tak mau memberikanku cahayaNya. Padahal aku telah berjuang mencari
dan meminta cahaya itu untuk kutaburkan di kota yang diciptakanNya sendiri.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="NL" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: NL; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Sungguh, aku benar-benar ingin memuntahkan semua
kekotoran kata-kata. Bukankah Tuhan menciptakan manusia dengan kebebasan,
bahkan untuk mencaci diriNya sendiri. Dan sebagai manusia aku harus
memanfaatkan itu. Aku pun mencerca Tuhan semauku. Mulutku yang diciptkanNya,
kugunakan sebaik-baiknya untuk mencaci Tuhan. Cacianku memenuhi rongga dadaku,
bahkan menyesakkannya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="NL" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: NL; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Aku tak mengerti mengapa Tuhan tak memberikan cahayaNya.
Bukankah aku selalu berusaha mencari cahayaNya? Dan ketika kutemukan, mengapa
cahaya itu kadang redup dan kadang benderang. Mengapa Tuhan tak menetapkan
hatiku untuk senantiasa <i>istiqamah </i>pada semua kehendakNya? Mengapa….?</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="NL" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: NL; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Lalu aku berulang-ulang memuntahkan cacianku pada Tuhan. Aku
merasa Tuhan tak adil. Aku ingin menetapkan diriku untuk membangun, menjaga dan
menaburi cahaya pada kota dalam diriku, tapi mengapa Tuhan tak mau memberikannya?
Mengapa mereka yang lain diberikan petunjuk, sedang aku harus terus berkutat
dengan ketidak-<i>istiqamah</i>-an. Aku ingin <i>istiqamah</i> dan <i>kaffah </i>dalam
penghambaanku. Tapi mengapa aku tak bisa. Mengapa Tuhan tak membiarkanku <i>istiqamah</i>?
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="NL" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: NL; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Tapi tak sanggup. Aku kembali tak mampu mencaci Tuhan. Aku
malah kembali mencucurkan air mata. Aku tahu kehancuran dunia hanyalah
kehancuran fana. Maka sejak kusadari kehadiran kota itu, aku tak akan pernah
berhenti membangun mencari dan membangunnya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span lang="NL" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: NL; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">***</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="NL" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: NL; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Bertahun-tahun kota ini kutinggalkan. Reruntuhannya masih
tersisa. Tapi di sini telah kutemukan keabadian. Meski aku tahu, di kota ini
pernah ada yang terbakar, menghitam atau mungkin telah mati. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="NL" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: NL; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Namun kota ini akan terus kubangun, walau dengan tangan
gemetar dan ujung lidah terbakar. Aku tak ingin lagi membiarkan kota ini gelap.
Akan kugapai dimana pun cahaya itu ada untuk menerangi kota ini. Akan kuulurkan
tanganku dimana pun butiran itu berserakan dan kususun, meski dengan tangan dan
kaki yang gemetar. Akan kutiupkan penggal nafasku dimanapun debu-debu kota ini
berterbangan dan kurangkai sebagai perekat. Akan kulantunkan doa-doa, meski
ujung lidahku terbakar dan berdarah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="NL" style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-ansi-language: NL; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Bukankah yang paling mengenali dirinya, berarti yang
paling mengenali Tuhannya? Maka tak henti-henti kutelusuri setiap ruas tubuhku untuk
mencari diriku. Kusingkap-singkap jiwaku untuk membaca kekuasaanNya. Kutelisik
kemanusiaanku untuk menjelajahi hakikat penciptaanku. Lalu kutemukanlah kota
ini, kota yang sesungguhnya bersemayam dalam hatiku; qalbu; Kota Tuhan. </span><span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11.0pt; mso-bidi-font-family: "Book Antiqua";">Ok1</span></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9139764343241189361.post-30606595263086354262018-02-25T16:54:00.002-08:002018-02-25T16:54:24.832-08:00Kucing <div class="post-title entry-title" itemprop="name" style="text-align: center;">
<b><span style="font-family: "Book Antiqua", "serif";">Cerpen Idwar Anwar</span></b></div>
<div class="post-title entry-title" itemprop="name" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "Book Antiqua", "serif";"><i> </i></span></div>
<div class="post-header" style="text-align: left;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifPP0HJYU-_jCorAFbJfz1BJNW58WGOxquZIVtOimRIZF52ZXpBhsMpp8ii9G69ncA74ESQ4paiaIclSMamJnT4LrRUU9TyVeyglBtMeYlp03WI9RYpJOa8ucdHm5o1ZvXn2-J_Ojq9TRs/s1600/Edo.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="491" data-original-width="360" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifPP0HJYU-_jCorAFbJfz1BJNW58WGOxquZIVtOimRIZF52ZXpBhsMpp8ii9G69ncA74ESQ4paiaIclSMamJnT4LrRUU9TyVeyglBtMeYlp03WI9RYpJOa8ucdHm5o1ZvXn2-J_Ojq9TRs/s200/Edo.jpg" width="146" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.2pt; text-align: left; text-indent: 36pt;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.2pt; text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Melihat
Roni, anakku, aku ingat Aco. Kelakuan adikku itu terlihat jelas pada
diri Roni. Aco yang ketika itu berumur 4 tahun, hampir seumur dengan
Roni sekarang, sangat sayang pada kucing. Ia memiliki kucing piaraan
yang ayah beri nama si Manis.<span> </span>Seperti Aco, Roni<span> </span>juga sangat sayang pada kucing.<span> </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Si
Manis bukanlah kucing biasa. Dari penampilannya, ia telah menampakkan
keistimewaan dibanding dengan kucing-kucing lainnya. Tubuhnya besar
dengan ekor yang panjang. Bulu-bulunya halus dan bersih dengan warna
yang sangat unik: ungu tua. Dengan warna bulu seperti itu, si Manis
banyak mendapat perhatian di lingkungan tempat kami tinggal. Warnanya
memang sangat langka. Bahkan orang-orang yang melihatnya menyangka,
kalau bulunya di cat.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Ayah
menemukannya di jalan, ketika hujan deras mengguyur. Saat itu, si Manis
basah kuyup. Ayah lalu mengambilnya dan membawanya ke rumah. Terus
terang kami sekeluarga memang sangat takjub dengan warna bulunya. Dan
akhirnya kami sepakat untuk memeliharanya. Si Manis lalu tumbuh menjadi
kucing yang periang. Gerak-geriknya sering membuat kami tertawa.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Ada
peristiwa yang selalu membuatku selalu teringat padanya. Suatu pagi aku
terbangun karena kaget. Terasa seperti ada yang menjilat-jilat pipiku.
Ketika mataku kubuka ternyata si Manis berada di atas dadaku sambil
mengeong-ngeong. Ia seperti ingin membangunkanku. Aku begitu bersyukur,
karena saat itu aku memang ada janji penting dengan dosen. Hampir saja
aku ketiduran karena kelelahan mengerjakan tugas kuliah sampai subuh.
Entahlah mungkin kebetulan. Namun kejadian seperti itu ternyata bukan
hanya aku yang mengalaminya, bahkan hampir seluruh keluarga kami.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Sejak
kucing itu dibawa ke rumah, adikku, Aco, selalu menjadi teman
sepermainannya. Mereka begitu akrab, seperti telah saling memahami. Aco
memang paling bungsu dalam keluarga kami. Terlebih jarak 10 tahun dengan
kakaknya yang terakhir membuatnya tak punya teman bermain. Adikku
memang begitu menyayangi binatang tersebut. Ke mana-mana, ia selalu
menggendongnya. Saat makan, ketika menonton TV bahkan saat beranjak ke
pembaringannya, hingga tertidur, mereka selalu bersama. Bulu-bulu si
Manis kerap dielus dan disisirnya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Kebersihannya
juga tak pernah kami abaikan. Dua kali seminggu, si Manis dimandikan.
Dan untungnya, jika si Manis hendak kencing atau berak, ia selalu
mencari tempat yang jauh, atau kadang di sudut-sudut halaman belakang
rumah dan menimbunnya. Tidak heran jika bau tahi kucing tak pernah
tercium di rumah kami. Mungkin itu juga yang menjadi kelebihannya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br />
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">***</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br />
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Melihat Roni, anakku, aku selalu teringat adikku. Roni<span> </span>juga
selalu asyik bermain dengan kucing kesayangannya yang kebetulan juga
diberi nama si Manis. Aku menemukannya di tong sampah, ketika sedang
mengais-ngais mencari makanan bersama beberapa kucing lainnya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Ketika
pertama melihatnya, aku terkejut dengan warna bulunya yang persis sama
dengan bulu si Manis, kucing kami dulu. Bulunya juga ungu tua dengan
ekor panjang yang selalu bergerak meliuk. Di antara kucing di
sekitarnya, ia memang begitu mencolok. Aku lalu membawanya ke rumah.
Kebetulan<span> </span>aku juga suka memelihara binatang, termasuk kucing. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Semula istriku marah-marah. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">“Kucing itu membawa penyakit. Apalagi susah mengurus kotorannya. Belum lagi kalau beranak,”<span> </span>cerocosnya suatu hari. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Aku
hanya diam. Biarlah, pikirku, ia juga nanti akan mengerti. Dan terbukti
kucing yang kubawa, tak melakukan hal-hal yang seperti ditakutkan
istriku. Jika hendak kencing atau berak, ia selalu pergi jauh dari rumah
atau ke halaman belakang dan menggali lubang, lalu kembali menimbun
kotorannya dengan kakinya. Bahkan —suatu ketika aku sempat melihatnya—
mungkin untuk meyakinkan kembali bahwa bau tahinya sudah tidak tercium,
binatang itu pun mengendus-endus di sekitar lubang yang sudah
ditutupnya. Dan mungkin karena belum yakin kalau bau tahinya sudah tidak
tercium, ia kembali mengais-ngais tanah dan menimbunnya. Si Manis baru
meninggalkan tempat tersebut, jika telah yakin bau tahi yang ditimbunnya
sudah tak tercium lagi.<span> </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Akhirnya,
karena salah satu ketakutannnya tidak terbukti, istriku mulai terbuka
dan menerima kehadiran si Manis di tengah-tengah keluarga kami. Aku
merasa senang, terlebih Roni, anakku semata wayang. Ia begitu gembira
bermain dengan kucing yang kubawa. Mungkin karena belum mempunyai adik,
padahal usianya menjelang 4 tahun. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Setiap
hari Roni hanya bermain dengan kucing barunya. Jika pulang sekolah, ia
menghabiskan waktunya untuk bermain bersama si Manis. Mainan yang aku
belikan hampir tak pernah disentuhnya. Ia lebih menikmati jika
bersenda-gurau dengan si Manis. Keduanya seolah telah saling memahami.
Seperti saling mengerti tindakan dan ucapan masing-masing. Roni
bercakap-cakap layaknya sedang bercakap dengan teman-temannya. Dan
kucing itu pun seakan menjawab dengan <i>ngeongan</i>nya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">“Pa,
Pa, lihat si Manis bermain bola,” teriak Roni begitu riang, suatu hari.
Kulihat kucing itu sedang menendang-nendang bola dan mengejarnya. Roni
begitu menikmatinya. Hingga untuk makan pun, istriku cukup kerepotan
dibuatnya. Ke mana-mana, binatang itu selalu dibawanya. Bahkan ketika
hendak tidur, keduanya selalu bersama.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<br />
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">***</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<br />
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Melihat
Roni, anakku, aku selalu ingat, Aco. Setiap hari, ia selalu bermain
dengan si Manis. Seperti Roni, Aco juga selalu bercerita kepada
teman-temannya tentang kucingnya. Ia begitu membanggakan si Manis di
depan siapa saja. Ke mana-mana Aco selalu membawanya. Keduanya begitu
dekat. Bahkan karena sangat dekatnya, ketika si Manis sakit, Aco selalu
menangis. Ia rajin merawatnya, memberi makan dan kalau malam diberinya
selimut. Aco memperlakukan si Manis seperti manusia. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">“Ah, mungkin karena Aco tak punya teman bermain, “ pikirku ketika itu. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Sering
pula jika sedang belajar membaca, ia juga terkadang mengajarkan si
Manis membaca. Aku hanya tersenyum sendiri, jika melihatnya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">“Dasar anak-anak,” pikirku.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Tapi
suatu hari, ketika itu bulan November, saat hujan begitu deras
mengguyur hampir setiap hari, itulah awal hari-hari naas si Manis. Ia
jatuh sakit. Semula kami menganggap sakitnya biasa saja, sama ketika
dulu ia sakit. Tapi hari demi hari keadaannya semakin lemah. Dan seperti
biasa, adikku, sering menangis. Ia bahkan enggan ke sekolah hanya untuk
menjaga kucing kesayangannya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Akhirnya,
kami sekeluarga jadi bingung. Mau di bawa ke dokter hewan, di kota kami
jelas tidak ada. Dan yang membuat kami bertambah bingung. Sejak itu,
Aco selalu nampak murung. Ia juga kerap menangis. Mungkin karena sesuatu
yang sangat disayanginya mengalami musibah. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Wajar,
semua manusia pasti seperti itu, pikirku ketika itu. Ya, meski mungkin
hanya karena seekor kucing. Tapi kami benar-benar khawatir. Terlebih
ketika Aco juga mulai sakit-sakitan. Walau ia masih tetap pergi ke
sekolah, tapi di sekolah, oleh gurunya, ia juga kelihatan tak bergairah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Kami
pun semakin khawatir. Seminggu lebih si Manis tak juga kunjung sembuh.
Malah kondisinya makin kritis. Dan Aco juga demikian, sakitnya semakin
menjadi-jadi. Hingga hari-hari naas itu pun tiba. Tak satu pun yang
melihat ketika binatang itu telah tergeletak tak bernyawa lagi. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Saat<span> </span>itu,
ketika baru terbangun, seperti biasanya Aco langsung mencari si Manis
di tempatnya; sebuah keranjang berlapis kain handuk yang tebal. Tapi ia
tak menemukannya. Lalu suara jeritnya pun seketika menggema memekakkan
telinga. Aco terus berteriak memanggil-manggil<span> </span>si Manis.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">“Si Manis mana? Ia tidak ada di tempatnya,” teriaknya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Kami
pun kelabakan dibuatnya. Aku, adikku Ririn, dan ibu dengan sigap
menyusur setiap bagian rumah. Namun kucing itu tak juga ditemukan.
Lantas kami berpindah ke halaman. Sementara Aco, sambil terisak, ikut
pula mencari. Akhirnya kami menemukan si Manis tergeletak di halaman
belakang. Tubuhnya membujur di lubang yang tidak begitu dalam, namun pas
memuat tubuhnya. Wajahnya nampak tenang. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">“Masih hangat,” ucapku sambil memegang tubuh binatang itu. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Di
sekitar lubang, tanah-tanah beserakan. Sepertinya lubang yang ditempati
si Manis terbaring untuk selamanya itu, baru saja digali. Kami lalu
berkesimpulan si Manis sendiri yang telah menggali lubang untuk dirinya.
Bulu kudukku seketika merinding. Ririn dan ibu pun demikian. Kami<span> </span>tertegun cukup lama. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">“Kucing
ini begitu pintar. Ia memiliki perasaan yang sangat tajam, hingga
matinya pun dapat ia ketahui.” Berbagai macam pikiran tentang si Manis
menggelayut di benakku.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Tapi Aco, sejak si Manis di temukan, tangisnya belum juga berhenti. Diguncang-guncangnya tubuh kucing kesayangannya itu. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">“Ma, kenapa si<span> </span>Manis tidak bergerak?” </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">“Ia sudah mati, sayang.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">“Mati itu apa, Ma?” Isaknya begitu memilukan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Sejenak ibu terdiam. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">“Mati itu, ya…seperti si Manis ini, tidak bernyawa lagi. Makanya ia tidak dapat bergerak.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">“Tapi mengapa si Manis harus mati, Ma?” Isaknya terus menyeruak di antara kesiur angin yang menggoyangkan dedaunan. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">“Ia telah dipanggil penciptanya.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">“Siapa pencipta si Manis, Ma? </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">“Penciptanya, juga yang menciptakan kita.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">“Jadi kita juga akan mati?”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">“Iya, sayang.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">“Kalau kita mati nanti akan bertemu si Manis?” Ibu hanya mengangguk. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">“Aku mau bertemu si Manis, Ma.” </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Sejenak
kami terdiam. Aco terus menangis, meski kami juga tak henti-henti
membujuknya. Aku juga merasa kehilangan. Terlebih setelah menyaksikan
kematian si Manis yang menurutku sangat aneh. Kucing itu seperti
memiliki kekuatan gaib. Seolah begitu dekat dengan penciptanya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Aku
lalu bergegas mengambil skop dan memindahkan tubuh si Manis, lalu
meneruskan menggali lubang yang telah ada. Setelah cukup dalam, tubuhnya
kembali kumasukkan dan menimbunnya. Setelah selesai, kami pun masuk ke
dalam rumah. Sedang Aco, masih saja duduk di depan gundukan kuburan si
Manis. Meski kami telah berusaha mengajaknya masuk, ia tetap tidak mau
beranjak dari tempatnya.<span> </span>Hampir satu jam lebih Aco duduk sambil terisak, hingga ayah datang dan berhasil membujuknya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Kematian
si Manis telah beberapa hari berlalu. Namun Aco tetap saja murung.
Beberapa kucing telah kami bawakan sebagai penggantinya, tapi ia tetap
tak mau. Aco malah melempari atau memukul kucing-kucing itu. Mainan yang
kami berikan juga tak membuatnya senang. Ia bahkan enggan ke sekolah
dan lebih parah lagi, ia sangat sulit untuk makan, meski dengan berbagai
cara kami membujuknya. Hanya ayah yang terkadang berhasil. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Tak
heran, jika tubuhnya semakin kurus dan lemah. Penyakit juga makin mudah
menggerogotinya. Dan hari-hari berikutnya, penyakit Aco bertambah
parah. Setiap malam ia selalu mengigau dan memanggil-manggil nama si
Manis. Kami tak mampu berbuat banyak, kecuali membawanya ke dokter. Oleh
dokter, kami hanya diberi obat dan menyuruhnya untuk istirahat. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Karena
penyakit Aco tak juga kunjung sembuh, bahkan makin parah, ia pun di
opname di rumah sakit. Namun hal itu tidak berarti sama sekali. Setiap
malam, ia selalu mengigau memanggil-manggil<span> </span>nama si Manis. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">“Ma,
Pa, lihat si Manis sedang bermain-main di sana.” Ia menunjuk ke arah
pintu rumah sakit. Hampir serentak pandangan kami mengekori arah
telunjuknya. Kami tak melihat apa-apa. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">“Tidak ada apa-apa, Nak.”<span> </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">“Lihat, Ma!<span> </span>Ia
sedang melompat-lompat. Ia memanggilku. Aku ingin ke sana. Si Manis
bersama teman-temannya. Bulu mereka indah berwarna-warni.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">“Si Manis sudah mati, Nak.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">“Tidak, Ma. Ia masih hidup. Lihat!” Tangannya kembali menunjuk ke arah langit-langit kamar rumah sakit, </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">“Ia memanggilku. Aku ingin bermain dengannya.” </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Adikku kemudian bangkit. Tapi tubuhnya begitu lemah, hingga ia terhuyung dan kembali terbaring. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">“Aku ingin bermain dengan si Manis.” Ia terus merengek. Wajahnya nampak lesi. Matanya sayu. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">“Aku ingin bermain dengan mereka…. Aku ingin bermain dengan mereka….” Suaranya lenguh. Bibirnya bergetar. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Kulihat
wajah ibu begitu sedih. Ia terus mengusap wajah adikku. Ayah yang duduk
di sampingnya, hanya terdiam. Kami begitu khawatir dengan keadaannya.
Hingga akhirnya kami kemudian bersepakat untuk memanggil dukun, sebagai
pengobatan alternatif.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Namun
nasib buruk segera menimpa. Belum sempat kami memanggil dukun, Tuhan
lebih dulu memanggilnya. Adikku pun pergi menemui penciptanya. Kesedihan
menyelimuti. Ketika itu kulihat wajah Aco, nampak tersenyum seperti ada
sesuatu yang membuatnya begitu senang, sebelum malaikat maut mengambil
ruhnya. Kudengar ia menyebut nama si Manis. Awan gelap seketika begitu
beringas menerjang kesadaranku. Sepuluh tahun yang lalu, semua itu
terjadi.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<br />
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">***</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<br />
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Melihat
Roni, aku seperti melihat Aco, adikku. Duduk di teras depan rumah, aku
seakan melihat Aco sedang bermain-main di hadapanku. Dan si Manis, juga
mengingatkanku pada kucing kesayangannya. Aco dan si Manis seperti
terlahir kembali. Ya, aku melihatnya pada sosok Roni dan si Manis,
kucing kesayangannya. Tapi benarkah? Yang pasti, saat melihat Roni, aku
seakan melihat adikku, sepuluh tahun yang lalu.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Mungkinkah
keduanya terlahir kembali dan menjelma pada sosok Roni dan kucing
kesayanganya? Dan, akhh… mungkinkah kejadian sepuluh tahun yang lalu
itu, juga akan terjadi pada anakku dan si Manis. Seketika aku tersentak.
Ketakutan dengan cepat menjalari kesadaranku. Bulu kudukku meremang dan
tubuhku seketika menggigil. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">“Aku harus memisahkan keduanya!!!” (Oke)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<br />
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<i><span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Makassar, 12 Januari- 14 April<span> </span>2001</span></i></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9139764343241189361.post-53329297922797417112018-02-25T15:40:00.000-08:002018-02-25T15:40:20.345-08:00Perjalanan<div class="post-title entry-title" itemprop="name" style="text-align: center;">
<b>Cerpen Idwar Anwar</b></div>
<div class="post-title entry-title" itemprop="name" style="text-align: center;">
</div>
<div class="post-header" style="text-align: left;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifPP0HJYU-_jCorAFbJfz1BJNW58WGOxquZIVtOimRIZF52ZXpBhsMpp8ii9G69ncA74ESQ4paiaIclSMamJnT4LrRUU9TyVeyglBtMeYlp03WI9RYpJOa8ucdHm5o1ZvXn2-J_Ojq9TRs/s1600/Edo.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="491" data-original-width="360" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifPP0HJYU-_jCorAFbJfz1BJNW58WGOxquZIVtOimRIZF52ZXpBhsMpp8ii9G69ncA74ESQ4paiaIclSMamJnT4LrRUU9TyVeyglBtMeYlp03WI9RYpJOa8ucdHm5o1ZvXn2-J_Ojq9TRs/s200/Edo.jpg" width="146" /></a></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.2pt; text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Siang
yang panas. Matahari seakan bertengger di ubun-ubun. Debu-debu
bertebaran di antara kerumunan orang yang lalu-lalang. Di sebuah
terminal bus yang padat, aku duduk termangu menunggu bus yang akan mengantarku pulang. Teriakan para calo tiket dan para kernet menderu
di antara sengatan matahari. Angin menerkam menemani panas dan
daun-daun yang terlepas dari tangkainya. Bukan hanya daun-daun tua yang
telah mengering. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Di
atas bus yang akan mengantarku, orang-orang begitu tergesa-gesa
menyerobot di antara pintu yang ukurannya jelas tak cukup buat mereka
untuk melewatinya sekaligus. Dengan sengit mereka menerobos menyikut
kiri kanan dan saling mendorong untuk lepas dari himpitan. Begitu sesak.
Peluh bersimbah di sekucur tubuh mereka. Bayangan hari akhir seketika
meyelinap dalam kesadaranku.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Duduk
di kursi belakang dekat jendela kaca yang terbuka. Angin dan udara
panas masih menerkam dengan ganas. Kursi dalam bus telah penuh. Terasa
begitu sumpek dengan barang-barang bawaan yang bertumpuk. Pandanganku
menyelinap ke luar melalui jendela bus yang kacanya buram oleh debu yang
menempel. Orang-orang masih lalu-lalang dengan kesibukan masing-masing.
Entah apa yang ada dalam kepala mereka. Gambaran Padang Mashar
terbayang begitu cepat. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Bus
perlahan bergerak meninggalkan terminal. Kebisingan menderu di antara
debu-debu yang bertebaran. Panas matahari menyebar begitu liar dan
garang. Sebuah perjalanan panjang mulai berjalan. Bus terus melaju,
menepis angin dan debu yang menerjang. Di sampingku, seorang kakek duduk
termangu. Terdiam di antara kebisuan di antara kami, di antara
kebisingan penumpang dan suara mesin yang menyalak-nyalak.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Mata
lelaki tua itu perlahan terpejam. Nampak garis-garis ketuaan menempel
di wajahnya yang bercahaya. Entah, aku tak dapat menebak usianya. Tenang
sekali. Mungkin tertidur. Aku tak ingin mengganggunya, meski aku merasa
kesepian karena tak ada teman ngobrol. Aku hanya bisa menikmati
tidurnya yang nampak tanpa beban. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Bus
yang aku tumpangi kian jauh meninggalkan stasiun. Para penumpang
sebagian telah terlelap. Beberapa di antara mereka masih saja asyik
ngobrol dengan teman duduknya. Angin yang sesekali berhembus menerobos
melalui celah jendela kaca menerpa deras di wajahku dan memberaikan
rambutku.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Mataku
mulai sayu. Aku mengerjap-ngerjapkan mata yang mulai terasa berat.
Kantuk terasa mulai menyerang kesadaranku. Aku sedikit memiringkan tubuh
ke arah jendela. Lelap….</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;"> </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">***</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Kadang
ada yang tak dapat dimaknai. Setiap perjalanan manusia selalu saja ada
yang terlupakan. Langit nampak buram memenjarakan bumi. Dinding bus
bergetar dan suara mesin mengusap kesadaranku. Sebuah perjalanan panjang
telah berjalan. Saat tarikan nafas pertama dimulai, sebuah realitas
hidup tak dapat dihindari.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Aku
menggeliat. Orang tua di sampingku nampak tersenyum. Aku menatapnya
dengan mata redup. Ia mulai bicara dan mengajakku ngobrol. Kulihat
orang-orang di sekitarku semuanya terlelap. Tapi ada sesuatu yang nampak
lain. Entah, perasaanku berkata demikian.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Ahh, apa peduliku,” bisikku
membatin, lalu membalikkan punggung dan kembali menatap orang tua di
sampingku. Aku mulai bergairah, mendapat teman ngobrol. Apalagi
perjalanan yang kutempuh ini, begitu melelahkan. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Kakek dari mana dan mau ke mana?” tanyaku membuka pembicaraan. Ia nampak tersenyum. Giginya yang putih masih berderet rapi, meski usianya menurutku sudah sangat tua.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Aku
dari bagian ruang dan waktu. Seperti kamu. Tapi kini aku merasa hampir
tak ada lagi ruang dan waktu yang mengekangku. Dan aku akan pergi ke
sebuah tempat yang belum pernah kau lihat, termasuk aku.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Seketika
aku terhenyak. Ia masih tersenyum menyembulkan gigi putihnya yang
berderet rapi. Aku merasa ada yang ganjil di sekitarku. Dan orang tua
itu? </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Akhh. Mungkin orang tua ini memiliki <i>maqam</i> yang sangat tinggi. Hingga kata-katanya begitu penuh arti,” pikirku seraya menenangkan perasaan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Di
luar kegelapan mulai menggelayut. Sisa-sisa cahaya yang melekat di
dedaunan perlahan terhisap oleh gelap. Bayangan pepohonan rebah, lalu
lanyap. Malam menjelma ngarai. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Ia masih menatapku dengan senyum yang tetap tersungging. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Kamu
tak perlu heran. Di dunia ini semua pada dasarnya adalah keanehan. Kita
hidup juga adalah sebuah keanehan. Manusia hanya diberikan sedikit
kemampuan untuk menyingkap kehidupan.” Ia seperti membaca pikiranku. Aku
mulai tertarik dengan apa yang ia katakan, meski perasaaku kian resah. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Kamu
pernah melihat seseorang yang nampak sehat, namun beberapa saat
kemudian telah terbaring di liang lahat?” tanyanya seperti tak butuh
jawaban, “Itu juga sebuah keanehan. Dan sekali lagi, manusia hanya
diberikan sedikit ilmu untuk menyingkap semua itu.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Derit
suara rem mobil yang diinjak mengejutkan aku. Perlahan bus berhenti.
Dua orang penumpang setengah baya, seorang lelaki dan seorang perempuan
-mungkin suami istri-, berdiri dan berjalan begitu pelan menuju pintu
depan bus yang perlahan terbuka. Angin berhembus kencang meremangkan
bulu roma. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Aku
menatap keduanya. Pakaian mereka perlahan koyak dengan darah yang
melumuri. Wajah keduanya perlahan-perlahan kian sulit dikenali.
Kutebarkan pandanganku ke seluruh penumpang bus. Tak ada ekspresi di wajah mereka. Tenang. Begitu dingin. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Apakah mereka tidak melihat keanehan yang kulihat?” pikirku. Keresahan semakin terasa. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Kupalingkan
kembali wajahku ke pintu. Semakin mendekati pintu, darah di tubuh
mereka kian banyak. Tubuhku merinding. Aku mengucek-ngucek kedua bola
mataku untuk menyakinkan diri bahwa aku tidak sedang bermimpi. Tapi apa
yang kulihat masih berlangsung. Di depan pintu bus,
seberkas bayangan putih menghampiri dan memegang tangan keduanya. Mereka
melayang meninggalkan cahaya yang sesap di kegelapan. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Kembali aku mengucek-ngucek mata, seakan tak percaya. Perlahan aku berpaling pada orang tua di sampingku. Ia masih tersenyum.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Mereka telah pergi,“ ucapnya seakan mengerti jalan pikiranku.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Dunia
bagi mereka adalah mimpi. Kepergian adalah sebuah kedamaian bagi jiwa
mereka. Mereka telah meninggalkan tubuh yang telah memenjarakan.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Aku menatapnya dengan tanda tanya besar di kepala. Rasa takut terus menjalar. Ia masih tersenyum. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<b><span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Kamu
tak perlu takut, semuanya telah ada yang mengatur. Kematian adalah
bayang-bayang. Kematian adalah kenangan. Kematian adalah kepasrahan.
Kematian adalah keikhlasan.”</span></b><span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;"> Ia menatap lurus ke depan, tanpa memperdulikan aku. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Kulihat
di luar malam semakin pekat. Angin dingin menyusup dari cela-cela
jendela yang sedikit terbuka. Aku menutupnya perlahan dan mengeluarkan
jaket. Hatiku mulai tenang, meski tanda tanya masih menggelayut di
benakku.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Perlahan
laju bus menjadi lamban. Dan derit suara rem yang terinjak kembali
memekik. Beberapa penumpang berdiri. Di antaranya seorang ibu dengan
bayi mungil dalam dekapannya. Wajah mereka kaku, berjalan menuju pintu.
Seberkas cahaya melesat dan membawa mereka. Putih. Suara desut
tertinggal di kejauhan. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Aku
menatap kepergian mereka dengan dingin. Namun tanda tanya begitu banyak
menggelayut di kepalaku. Kupejamkan mata dan menenangkan perasaan.
Benar-benar kejadian aneh yang tak dapat kucerna dengan pikiranku. Orang
tua di sampingku duduk tenang dengan pandangan lurus ke depan, seolah
menerobos pekatnya malam. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Perlahan lelaki tua itu menoleh ke arahku. Wajahnya tenang menyimpan berlaksa misteri.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Mereka
telah pergi, tapi jangan katakan mati. Mereka tidak mati. Mereka bangun
hanya dari mimpi yang selama ini melenakan. Mereka adalah jiwa yang
tenang, penuh kemenangan,” ucapnya lirih. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Aku
menatapnya tenang. Aku berusaha menata hatiku. Menata segala yang
menggelisahkanku. Lelaki tua itu kembali tersenyum. Teduh sekali. Hampir
tak ada kegetiran yang berkecamuk dalam jiwanya. Aku ingin bertanya,
tapi kerongkonganku seakan tersumbat dan lidahku menjadi beku. Aku hanya
mampu melekatkan pandanganku ke wajahnya, lalu ke luar jendela di mana
malam begitu membekukan. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Perjalanan
terasa makin panjang. Ketakutan kadang menyerangku tiba-tiba. Namun
pudar begitu saja oleh senyum orang tua yang duduk tenang di sampingku.
Udara di dalam bus pengap, terasa tak ada kehidupan di dalamnya. Laju
bus kurasakan semakin kencang. Di luar tak kulihat bulan terlebih
bintang. Kaca-kaca jendela bus terlihat retak membentuk peta-peta sunyi.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Lalu….</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Suara
derit kembali melengking. Seorang lelaki hampir setengah baya dengan
pakaian jas dan dasi serta rambut yang disisir licin, berdiri. Wajahnya
beku. Perlahan ia berjalan menuju pintu. Tubuhnya perlahan koyak
seberkas cahaya begitu cepat menerjang dan menarik lehernya, lalu gaib,
menyisakan lengkingan panjang menyayat di kejauhan. Aku terhenyak.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Orang
tua itu berpaling ke arahku. Tatapannya sejenak membentur kedua bola
mataku lalu kembali menatap ke depan. Pandangan matanya tenang; teduh.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Pelatuk-pelatuk
kematian telah ditarik dan di arahkan ke jantungnya dengan tergesa-gesa
dan kejam. Kepergian baginya adalah ketersiksaan,” ujarnya tanpa
menoleh kepadaku. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Ia
mungkin tak tahu atau telah mendustakan bahwa ruang dan waktu bukanlah
miliknya. Ia tahu awal, tapi ternyata melupakan akhir.” Suaranya
terdengan parau, namun masih tetap tenang.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Aku
hanya terdiam. Otakku seperti tak dapat lagi kugunakan untuk mencerna
apa yang terjadi di hadapanku. Beribu tanda tanya terus menggelayut.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Perjalanan
kurasakan semakin panjang. Di luar angin terasa begitu membekukan. Dan
malam masih pekat menggelayut. Satu persatu para penumpang turun. Kadang
suara jeritan melengking di kejauhan, kadang sunyi mencekam. Ada tangis
yang menjalar dari kesunyian. Halus, lirih merintih dan menyusur labur
di malam yang pekat. Lalu diam menyelinap tiba-tiba. Angin berhenti
berhembus.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Orang
tua di sampingku terdiam. Wajahnya beku. Kursi-kursi yang berjejer di
dalam bus perlahan menjadi kusam. Dinding-dinding bus retak-retak dan
berkarat. Di luar hembusan angin seketika berhenti. Malam begitu
mencekam. Pepohonan berdiri diam, tegak menatap kaku. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Kulipat
kedua tanganku di depan dada. Perasaanku kembali tak menentu. Aku
merasa dipenjarakan dalam ruang yang begitu sumpek dan mengerikan.
Gelap. Wajah-wajah yang beku. Angin yang berhenti. Pepohonan yang
angkuh. Sunyi mencekam. Dan jeritan halus, lirih di kejauhan menyayat;
perih. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Orang tua itu masih terdiam. Wajahnya nampak semakin beku. Tak ada ekspresi seperti sebelumnya. Ia menatap kosong ke depan. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Kini giliranku. Saatnya aku harus pergi,” ucapnya tanpa menoleh. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Aku telah dipanggil.” Suaranya lenguh.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Aku terdiam. Begitu dingin. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Kamu belum saatnya pergi.” Semakin tanpa daya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Ia lalu bangkit, berjalan tanpa menoleh. Dan seperti sebelum-sebelumnya, ia pun pergi. Lalu sunyi…. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Teramat
dingin. Semuanya seperti mati. Tinggal aku sendiri. Semuanya telah
pergi. Bahkan sopir yang membawa kami pun tak lagi kulihat. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Kebingungang
menggerayangi kesadaranku. Aku benar-benar tak mengerti apa yang telah
terjadi. Sungguh, aku tak benar-benar mengerti….</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">***</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Ia sudah sadar…. Lelaki itu sudah siuman….” </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Sayup-sayup
kudengar suara begitu gaduh. Semuanya tiba-tiba menggema dan
menggelitik kesadaranku. Perlahan mataku terbuka. Cahaya yang
menyilaukan memicingkan mataku. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Meski agar kabur, aku lebih dulu menemukan wajah ibu. Guratan kecemasan sedikit demi sedikit nampak jelas di wajahnya. Tubuhku terasa sakit. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Alhamdulillah, kamu selamat.” </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Tubuh ibu dengan cepat menghambur ke arahku. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Hanya kamu satu-satunya yang selamat, nak.” </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Pelukan
ibu begitu erat. Tubuhku yang berada dalam pelukannya kurasakan seperti
remuk. Rasa sakit mencengkram. Sesekali aku meringis. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Hanya aku…? Maksudnya…?</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Jadi mereka….?”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Orang tua itu….?” oke</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
<i><span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Makassar, 3 Desember 2000</span></i></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9139764343241189361.post-41243799078275227032018-02-25T15:37:00.003-08:002018-02-25T15:38:33.905-08:00Sang Maut <div class="post-title entry-title" itemprop="name" style="text-align: center;">
<b><span style="font-family: "book antiqua" , "serif";">Cerpen Idwar Anwar</span></b></div>
<div class="post-title entry-title" itemprop="name" style="text-align: left;">
</div>
<div class="post-header" style="text-align: left;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifPP0HJYU-_jCorAFbJfz1BJNW58WGOxquZIVtOimRIZF52ZXpBhsMpp8ii9G69ncA74ESQ4paiaIclSMamJnT4LrRUU9TyVeyglBtMeYlp03WI9RYpJOa8ucdHm5o1ZvXn2-J_Ojq9TRs/s1600/Edo.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="491" data-original-width="360" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifPP0HJYU-_jCorAFbJfz1BJNW58WGOxquZIVtOimRIZF52ZXpBhsMpp8ii9G69ncA74ESQ4paiaIclSMamJnT4LrRUU9TyVeyglBtMeYlp03WI9RYpJOa8ucdHm5o1ZvXn2-J_Ojq9TRs/s200/Edo.jpg" width="146" /></a></div>
<div style="text-align: left;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.2pt; text-align: left; text-indent: 36pt;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.2pt; text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Pada
mulanya adalah ketiadaan. Lalu hidup dan mati menjelmakan diri. Mati
menjelma ketiadaan hidup; hidup menjelma ketiadaan mati. Angin
berkesiur. Lalu diam. Bayangan pepohonan bergerak. Kemudian hening. Satu
persatu retas dalam hitungan-Nya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<b><span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Dan…
di bawah sepenggal langit yang tersisa. Di sana ada mati. Ada hidup.
Tak ada keabadian. Maka satu persatu dedaunan gugur ke tanah.
Burung-burung yang merentas langit kembali ke asalnya. Kefanaan adalah keniscayaan dunia. </span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Mati.
Bagaimana mati bercerita tentang hidup. Ketika ketiadaan menanti di
atas bumi. Adalah mengapa mati membuat tiadanya keniscayaan abadi.
Mengapa mati menjadi sesuatu yang menakutkan? </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Lalu,
bagaimana ketika seorang kakek yang telah tua renta hanya tersenyum
manakala malaikat maut datang dan mengajaknya berjalan-jalan di angkasa,
menyingkap tirai-tirai langit yang selama hidupnya hanya dapat
ditangkap dengan matanya yang ternyata juga fana. Mungkin mati berlalu
tanpa kesan. Tak ada sepotong tangis. Tak ada kepedihan atau mungkin ketakutan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Siapa?”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Aku. Malaikat maut.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Syukurlah. Akhirnya kamu datang juga.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Dan
ketika pertama malaikat maut mengetuk pintu, sang kakek berdiri membuka
pintu dengan senyum tulus, lalu mempersilahkannya masuk dan duduk. Ia
lantas bergegas ke belakang dan dengan tangan gemetar akibat ketuaan,
datang membawa secangkir kopi dan sepiring singkong rebus yang masih mengepulkan asap. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Lantas, di manakah
mati, ketika malaikat maut datang? Ia malah duduk kemudian hanya
bercerita dan bercanda dengan sang kakek. Ia tertawa. Bahkan sang kakek
sampai terpingkal-pingkal, terlebih saat menyaksikan Sang Maut tertawa. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Sang
Maut bercerita. Bercerita tentang apa saja yang tak tertangkap oleh
nalar orang tua renta itu. Dengan bahasa yang juga tak pernah dikenal
sang kakek. Dengan suara yang juga tak pernah didengar dengan
telinganya. Tapi, ia tahu, Sang Maut berkata jujur. Ia tahu, Sang Maut
ingin mengajaknya pergi. Pergi ke tempat yang ia sendiri tak sanggup
menjelaskannya dengan nalar kemanusiaannya yang hanya setitik air di
lautan yang maha luas.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Sang
Maut adalah tempat pertemuan. Dan mati bukanlah suatu peristiwa yang
kejam. Ia hanya bagian dari sebuah rencana Maha Agung. Sang Maut terus
bermain tanpa pernah merasa berdosa. Dan sang kakek adalah sebuah
kerinduan yang menanti. Sang kakek adalah kepasrahan. Ia adalah
kecintaan yang membuncah dan selalu menggelegar. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Pertemuan
seorang kakek tua dan Sang Maut adalah kepastian. Kerinduannya selalu
hadir. Ada yang tak mereka mengerti. Pertemuan mereka adalah awal
retasnya kefanaan. Keduanya adalah sedikit dari cinta yang agung. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Maka,
setelah berkemas. Sang kakek berjalan menghampiri Sang Maut.
“Bagaimana…? Kita pergi sekarang?” ucap sang kakek sambil memegangi
perutnya yang mules akibat tertawa.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Tapi Sang Maut kembali tertawa. “Sebentar lagi. Kau sangat lucu. Aku tak dapat menahan tawa. Aku senang bertemu denganmu.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Tapi
‘kan tugasmu untuk membawaku jalan-jalan? Membawaku meninggalkan tempat
ini. Sebagai malaikat maut, engkau tak boleh lalai dalam melaksanakan
tugas.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Iya, aku tahu. Tapi ini belum saatnya. Aku hanya datang menjengukmu.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Lalu
kapan? Aku ingin sekali pergi ke tempat-tempat yang kau ceritakan tadi.
Menurutku tempat itu sangat indah. Di dunia ini mana ada tempat semacam
itu. Aku benar-benar ingin melihatnya. Menghirup bau bunga-bunganya
yang pasti semerbak. Tak seperti semerbaknya aroma bunga-bunga di bumi
tempatku mengais-ngais hidup ini.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Sabarlah.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Tapi kapan?</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Waktunya
pasti akan tiba. Kamu juga nantinya akan terus berada di tempat itu.
Kamu nikmati dululah pertemuan kita ini. Aku tahu kau sangat berbahagia
dengan kedatanganku.” </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Dan
Sang Maut terus saja tertawa. Lelaki tua itu juga tak mau kalah.
Tawanya semakin berderai menyembulkan gusinya yang sudah tak bergigi. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">***</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Namanya
Daeng Rani. Lelaki renta dengan nasib renta hidup di sela-sela
kerentaan batin manusia-manusia. Ia hanya bagian yang tak begitu penting
dalam catatan panjang kehidupan manusia. Mungkin ia bahkan tak begitu
penting bagi dirinya sendiri. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Daeng
Rani adalah hidup yang di dalamnya ada mati. Malaikat maut masih saja
bersamanya. Duduk dalam ketiadaan. Martil-martil kematian telah
digenggam dan di arahkan ke jantungnya. Kepergian baginya adalah
kebahagiaan. Ia tahu dan tak mendustakan bahwa ruang dan waktu bukanlah
miliknya. Ia tahu awal dan tak melupakan akhir.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Kematian
adalah bayang-bayang. Kematian adalah kenangan. Kematian adalah
kepasrahan. Kematian adalah keikhlasan. Kematian adalah keniscayaan
hidup. Daeng Rani tahu itu. Daeng Rani lalu berdiri dan menatap Sang
Maut yang masih duduk. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Bagaimana…? Kita pergi sekarang?”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Sebentar
lagi. Aku suka melihatmu. Orang sepertimu cukup jarang. Kalau yang lain
akan ketakutan bila bertemu denganku. Mereka begitu takut kehilangan
dunianya. Tubuhnya gemetaran. Bahkan sampai menjerit-jerit.
Menjengkelkan! Kamu malah tertawa. Aku jadi geli melihatmu. Kamu
benar-benar lucu.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Tiba-tiba
suara tawa Daeng Rani kembali menggelegar. Tubuhnya terguncang-guncang.
Tangannya kembali memegangi perutnya yang mules: </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Kamu
juga sangat lucu. Mana ada malaikat maut wajahnya seperti kamu. Kamu
menawan sekali. Sedang yang ada dalam benakku, malaikat maut itu
wajahnya seram; menakutkan. Kamu tidak pantas menjadi malaikat maut.
Wajahmu terlalu indah dipandang. Mana ada yang takut melihatmu.” Daeng
Rani semakin tertawa. Suaranya menyeruak di antara kesunyian. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Sang Maut kembali tertawa. Tawanya bahkan semakin menggelegar. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Itu menurutmu. Menurut penglihatanmu. Kamu tak melihatku dengan mata, tapi dengan hati.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Jadi
aku aku harus melihatmu dengan mataku. Bukankah mataku tidak buta.
Sejak tadi aku memandangmu dengan mataku yang terbuka lebar. Aku tahu,
meski telah sedikit kabur, namun aku masih bisa menangkap garis-garis
wajahmu dalam keremangan. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Kamu benar-benar lucu. Aku senang bertemu denganmu.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Keduanya
tertawa. Cahaya bulan muram. Titik air yang terpahat di dedaunan
sesekali memantulkan cahayanya yang terkadang buyar dalam gelap. Bunyi
kepak sayap burung hantu melengking di kejauhan, meninggalkan suara
gemeresek saat menerobos rimbunan dedaunan. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Sudahlah! Kita pergi sekarang. Aku sudah sangat ingin melihat tempat yang kau ceritakan itu.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Di
kejauhan, lamat-lamat suara burung hantu lenguh menyeruak kesunyian.
Sang Maut kemudian terdiam. Daeng Rani terpaku. Dinding kamarnya
menjelma batu. Ada hitam. Ada gelap. Lantainya menjelma langit. Ada
awan. Ada bulan yang bercahaya. Ada bintang yang berkerlip. Suara angin berhembus begitu lembut.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Sang
Maut masih duduk. Dan Daeng Rani, dunia baginya adalah mimpi. Kepergian
adalah sebuah kedamaian bagi jiwa. Ia ingin meninggalkan tubuh yang
telah memenjarakannya. Tapi Sang Maut masih duduk. Ia masih tetap
tertawa melihat Daeng Rani yang mematung.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Baiklah
kalau kamu belum mau membawaku pergi sekarang. Tapi terus terang aku
sudah muak di tempat ini. Aku merasa tersiksa. Kalau memang kau ingin
menolongku, cepatlah bawa aku pergi.” </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Kamu memang benar-benar lucu. Ada orang yang sangat takut kubawa, sedang kamu malah sebaliknya.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Daeng
Rani terdiam. Ada diam di antara mereka. Diam yang senyap. Tapi belum
tentu diam bagi jiwa yang gelisah. Bahkan tidak akan mungkin diam bagi
jiwa yang rindu. Diam hanya ketiadaan suara yang tertangkap oleh
telinga. Diam hanya ada dalam realitas eksternal. Maka ketika Daeng Rani
dan Sang Maut diam, mereka sebenarnya sedang berbincang sambil tertawa.
Tertawa dalam rindu yang menggerayangi totalitas penghambaan keduanya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Malam
semakin senyap. Suara-suara serangga meski lenguh, tapi semuanya masih
menyisakan sesuatu bagi malam. Daeng Rani duduk. Bola matanya sesekali
mendekam dalam pelupuknya. Sang Maut masih tafakur. Kesiur angin
menerbangkan gaun putihnya. Daeng Rani terpana.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Sang
Maut lalu membawanya pergi melintasi ruang dan waktu. Jauh. Bayangan
bumi menjauh dan tertinggal di tepi pandangannya. Di atas langit ada
cahaya yang berpendar. Keduanya melayang menyusur keabadian. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Daeng
Rani terkesiap. Lalu tersenyum. Ada yang lain dalam dirinya. Ada yang
kini ia mengerti dan semakin ia pahami. Semuanya benar-benar jelas. Tak
ada lagi hijab. Ia tahu Sang Maut tidak akan pernah membohonginya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Lalu,
mati…. Tubuhnya membujur di atas kasur berbalut seprei kusam.
Ditatapnya penjara bagi ruhnya itu dalam-dalam. Daeng Rani tersenyum. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Selamat tinggal.” </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Tapi,
tak ada yang tertinggal. Tak ada yang hilang. Tak ada yang kurang. Tak
ada…. Semuanya begitu sempurna. Daeng Rani benar-benar mengerti. Sang
Maut terus membawanya melintasi semua yang selama ini tak pernah
tertangkap oleh matanya. Setiap pandangan adalah cahaya-cahaya. Setiap
gerak adalah ketiadaan kesiur angin. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Selamat tinggal,” ucapnya kembali membatin.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Tak
ada sesal…. Tak ada sedih…. Sang Maut memang tidak pernah berencana. Ia
hanyalah pemain. Dan Daeng Rani juga adalah pemain. Keduanya terus
bermain dalam sebuah lakon panjang dan baka. Keduanya terus menjauh dari
kefanaan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Jauh.
Kefanaan tersesap baka. Keduanya terus melesat. Tak ada lagi beban yang
Daeng Rani rasakan. Ia mengembara di alam yang begitu sulit ia
lukiskan. Kerinduannya semakin besar. Semakin jauh
meninggalkan dunia, ia merasa kian dekat dengan kerinduan. Tak ada
kehampaan yang tersisa. Semuanya menjelma dalam berlaksa makna.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Kerinduan
membuatnya tak lagi ingin kembali. Dibuangnya jauh-jauh kefanaan yang
telah memenjarakannya. Ia sungguh tak ingin lagi kembali. Ia ingin
menjelma sebuah keabadian. Keabadian yang selalu dinantikannya. Hidup di
sebuah alam yang penuh dengan kerinduan dan cinta. Ia benar-benar tak ingin kembali.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Tapi…
semuanya terjadi begitu cepat…. Lalu, hidup. Ada yang tiba-tiba
memuakkannya. Seketika ia kembali terpenjara dalam jasad yang telah
ditinggalkannya. Tak dapat bergerak. Tak ada kuasa. Yang tersisa hanya
ketersiksaan. Kesedihan begitu garang menampakkan wajahnya.
Tangan-tangannya menjulur beringas berusaha keluar dari tubuh yang
dengan cepat kembali memenjarakannya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Daeng
Rani terkesiap…. Sang Maut pun bergegas meninggalkannya. Ruang dan
waktu tiba-tiba mengungkungnya. Ia meronta. Terus dan terus. Sang Maut
berlalu tak peduli. Pergi menjauh, ke tempat yang pernah disaksikannya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Mengapa
malaikat maut tak membawaku. Bukankah secangkir kopi dan sepiring
singkong rebus yang masih hangat adalah sebuah kebaikan? Atau tak
cukupkah jika ditambah dengan keramahan dan keikhlasan?” Daeng Rani
terpaku.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Mengapa
malaikat maut tak lagi menertawaiku sebelum ia bergegas pergi
meninggalkanku? Katanya aku begitu lucu. Padahal aku merasa tidak. Tapi
biarlah. Aku tak perduli semuanya. Bukankah itu juga adalah sebuah
kebaikan? Yang kuinginkan hanyalah pergi bersamanya….”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Lalu hening…. Daeng Rani terus menanti. Kerinduan pada Sang Maut begitu menggelisahkannya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Berjam-jam.
Berhari-hari. Berbulan-bulan. Bertahun-tahun. Sang Maut tak juga
menampakkan diri. Setiap hari Daeng Rani hanya duduk di depan rumahnya.
Segelas kopi dan sepiring singkong rebus yang masih mengepulkan asap
terhidang di atas meja. Tapi Sang Maut tak juga kunjung datang. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Hingga…</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Di
suatu malam yang pekat. Cahaya bulan terhisap oleh tumpukan awan hitam.
Angin tak lagi berkesiur dengan ramah. Malam yang membutakan. Sungguh
memabukan. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Siapa di luar?”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Aku.” Seorang dengan wajah yang tertutup kain hitam muncul di balik pintu yang terbuka dengan paksa.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Siapa kau?”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Orang yang akan membunuhmu.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Akkhh…!” </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Tubuhnya seketika gemetar. Butiran-butiran keringat bermunculan dari seluruh pori-porinya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Mengapa kau bukan malaikat maut?” </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Aku juga malaikat maut.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Lalu malam menjelma kebisuan. Sepotong nisan berdiri kaku. (Ok)</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<i><span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Makassar, April- Mei 2001</span></i></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9139764343241189361.post-651127299219227742018-02-25T15:34:00.001-08:002018-02-25T15:38:19.536-08:00Perempuan yang Terbaring dalam Lilin <div class="post-header" style="text-align: left;">
</div>
<div style="text-align: center;">
<b>Cerpen Idwar Anwar</b></div>
<div class="MsoTitle" style="text-align: left;">
<br />
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifPP0HJYU-_jCorAFbJfz1BJNW58WGOxquZIVtOimRIZF52ZXpBhsMpp8ii9G69ncA74ESQ4paiaIclSMamJnT4LrRUU9TyVeyglBtMeYlp03WI9RYpJOa8ucdHm5o1ZvXn2-J_Ojq9TRs/s1600/Edo.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="491" data-original-width="360" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifPP0HJYU-_jCorAFbJfz1BJNW58WGOxquZIVtOimRIZF52ZXpBhsMpp8ii9G69ncA74ESQ4paiaIclSMamJnT4LrRUU9TyVeyglBtMeYlp03WI9RYpJOa8ucdHm5o1ZvXn2-J_Ojq9TRs/s200/Edo.jpg" width="146" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Kutemukan
perempuan itu terbaring lenguh di pojok kamar, di atas kasur empuk. Air
mata yang membasahi pipinya yang mulai keriput, mengalir membentuk
lekuk yang begitu sulit kumaknai. Ia menatapku sembari menarik kedua
ujung bibirnya membentuk selarik senyum. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Sejak
kusadari kehadirannya dalam hidupku, sangat sulit kusaksikan ia
tersenyum tanpa air mata yang menggenangi sudut matanya; menyerupai
bola-bola embun yang menempel di rumput-rumput. Hampir setiap hari,
ketika malam kian renta, ia terbangun dan melangkah ke luar kamar.
Ketukan pintu yang bunyinya lebih mirip dentuman meriam, karena diketuk
dengan penuh kemarahan, telah memaksanya untuk terbangun. Lalu
lamat-lamat kudengar suara pintu terbuka diiringi bentakan seorang
lelaki yang sejak kusadari kehadirannya, membuat hari-hariku dihantui
ketakutan. Tidak begitu lama, dentingan benda-benda yang dilemparkan,
suara kelepak dan jeritan perempuan itu terdengar membahana di malam
yang pekat dan pahit. Kemudian, makian lelaki itu mengalir mengiringi
langkah kakinya yang diayun seperti kesetanan menuju kamar. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Aku
menarik nafas panjang. Di sampingku, bantal tempatnya membaringkan
kepenatan jiwanya masih tergolek. Ia kini berpindah ke dalam kamarnya
bersama lelaki yang di mulutnya dipenuhi ulat. Suara tangisnya lenguh
seperti tersumbat oleh bantal atau mungkin oleh sesuatu yang lain.
Entahlah, yang pasti lelaki itu tidak lagi mencaci. Ia malah kudengar
sesekali mendesah, lalu mengerang.... </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Suatu
hari yang lain, kulihat lelaki itu datang dalam keadaan sempoyongan,
mencaci: perempuan celaka; tak tahu diri; perempuan kotor; tak mampu
memberi keturunan dan masih banyak lagi makian yang terus menampar
ketegarannya. Dengan garang ia menjambak rambut perempuan itu, menampar
wajah dan memukuli tubuhnya. Dan sekali lagi, perempuan itu hanya
melolong, tersedu dan kemudian memaksa diri menarik segaris senyum saat
menatapku.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Aku
hanya menghela nafas. Tak ada perlawanan sedikitpun yang ia lakukan.
Mungkin berniat juga ia sudah tak mampu. Tapi itulah dia, perempuan
dengan ketegarannya sendiri, dengan pandangannya sendiri tentang sebuah
kesetiaan, pandangannya tentang sesuatu –yang setelah remaja- kusebut
sebagai ketololan seorang perempuan. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Semua
peristiwa itu berlalu dan memahat sebongkah kepribadian dalam diriku.
Aku lalu tumbuh hampir tanpa kasih sayang. Nyaris hari-hariku hanya
dihiasi dengan isaknya yang menyayat di antara cacian, desahan dan
erangan lelaki itu. Aku juga nyaris tak pernah bertemu muka dengan
lelaki itu, apalagi melihat wajahnya lengkap dengan detail-detail
guratan yang melintang di permukaannya. Dan jika pun terpaksa bertemu,
ia selalu memenjarakanku dalam taring-taringnya dan mengoyak tubuhku
dengan kukunya. Mulutnya yang bau comberan, sungguh liar memuntahkan
kata-kata yang menyakitkan: anak haram. Setelah itu, pukulan lantas
menimpa tubuhku yang masih mungil.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Sungguh,
saat itu aku benar-benar tak mengerti. Dan perempuan yang kini
kupanggil ibu itu hanya terisak. Wajahnya kulihat membeku. Garis-garis
ketuaan kian dalam terpahat. Matanya yang sesungguhnya bening nyaris
tertutup kabut. Tatapannya sayu, seolah tak ada kehidupan di sana,
seperti pagi itu.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Lelaki
berwajah batu itu kembali berlalu. Seperti pagi-pagi yang lain, ia
hanya meninggalkan makian; menyisakan pilu; berlalu bagai badai. Dan
setelah kepergiannya, perempuan itu menggendongku, membawaku ke kamar
mandi, membersihkan tubuh dan mengganti pakaianku. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<b>Aku
terus tumbuh dan berkembang, menjalar dalam sebuah dunia yang kerap
membuatku meringkuk dalam kegamangan. Wajah kaku dan mulut berulat
lelaki itu membuatku sulit memotret gambaran dunia yang lebih ceria dan
renyah. Dan perempuan itu, hanya menatap pasrah, meski terhadapku ia
terus berusaha memaksakan diri menarik segaris senyum di bibirnya.</b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Hari
terus berlalu, bulan dan tahun pun berlomba meninggalkan goresan dalam
hari-hariku. Dan aku kemudian memasuki dunia remaja, dunia yang
sebenarnya riang serta penuh dengan bunga-bunga mimpi dan harapan.
Namun, beginilah aku. Aku hanya dapat memintal keriangan itu dalam
anganku. Sebagai seorang perempuan yang mulai beranjak remaja, aku
begitu sulit menggapai harapan-harapan yang indah. Bayangan kata <i>anak haram</i>
yang sering keluar dari mulut lelaki itu, sungguh sering mengiang di
telingaku, merakit kerangkeng tersendiri bagi ketakutanku. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Lelaki
itu sungguh sulit menerima kehadiranku. Kepada setiap rekannya yang
datang ke rumah, jika tanpa sengaja aku melintas, aku hanya
diperkenalkan sebagai anak dari saudara perempuan itu. Setelah itu,
sorot matanya lantas menghujam jantungku, seperti memaksaku untuk segera
menyingkir. Dan perempuan itu, hanya terdiam, mengangguk dan membawaku
pergi. Kejadian seperti ini selalu terjadi sejak aku menyadari kehadiran
keduanya dalam hidupku. Sejak aku menyadari bahwa hidupku adalah
nyanyian sunyi dalam dunia yang retak dan gamang.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Karenanya,
aku pernah berpikir untuk jadi kupu-kupu, burung atau apa saja dan
terbang keluar dari peta tanah dalam nadiku yang telah koyak. Aku ingin
terbang melintasi negeri sunyi ini, negeri yang penuh angkara yang telah
membelengguku, yang membuatku nyaris hidup tanpa kasih sayang. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Ah,
rasanya aku hendak menjeritkan selaksa kesepianku yang panjang, yang
kerap membentuk genangan di lekuk mataku. Lelaki itu... perempuan itu...
telah mengajarkan aku tentang hidup. Ya, tentang hidup yang retak.
Sebuah kepolosan, kesetiaan, ketulusan sekaligus ketololan seorang
perempuan. Juga keberingasan, angkara dan muntahan ulat-ulat dari mulut
kotor seorang lelaki yang tak mampu menerima kenyataan.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Tapi,
sepertinya semua itu hanya tinggal khayalan. Sejumput pun kekuatan yang
kumiliki untuk melakukannya, tak ada. Perempuan itu, ya... perempuan
itu telah merenggut semuanya, bahkan anganku. Entah, aku begitu
mencintainya. Sorot matanya yang berkabut, senantiasa
memporak-porandakan pemberontakanku. Dan setelah kusadari, betapa pun
kukatakan bahwa perempuan itu juga telah mengajariku ketololan seorang
perempuan, namun aku tak mampu membencinya. Justru cintaku kian
membuncah, meski di rumah ini matahari seperti terbelah. Tahun-tahun
yang kulalui juga luka parah, menetesi hari-hari yang membawaku
menjalari kehidupan.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
***</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Semua
itu terjadi, ketika suatu hari yang panas, lelaki itu kembali datang
dengan kekejamannya yang lebih dari hari-hari sebelumnya. Mulutnya yang
dipenuhi ulat yang terus menyembur, saat itu juga telah mengeluarkan
kalajengking. Tangannya begitu ringan terayun ke tubuh perempuan itu,
juga ke tubuhku. Kami berdua benar-benar dalam jeruji taring-taringnya
yang ganas. Aku menjerit sekencang-kencangnya. Dan perempuan itu hanya
bersedu. Wajah dan tubuhnya memar. Di sudut bibirnya yang biasa
menyunggingkan senyum untukku, mengeluarkan darah. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Dengan
ganas pula, mulut iblisnya mengeluarkan ulat, kalajengking, tikus got,
bercampur lendir comberan yang bau. “Saat ini juga kau kuceraikan! Bawa
semua pakaianmu dan juga anak haram ini keluar dari rumah ini! Tak sudi
aku memelihara anak sialan ini. Aku tak tahan lagi, hidup dalam
gelisah.” </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Suaranya
melengking, memporak-porandakan ketegaran perempuan itu. Tapi perempuan
itu, sekali lagi hanya terisak. Ombak yang menggila, pecah di bola
matanya. Ia mengambil pakaiannya dan pakaianku lalu melangkah tegar. Tak
ada sesal di raut wajahnya, meski tatapan mata itu tetap berkabut. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Apa
yang kusaksikan dan kualami hari itu, bagai sebuah drama pembantaian.
Dan aku, sejak peristiwa itu, begitu terkoyak. Ketersiksaan telah
membentuk segumpal dendam dalam hati. Aku hendak membumbung tinggi dan
hinggap di hati setiap laki-laki yang dingin bahkan membara sekalipun,
dan menari sembari melantunkan orkestra kepak sayap-sayapku yang beku,
lalu menghujam jantung mereka dengan belati.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Perempuan
itu lalu melangkah menyusuri hari-hari tanpa sempat lagi menghitung
usia. Yang ada dalam benaknya hanyalah bagaimana bertahan hidup dan
membiayai sekolahku. Maka, ia pun harus bekerja keras. Menjadi pencuci
pakaian di sebuah kompleks elit, menjual kue yang dijajakkan dari rumah
ke rumah, hingga dari took ke toko, dilaluinya tanpa mengeluh
sedikitpun. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Saat langganannya bertambah banyak, sesekali aku membantunya. Membuat kue di rumah yang kami
kontrak dari hasil kerja kerasnya dan sesekali mengantar langsung ke
toko-toko langganan. Hari-hari yang kami lalui sungguh bahagia. Kulihat
wajahnya kian cerah. Seperti ada gairah baru yang mendekapnya. Ketegaran
telah membuatnya penuh semangat dalam memandang hidup. Seperti tak ada
keburaman masa lalu yang pernah ia alami.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Tapi
dendam itu tentu tak begitu mudah sirna dari diriku. Dendamku malah
kian meruncing dan siap mengoyak-ngoyak masa lalu. Dengan modal
kecantikan dan kemolekan tubuh, aku terus terbang mengembara dan hinggap
di hati setiap lelaki yang mabuk denganku. Aku menari dan melantunkan
nyanyian kepedihan sambil menghunjamkan belatiku ke jantung mereka.
Mereka terkapar, meringis, dan meregang. Kuambil kuping, kelamin, dan
bibir mereka lalu kumasukkan ke dalam celengan. Begitu juga dengan
bagian tubuh mereka yang lain. Aku ingin mengumpulkan potongan-potongan
tubuh mereka dan membentuknya menjadi lelaki itu, lantas kukubur
dalam-dalam. Ya, lelaki bermuka batu dengan ulat yang bersemburan dari
mulutnya. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
* * *</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Jika
ditanya tentang siapa perempuan yang paling berharga di dunia ini, maka
aku akan menjawab, dia adalah perempuan yang terbaring dalam lilin.
Perempuan itu telah mengajarkan aku tentang arti sebuah ketabahan,
kesetiaan, dan pengabdian pada seseorang yang dicintai. Sekaligus juga
mengajarkan aku, apa arti sebuah kelemahan seorang perempuan yang
kusebut sebagai sebuah ketololan. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Meski
kulihat wajahnya telah pupus, namun apinya masih tetap menyala
menerangi hari-hariku; berjuang membakar dirinya demi menantang
kegelapan. Selarik senyum yang ditarik dari kedua ujung bibirnya
senantiasa memupus goresan dendam dari jiwaku, sekaligus menanamkan
dendam baru. Sebab, di situ pulalah kulihat lelaki itu dengan wajah
garang datang menampar cahayanya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Ah,
tapi tidak. Aku harus sadar bahwa hidup ini adalah serangkaian
aturan-aturan; sebuah perjodohan yang abadi. Bukankah perempuan itu
telah mengajarkan aku tentang ketabahan, kesetiaan dan pengabdian? Atau
mungkinkah itu cinta?</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Maka,
ketika aku menyadari semuanya, aku tersentak saat menemukan seorang
lelaki yang membuatku tak kuasa menghunjamkan belatiku ke jantungnya.
Dan aku ternyata tak mampu berbuat apa-apa. Hanya mampu menyaksikan
rinai dengan kepak sayapku yang koyak dan ujung belatiku yang seketika
saja tumpul dan berkarat. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Di
sini, di dalam sebuah restauran yang kurasakan tiba-tiba lebih sepi
dari padang musim bisu, aku tak mampu lagi terbang dan hinggap pada
seorang lelaki yang kini duduk di hadapanku, terlebih harus
menghunjamkan belati ke jantungnya. Dan di malam yang dingin itu,
kudengar bunga-bunga yang tumbuh di taman restauran menjeritkan
hari-hari yang terluka. Sementara lelaki di hadapanku itu terus
bercerita. Aku tafakur mendengar percakapannya tentang aku. Ya, tentang
aku yang begitu ingin menikmati badainya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Di
hadapanku, sepotong lilin menyala riang. Di dalamnya kulihat perempuan
yang telah kusebut ibu itu tergeletak. Wajahnya redup. Lamat-lamat.
Perempuan dalam lilin itu terus menyembulkan cahaya; terang... pupus...
terang... pupus.... Bayanganku pun digiring mengembara ke dalam
tahun-tahun purba.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
“Aku ingin melamarmu,” kata lelaki itu tiba-tiba mengagetkanku seraya meraih jemariku dan menggenggamnya dengan lembut. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Kulihat
sorot matanya menancap deras di bola mataku. Seperti saat-saat yang
lalu, aku kembali tergeragap. Sungguh sangat berbeda ketika aku
berhadapan dengan lelaki lain. Dan seperti biasa, sekuat tenaga aku
kembali membenahi perasaanku yang kian galau. Terlalu sering aku
mendengar kalimat itu dari bibirnya. Tapi seperti hari-hari yang lalu,
aku hanya terdiam. Tak kuasa aku memberinya jawaban. Kalimat itu hanya
kubiarkan menguap di udara. </div>
<div class="MsoBodyText2" style="text-align: left;">
Tapi
kali ini lelaki itu tidak membiarkan kalimatnya kutanggapi dengan diam.
Ia terus memburuku, hingga aku tersudut. Dengan segala keberanian
kuceritakan sejarah buram kehidupan yang ingin kusingkirkan, terlebih
lelaki yang telah kejam menampar cahaya dari wajah perempuan itu;
perempuan yang kusebut ibu, yang telah mengajarkan aku tentang hidup. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Setelah
semuanya kuceritakan, lelaki itu hanya terdiam. Wajahnya merunduk,
menyorotkan matanya membentur lantai yang gelap. Lalu diam. Tak sepotong
pun kalimat yang meluncur dari bibirnya. Terlebih saat kutanya
kesanggupannya untuk tidak menjadi lelaki itu: lelaki yang telah
mengoyak masa laluku dan masa lalu perempuan yang kusebut ibu.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Tidak
berapa lama, lelaki yang duduk di hadapanku itu kembali mengangkat
wajahnya. Kulihat sorot matanya redup. Dan ah... di sana, di kedalaman
matanya, kutemukan lelaki itu. Ya, lelaki berwajah batu dengan ulat yang
menyembur dari mulutnya. Lelaki yang ingin kukubur dalam-dalam. Begitu
dalam. Dalam sekali. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
“Ibu maafkan aku! Aku begitu membencinya!”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="line-height: normal; text-align: left;">
<i>Makassar, 2005</i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
Pedoman Rakyat, 9 April 2006</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9139764343241189361.post-72556918032605875222018-02-25T14:42:00.003-08:002018-02-25T14:52:24.630-08:00 Lelaki dalam Lipatan Kelaminku<div class="MsoNormal" style="text-align: center; text-indent: 36pt;">
<b>Cerpen Idwar Anwar</b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxNd0hZJSPmbEgwH94oMHFBQOjp25qnNHG7tTZl2k_ZSZ1TgR2x3XY1g34yN7ExF6Rpx9y4TSA5tUvlur8xHfPWkOm5z9NVYBDxaP0Y9lXLkROMlN7gCRqCP1M73sXtQSciorjODTyABw_/s1600/Edo.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="491" data-original-width="360" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxNd0hZJSPmbEgwH94oMHFBQOjp25qnNHG7tTZl2k_ZSZ1TgR2x3XY1g34yN7ExF6Rpx9y4TSA5tUvlur8xHfPWkOm5z9NVYBDxaP0Y9lXLkROMlN7gCRqCP1M73sXtQSciorjODTyABw_/s200/Edo.jpg" width="146" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<i>Pukul 03.50 dini hari…</i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<i>…kadang.… aku ingin berdoa kepada Tuhan… agar tak lagi menciptakan kelamin.</i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Asap
rokok mengepul. Dentuman musik menggiring degup jantung menuju pagi.
Botol-botol wiski bercampur ekstasi berseliweran di atas meja. Bergegas
kurapikan kelaminku. Sebelumnya begitu berantakan. Bahkan berdebu di
sana sini. Untung saja tidak berlumut. Ha…ha…ha… tak mungkinlah
berlumut. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Sebagai
alat penghasil uang, kelaminku senantiasa kujaga kebersihannya.
Berbagai peralatan dan obat-obatan selalu kubeli untuk membuatnya cantik
dan menyenangkan. Aku toh tak salah jika merawat sesuatu yang mampu
membuatku hidup berkecukupan, bahkan mungkin terbilang mewah. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Selain
kujaga kebersihanya, kelamimku juga kujaga dari orang-orang yang akan
menganiayanya. Perbuatan kasar pada kelaminku akan kuhindari. Aku akan
pilih-pilih pada orang-orang yang akan memakainya. Tentu juga memilih
orang-orang yang berkantong tebal. Kalau perlu yang masih muda dan
tampan. Kan akan lebih nikmat dibanding bercinta dengan orang tua dan
jelek. He…he…he. Karenanya, jangan pernah berbuat kasar pada kelaminku,
sebab ia begitu lembut dan penuh kasih sayang.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Seperti
malam itu. Aku seketika muak dengan seorang lelaki tua yang tiba-tiba
saja menghampiriku. Selama ini, lelaki tua itu senantiasa mengincarku.
Tapi aku berusaha untuk menghindar dengan alasan telah ada janji dengan
seseorang, paling tidak untuk tidak mengecewakannya. Namun karena selalu
kutolak, suatu hari ia bahkan ingin membayar empat kali lipat dengan
bayaran orang yang telah berjanji denganku.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Ia
sepertinya begitu ingin mengajakku terbang bersamanya. Padahal
sayap-sayapnya telah rapuh. Itu juga aku tahu dari teman-teman yang
pernah bersamanya. Dan kini, aku tak tahu apa sayap-sayapnya masih bisa
membuatku terbang. Kalau pun bisa, mungkin tak lagi begitu lama. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
“Kemarilah sayang. Bukankah malam ini begitu indah dan dingin!” </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Lelaki
tua, berbaju rapi dan berdasi bergegas itu berjalan ke arahku. Suara
sepatunya begitu bernafsu menembus hiruk pikuk kaki-kaki yang
lalu-lalang. Rokok di tangannya yang belum sempat dibakarnya, menggigil.
Sepertinya ia benar-benar ingin berteduh. Wajahnya pucat. Bibirnya
bergetar. Matanya sayu, namun memandangku penuh gairah dan harapan. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Puiihhh!
Aku tak ingin kelaminku kembali acak-acakan karena lelaki itu. Aku
tahu, dia lelaki terhormat, duduk di kursi terhormat dan berada di dalam
gedung yang terhormat. Hampir tiap hari yang keluar dari bibirnya hanya
tentang rakyat. Tapi, aku tak menyukainya. Mungkin aku takut. Atau
mungkin juga aku jijik. Tak tahulah. Yang pasti, saat ini aku tidak
ingin bersamanya berapa pun yang ia ingin bayar. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Aku
tahu, dengan orang tua seperti dia, aku tak perlu bekerja keras.
Sebentar saja dia pasti akan menyerah sendiri dan tak sanggup lagi
berbuat apa-apa. Paling-paling setelah itu, lelaki tua itu hanya mampu
menataku dengan penuh birahi, namun tak sanggup lagi berbuat apa-apa.
Orang tua seperti dia hanya memperturutkan birahinya, tanpa peduli pada
kemampuannya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Kalau
pun lelaki tua itu mimun obat kuat, paling-paling bisa bertahan berapa
lama. Atau malah jangan-jangan penyakit jantungnya bisa kumat. Wah, bisa
lebih bahaya. Masa orang terhormat seperti dia harus mati di atas
perempuan sepertiku. Apa tidak kasihan pada anak istrinya. Bagaimana
pula tanggapan orang-orang yang selama ini menghormatinya dan
menganggapnya sebagai panutan rakyat. Ha…ha…ha….</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Tapi
dengan orang tua itu, tentu aku akan mendapatkan uang yang banyak tanpa
harus bekerja keras. Sebagai orang terhormat, duduk di kursi terhormat
dan di dalam gedung terhormat, pasti ia bergaji besar. Belum lagi
uang-uang negara yang telah digerogotinya. Tentulah lelaki tua itu
berkantong tebal, bahkan teramat tebal. Itu belum terhitung berbagai
perusahaan besar yang dimilikinya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Tapi,
bagaimanapun aku lebih menyayangi kelaminku. Jadi aku juga harus
menjaganya. Aku tahu, kelaminku setangkai mawar merekah di taman, yang
tumbuh di antara ilalang-ilalang meretakkan langit. Kelopak-kelopaknya
lembut, tapi begitu kuat dan perkasa menelan sejuta birahi yang seliar
apa pun. Di pusatnya kehangatan melenakan iblis atau malaikat sekalipun.
Baunya harum, serupa aroma surga. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
“Mengapa
kau pasang badai di matamu,” suara lelaki itu dikerumuni kecemasan.
Penghambaannya hampir saja menerjang, namun ia masih mampu menguasai
dirinya. Bibirnya masih gemetar.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
“Aku tak memasang badai. Badai itu datang sendiri karena kehadiranmu.”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
“Tak
adakah waktu untukku malam ini?” Ia nampak mulai kalah. Aroma kelaminku
menjadikannya tersengal. Lelaki terhormat, duduk di kursi terhormat di
dalam gedung terhormat itu sepertinya tak mampu lagi menguasai dirinya.
Dan akhirnya lelaki itu tersungkur tepat di depanku; mengiba-iba.
Dasinya yang terseret di atas lantai tak lagi dipedulikannya. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Aku
masih berdiri tegap. Tak mau mengharapkan apa-apa dari lelaki itu. Aku
tahu, bahkan teramat tahu, aku tak mungkin lagi melakukannya. Kelaminku
telah kukemas dengan baik. Kusimpan dalam pigura berhias sutra dengan
bunga-bunga kesturi yang tumbuh di sekitarnya. Aku tak ingin ia
terbangun dan menyaksikan keganasan lelaki itu melepas selaksa
dahaganya. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Maka kujawab dengan tegas dan sedikit meninggikan suara, “Tidak!”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Aku
menyayangi kelaminku. Sejak kesadaran akan kelaminku muncul, ia selalu
kurawat dengan penuh kasih sayang untuk kusuguhkan pada mereka yang
benar-benar butuh; tapi tentu mereka harus selembut sutra.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Tiba-tiba aku ingat bait-bait yang tergeletak di atas sebuah <i>lontara’</i><a href="http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=1888820879596984779#_ftn1" name="_ftnref1" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12pt;">[1]</span></span></span></a>; <i>…lelaki yang pantas memasuki kelamin perempuan hanyalah lelaki setampan nabi Yusuf</i>. Ha… ha… ha… ha…. Puuiihh! </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Dulu
aku senang pada sesuatu yang kusebut omong kosong ini. Semua itu
menurutku hanya tata krama yang idealis untuk kelamin-kelamin yang tidak
taat peraturan. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Tapi
kelaminku, aku rasa telah taat peraturan. Bahkan teramat taat malah.
Aku menyuguhkannya kepada mereka yang benar-benar butuh dan tentu aku
juga menyukainya; mencintainya mungkin. <i>He…he…he…he</i>. Cinta? Ya, cinta. Aku menyebut cinta dengan segala ketulusanku.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Tapi lelaki itu tak juga mau berhenti memohon.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
“Apakah
kau benar-benar ingin pergi bersama angin. Bukankah dingin malam ini
bagai puncak-puncak bukit Tursina. Kita bisa melayang mengarungi
kesejukannya. Menghirup segala aroma yang dihembuskannya.”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
“Aku tak tertarik menuju puncaknya. Pergilah ke Samarkan! Di sama maut sedang menunggu.” </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Lalu malam kubiarkan pergi begitu saja.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
***</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<i>Dini hari yang buruk. Di sebuah kota yang bisu…. </i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Seorang perempuan menggelepar. Mengerang dengan segala ketakberdayaannya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
“Tidak! Tidak! Jangan! Akhh! Tolong…!”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
“Dasar perempuan kampung….”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Lelaki
itu lalu kutemukan terkapar di dalam kelaminku. Aku tak tahu harus
berbuat apa. Kelaminku tercabik oleh orang yang tak kukenal. Lelaki itu
memporak-porandakan kelaminku. Menusuk-nusuk hingga ke jantungku. Ia
menghisap payudaraku; bagai mesin-mesin penyedot di ladang-ladang
minyak. Puiiihh!</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Aku
tak bisa lupa, lelaki itu mengerang seperti singa kelaparan. Lalu,
kudengar kelaminku bernyanyi lagu musim gugur. Rintihannya meluruhkan
daun-daun. Lonceng kerontang dengan ilalang di padang tandus
mengiringinya. Perih. Dadaku sesak oleh tangis yang tertahan. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Lelaki itu mengerang. Lalu lelaki-lelaki lain datang pula; mendengus seperti anjing mengendus; <i>lapar… haus… birahi….</i> Hanya bayangan hitam yang mengurai di wajahnya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<i>Harus kusebut apa lelaki-lelaki itu?</i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Sekujur
tubuhku bergetar. Takut. Perih memenjara. Ada kengerian menjalari…
dingin hingga menikam-nikam ke ulu hati, mengiris perasaan; sembilu. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Tiba-tiba
aku ingat perempuan-perempuan Bosnia; meregang di antara dengusan
tentara-tentara rakus; di bawah todongan senjata dan popornya yang
seringkali disusupkan ke dalam kelamin-kelamin mereka. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Sungguh,
ketika itu aku belum mengenal betul arti seonggok kelamin. Apalagi tahu
kelembutan dan aroma surga yang ditawarkannya. 15 tahun usiaku. Aku
hanya tahu bahwa melalui kelaminkulah kelak akan keluar janin-janin yang
dititip Tuhan di dunia. Di kelaminkulah akan berumah lelaki yang kelak
akan kusebut suami yang akan menyemai firman Tuhan di dalam rahimku. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Tapi,
mengapa mereka memperlakukan pintu dunia itu dengan kasar dan beringas.
Setelah merampas segalanya, mereka memasukkan botol-botol minuman ke
dalam kelaminku. Bagai laras senjata; dingin meluluhkan hatimu. Air
mataku mengaliri batok-batok kesadaranku. Namun aku tak sanggup berbuat
apa-apa. Tangisku hanya mengaung di padang tandus.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Aku ingat perempuan-perempuan Bosnia; kelamin-kelamin yang teraniaya; berdarah tanpa cinta.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<i>…kadang… aku ingin berdoa kepada Tuhan… agar tak lagi menciptakan kelamin</i>.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
***</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Dan
10 tahun berlalu begitu saja. Bayang-bayang kelam itu mengantarku untuk
lebih mencintai kelaminku. Aku hanya akan memberikannya pada
lelaki-lelaki yang membutuhkan dan tentu saja aku juga setuju; mungkin
pula karena aku mencintainya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Telah
berpuluh-puluh lelaki berteduh dalam kelaminku. Ada yang kubiarkan
berteduh karena aku benar-benar butuh uang. Ada karena terpaksa, karena
ia terus menghibah. Ada pula yang karena aku menyukainya. Aku malah tak
ingat lagi lelaki mana yang paling berarti bagi kelaminku; menyayangi
dan benar-benar membutuhkannya. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Jika
kau bertanya, apakah kelaminku melakukannya tanpa cinta, maka kujawab
kadang-kadang. Bukankah kadang orang normal pun melakukannya tanpa
cinta, meski mereka menikah secara resmi? </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Tentu
aku juga masih membutuhkan cinta, bahkan mungkin mengagungkannya.
Bukankah cinta adalah bagian terpenting dalam hidup ini. Cinta hadir
dalam ritme tanpa batas dalam orkestra keabadian; mungkin juga tak
mengenal ruang dan waktu. Ia hadir begitu saja dan tumbuh pada diri
siapa saja; walau mungkin tanpa kelamin. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Tanpa kelamin? Ha… ha… ha…ha…!</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Mungkinkah cinta hadir dan bersemi tanpa kelamin? </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Mungkin saja! Cinta sejati! </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Tapi… akhh, aku rasa cinta masih butuh kelamin?! </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
He… he… he… he…. Benarkah? </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Tak tahulah. Yang pasti kelaminku harus tetap kurawat. Sebab hanya dengan dialah aku bisa bertahan hidup. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Aku
tahu, semua orang telah meremehkanku. Menganggapku kotor. Tapi
bagaimana dengan mereka yang kerap menghibah-hibah di hadapanku? Memohon
agar dapat berteduh dalam kelaminku. Aku tak tahu, harus kusebut apa
mereka yang telah mengoyak-ngoyak kepolosan kelaminku saat usiaku 15
tahun. Harus kusebut apa mereka yang telah menjerumuskan aku ke dalam
ruang yang oleh mereka sendiri menyebutnya sebagai pekerjaan yang kotor.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Maka
itulah, aku sangat menjaga kelaminku setelah 10 tahun lalu
tercabik-cabik dan tercampakkan. Aku baru tahu di antara kehangatan
kelaminku –yang kedalamannya antara 10-12,5 cm dan memanjang dalam
posisi 45 derajat terbuat dari jaringan kulit, otot dan jaringan
serat--, bertumpuk lelaki ingin berteduh di dalamnya; mengais-ngais
kehangatan. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Kehangatan?</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Ya…
kehangatan. Begitu banyak lelaki yang datang meminta kehangatan dari
kelaminku. Tidak peduli, apakah ia pejabat berdasi, bersepatu lars,
aktivis, atau pengusaha. Mereka kadang saling menyikut tanpa peduli tua
atau muda. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
“Aku
ingin menabur bunga di dalamnya,” suara seorang lelaki yang kukenal
sebagai aktivis organisasi keagamaan yang terkenal di negeri ini suatu
hari.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
“Omong
kosong! Sudahlah! Datang saja. Aku juga butuh. Tapi jangan kau menabur
bunga di dalamnya. Kelaminku lebih harum dari seribu bunga yang kau
tabur.”</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Lelaki-lelaki itu sering datang berteduh; membawa bunga yang kemudian dicampakkannya sendiri karena aku memang tak butuh.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Kehangatan macam apalagi yang kubutuhkan. Bukankah hidup hanya persemaian kelamin? Bahasa paling gersang yang pernah kuucapkan; <i>membutakan</i>… <i>memabukkan….</i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
***</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Toh
aku tak membutuhkan suara burung-burung di pagi hari. Aku hanya
mengenal malam dengan bulan dan bintang-bintangnya. Akhh, tentu saja
dengan kepekatan dan anginnya yang dingin. Itu pasti. Bukankah angin
dingin yang senantiasa mengantarkan lelaki-lelaki itu datang dan
mengais-ngais kehangatan dalam lipatan kelaminku? </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Tentu
saja, aku tak boleh melupakan angin malam yang dingin dengan gigilnya
yang seksi itu. Maka pasti, aku tak butuh lagi cericit burung-burung di
pepohonan yang berlompatan dari satu ranting ke ranting lain; dari satu
pohon ke pohon lain. Tidak juga dengan matahari pagi. Aku bahkan telah
melupakannya; bagaimana warnanya; bagaimana aromanya.</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Setelah
10 tahun berlalu, aku hampir tak pernah lagi bertemu dengan matahari
pagi yang menyembul di balik gunung yang berdiri kokoh di belakang
rumahku di kampung; matahari pagi yang mengerjap-ngerjap di antara
reranting dan dedaunan. Butiran keringat yang menggelinding dari setiap
pori-poriku di pagi hari juga hampir tak pernah lagi kurasakan. Aroma
tanah sawah yang gembur telah berganti aroma parfum merek luar negeri
memeloroti aroma tubuhku. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Akhhh,
semuanya telah berlalu bersama lelaki-lelaki dengan keberingasannya
itu. Mereka telah memporak-porandakan hidupku dan memenjarakanku dalam
ruang gelap; tempat lelaki-lelaki mengendus aroma tubuh
perempuan-perempuan sepertiku; aroma bibir, payudara, kelamin ….</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
***</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Di
sebuah malam dengan gigilnya yang membuncahkan segala hasrat, sebelum
aku menyadari benar tentang kelaminku, kubiarkan lelaki-lelaki itu
kembali datang; politisi, aktivis, birokrat, penguasa,…. Yang
berseragam, berdasi, memakai jas dengan lambang garuda, bermobil plat
merah,…. </div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
Aku
kembali membaca jejak-jejak padang tandus yang kukemas sekian lama.
Mantra-mantra langit telah berujung duka; retak. Aku tak peduli lagi.
Aku lantas merapikan kelaminku setelah semuanya kembali berlalu. Dan…
astaga, kembali kutemukan sobekan lelaki terkulai di dalamnya. Bukankah
lelaki itu yang mengajariku beribadah, di kampung dulu?</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<i>…Tuhan berhentilah menciptakan kelamin….</i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<i>makassar, Juli 2006</i></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;">
<i>malam dimana tiba-tiba aku membenci kelamin… </i></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9139764343241189361.post-56956033008907797222018-02-25T14:40:00.001-08:002018-02-25T14:40:37.107-08:00Menggambar Bapak
<div class="post-header" style="text-align: left;">
</div>
<div style="text-align: center;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Cerpen Idwar Anwar</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<b><span style="color: black; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 20pt;"><br />
</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.2pt; text-align: left;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxNd0hZJSPmbEgwH94oMHFBQOjp25qnNHG7tTZl2k_ZSZ1TgR2x3XY1g34yN7ExF6Rpx9y4TSA5tUvlur8xHfPWkOm5z9NVYBDxaP0Y9lXLkROMlN7gCRqCP1M73sXtQSciorjODTyABw_/s1600/Edo.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="491" data-original-width="360" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxNd0hZJSPmbEgwH94oMHFBQOjp25qnNHG7tTZl2k_ZSZ1TgR2x3XY1g34yN7ExF6Rpx9y4TSA5tUvlur8xHfPWkOm5z9NVYBDxaP0Y9lXLkROMlN7gCRqCP1M73sXtQSciorjODTyABw_/s200/Edo.jpg" width="146" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.2pt; text-align: left; text-indent: 18pt;">
</div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.2pt; text-align: left; text-indent: 18pt;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Usianya
menjelang 10 tahun. Tapi tidak seperti anak-anak sebayanya, ia belum
pernah merasakan bagaimana suka dukanya menjadi anak sekolahan.
Sehari-hari ia harus bergelut dengan debu di persimpangan jalan, di
bawah <i>traffic light, </i>menjajakkan koran yang diambilnya dari agen koran langganannya setiap hari selepas shalat subuh.</span><span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 14.15pt;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Setiap
hari ia harus berlarian ke sana-kemari menawarkan koran yang dibawanya
ke setiap mobil yang berhenti di saat lampu merah menyala. Dan dari
kaca-kaca mobil yang terbuka, ia mengais sedikit demi sedikit rejeki
untuk meyambung hidup. Dipikirannya yang berkecamuk hanyalah uang, uang
dan uang , serta apa yang harus dimakan hari ini untuk mengisi perutnya
yang kadang hanya diisi sekali sehari.</span><span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 14.15pt;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Namanya
Dogel. Ia memang masih kecil, namun telah dipaksa oleh keadaan untuk
bergelut dan larut dengan segala penderitaan. Ia telah mengerjakan
sesuatu yang sepantasnya dikerjakan oleh orang-orang dewasa. Dunia
kanak-kanaknya terbang begitu saja dihempas angin bercampur debu dan
panasnya matahari, di antara kendaraan yang lalu lalang. </span><span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 14.15pt;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Sejak
kecil ia dipelihara oleh Daeng Tima, orang yang mulanya sama sekali
tidak mengenalnya dan akhirnya diyakini sebagai ibu kandungnya. Ibu
kandungnya membuangnnya di dekat jembatan, di sekitar rel kereta api.
Padahal saat itu usianya belum cukup sehari.</span><span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 14.15pt;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Daeng
Tima menemukannya ketika subuh menjelang. Tubuhnya masih merah berlumur
darah dan air ketuban yang telah mengering. Tali pusarnya belum
dipotong. Suara tangis yang melengking memekakkan telinga, telah
menggelitik kesadaran Daeng Tima yang saat itu sedang tertidur di bawah
kolong jembatan, tak jauh dari tempatnya terbaring dengan selimut kumal
membalut tubuh.</span><span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 14.15pt;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Nasib
akhirnya membawanya hidup bersama Daeng Tima yang sehari-harinya
bekerja sebagai pemulung. Ia belum bersuami. Nasibnya tidak jauh
tragisnya dengan Dogel yang kini ia rawat seperti anaknya sendiri.</span><span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 14.15pt;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Daeng Tima berasal dari desa yang jauh di pedalaman.<span> </span>Ia
tak pernah mengenal bagaimana hiruk pikuk dan kejamnya kehidupan kota,
terlebih kota metropolitan Jakarta. Namun karena keinginannya yang
sangat kuat untuk mencari pekerjaan serta tergiur cerita teman-temannya
tentang indahnya kehidupan kota, ia pun langsung menyetujui ketika
seseorang yang tidak dikenalnya berniat membawanya<span> </span>ke kota untuk bekerja pada sebuah perusahaan pabrik.<span> </span>Dengan
pikiran yang masih lugu dan tanpa curiga sedikit pun, ia mempercayai
semua kata-kata Randy, orang yang belakangan baru diketahuinya sebagai
seorang pencari wanita untuk dijadikan budak nafsu laki-laki hidung
belang di kota.</span><span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 14.15pt;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Mulanya
dengan perasaan yang sangat gembira dan penuh harapan, ia melangkah
meninggalkan desanya yang selama ini mengasuhnya dengan keramahan alam
dan senyum penduduk desa yang tulus. Sangat lain dengan senyum yang kini
disaksikannya di kota, tempat yang selama ini disangkanya seperti
sebuah sorga.</span><span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 14.15pt;">
<span style="color: black; font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Hingga
suatu hari nasib buruk datang menimpanya. Belum sempat ia bekerja,
seperti janji Randy ketika pertama kali membawanya, ia malah diperkosa.
Randy, orang yang selama ini dipercayainya telah merenggut mahkotanya.
Sesuatu yang begitu berharga bagi seorang wanita bila ingin dikatakan
gadis, tanpa merasa berat meyandangnya.</span><span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Setelah
beberapa hari menjadi pemuas nafsu laki-laki bejat, ia pun berhasil
melarikan diri dari kamar yang selama ini dirasakannya sebagai neraka.
Di kamar itu, ia harus melayani rata-rata lima lelaki dalam sehari
semalam. Sebuah kamar dengan sisa-sisa desahan yang terus menggerogoti
batinnya. Penyesalan begitu menghantui.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Sekian
lama ia harus terkatung-katung, menyusuri gang-gang sempit, tidur di
emper-emper toko, di pinggiran rel kereta api, dan di kolong-kolong
jembatan. Hari-hari dilaluinya dengan penderitaan. Hingga akhirnya ia
menetap di sebuah gubuk kecil, di bawah kolong jembatan yang luasnya tak
lebih dari dua kali dua meter. Dindingnya terbuat dari karton. Atapnya
terbuat dari plastik dengan tinggi yang juga tak lebih dari dua meter.
Lantainya beralas karton dan kain-kain sarung bekas yang didapatnya dari
tempat-tempat pembuangan sampah.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Di
sekelilingnya, bangunan-bangunan megah berdiri kokoh dan begitu angkuh.
Kendaraan-kendaraan mewah dan orang-orang yang berpakaian modis
berkeliaran tak henti-hentinya. Sebuah pemandangan yang sangat kontras
dengan kehidupan yang sedang dijalaninya. Setiap hari orang-orang yang
lalu lalang menatap dengan pandangan jijik dan terkadang tersenyum
sinis. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Beberapa
lama Daeng Tima hidup sendiri. Sampai akhirnya nasib mempertemukannya
dengan seorang bayi yang kemudian diberinya nama Dogel. Anak yang masih
hijau itulah yang selama ini membantunya mencari nafkah untuk menyambung
hidup.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 14.15pt;">
<br />
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">***</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 14.15pt;">
<br />
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">“Koran….Koran. Korannya, Pak”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Perlahan kubuka kaca mobil, “Korannya satu.” </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Disodorkannya
sebuah Koran harian. “Namamu siapa? Entah, tiba-tiba, tidak seperti
biasanya ketika membeli Koran di jalan, aku bertanya seperti itu.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">“Dogel,
Pak,” jawabnya dengan mimik yang begitu lugu. Sesekali ia memperbaiki
letak koran yang menggunung di dadanya. Wajahnya kusut dengan pakaian
yang sangat kumal. Beberapa noda hitam menghiasi hampir semua bagian
bajunya. Keringat yang mengucur deras dari pori-porinya, sesekali
menetes membasahi tumpukan koran yang dibawanya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">“Kamu tinggal di mana?”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">“Di
bawah kolong jembatan sebelah sana, Pak. Dekat rel kereta api di
sekitar bagunan itu,” ucapnya sembari mengangkat tangan dan
mengarahkannya ke sebuah gedung yang menjulang tinggi. Sesaat
pandanganku terseret mengikuti gerakan tangannya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">“Ooo. Ini uangnya.” Kutarik uang lima puluh ribuan dari dompetku dan menyerahkannya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">“Wah, tidak ada uang kembaliannya, Pak.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">“Ambil saja semua. Mungkin ini rejekimu,” ucapku sambil menutup kembali kaca mobil.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">“Terima
kasih, Pak. Semoga Tuhan membalas kebaikan bapak.” Tiba-tiba aku
terhenyak. Dia menyebut nama Tuhan, sesuatu yang selama ini sangat
jarang keluar dari mulutku. Sesaat aku memandangnya dari celah kaca
mobil yang hampir tertutup.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Itulah
saat pertama aku berjumpa dengan Dogel, seorang penjual koran, yang
entah, aku merasa ada sesuatu yang berbeda dengan penjual koran lainnya.
Dari sorot matanya yang bening, seperti ada sesuatu yang sedang
berkecamuk dalam batinnya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Entah,
kekuatan apa yang membuatku setiap pagi, saat berangkat kerja, selalu
ingin melewati jalan itu. Jalan di mana Dogel sehari-hari berlarian di
antara padatnya kendaraan, sambil menawarkan koran yang bertumpuk di
dadanya dari satu kendaraan ke kendaraan lain.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Pada
pertemuan kedua, aku menyempatkan diri menghabiskan separuh malam di
tempatnya. Sejak saat itu, aku selalu ingin mampir ke tempatnya,
mendengar keluh kesah Daeng Tima yang selama ini mengasuh Dogel. Atau
menyaksikan betapa susahnya kehidupan keduanya dan para penghuni kolong
jembatan yang nasibnya tidak jauh beda.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">“Bapakmu
sekarang dimana?” tanyaku suatu ketika saat menemaninya duduk di tepi
trotoar. Ketika itu, aku baru saja pulang dari kantor dan melihatnya<span> </span>sedang istirahat di bawah kolong jembatan sambil menghitung hasil penjualan korannya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">“Ibu
bilang, bapak sekarang sedang berada di tempat lain. Jauuuuh sekali.
Dan mungkin akan kembali setelah aku besar,” jawabnya ringan. Meski aku
tahu ada sesuatu yang sedang menjalari batinnya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Tapi,
ia masih saja asyik menghitung uang yang ada di genggamannya. Sesekali
tatapannya liar menghalau kendaraan yang lalu lalang di hadapan kami.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">“Kamu
tidak ingin bertemu dengan bapakmu,” tanyaku kembali menghalau
kecemasan yang entah mengapa tiba-tiba saja datang merambati batinku.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">“Sangat
ingin. Tapi ibu bilang, ayah akan datang kalau aku sudah besar. Dan
kini aku sudah besar. Bisa mencari uang sendiri. Aku yakin bapak
sebentar lagi akan datang.” Suaranya masih tetap tenang. Ia begitu yakin
akan ucapan ibunya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Perjumpaan
itu sepertinya menyisakan sesuatu yang sulit terlupakan. Entah, aku
sendiri tak tahu. Dan setiap aku melewati jalan itu, di dekat <i>traffic light</i>,
tempat Dogel setiap hari menjajakkan koran, selalu ada rasa rindu untuk
melihat wajahnya. Wajah yang selalu melukiskan guratan kebahagiaan.
Sementara kehidupannya, dalam kacamataku dan mungkin semua orang,
sebenarnya begitu menderita. Ada kebahagiaan tersendiri bila melihat
pemilik wajah yang seakan tak merasakan pedihnya penderitaan yang sedang
ia jalani.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Aku
teringat pada seseorang yang pernah mengatakan bahwa kebahagiaan dan
penderitaan itu, hanyalah pengejawantahan dari sebuah sikap diri
terhadap apa yang kita jalani dalam kehidupan ini. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Dogel
mungkin salah satu orang yang yang menjalani dan menghayati penderitaan
sebagai sebuah kebahagiaan. Atau hanya karena ia masih kecil, hingga
belum tahu apa itu penderitaan atau kebahagiaan. Sehingga apa yang ia
kerjakan setiap harinya, dilaluinya hamper tanpa beban.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 14.15pt;">
<br />
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">***</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 14.15pt;">
<br />
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Di
suatu sore, aku menemukan Dogel sedang duduk di atas pasir putih, di
sebuah pantai. Ia duduk termenung. Tumpukan Koran di dadanya masih cukup
banyak. Dengan jemarinya yang mungil, sesekali ia memperbaiki letaknya.
Lalu tatapannya kembali berkeliaran ke arah orang-orang yang berlarian
di atas pasir putih.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Saat
itu matahari mulai bersinar redup dengan warna kemerahan di ujung
cakrawala. Orang-orang yang berjalan dan berlarian di tepi pantai
menoreh bayang-bayangnya sendiri di atas pasih putih.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Cukup
lama aku mengamatinya. Dogel terlihat masih asyik memerhatikan
orang-orang yang lalu-lalang d depannya. Beberapa saat kemudian, ia
meletakkan koran yang bertumpuk di dadanya. Ia menggeser duduknya dan
mengambil sebilah kayu. Perlahan ia menorehkan ujung <span> </span>kayu itu di atas pasir.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">“Kamu sedang menggambar apa?” tanyaku saat berada di dekatnya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Mendengar suara yang berada di dekatnya, ia perlahan menoleh. Hanya tersenyum. Tak sedikit pun suara yang keluar dari mulutnya. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Dogel
kembali menggerakkan ujung kayu yang berada di tangannya. Perlahan aku
duduk di sampingnya dan pandanganku mengikuti gerak jemarinya yang
mungil.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">“Aku
menggambar bapak,” jawabnya tanpa kutanya lagi. Kepalanya terus
bergoyang mengikuti gerak tangannya. Ia terus saja menggambar,
menggerak-gerakkan bambu di tangannya tanpa mempedulikan aku dan
orang-orang yang lalu lalang di sekitarnya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Sejenak aku terhenyak. “Tapi mengapa bertanduk dan berkaki empat?”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">“Tidak tahu.” Sesekali ia menghapus lendir yang keluar dari hidungnya dengan tangannya. “Aku memang tidak pernah melihatnya.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Lalu
ia berdiri, berlari meninggalkan gambarnya yang perlahan merintih dan
hilang terinjak kaki-kaki yang menyeret langkahnya tak peduli. Dogel
berlarian ke arah pantai meneriakkan kata-kata yang tak jelas kutangkap
dengan kedua telingaku. Wajahnya berseri. Tangannya menggapai-gapai ke
langit sembari meneriakkan kata-kata yang masih ak sanggup kutangkap
dengan kedua telingaku.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Kulihat
bayang-bayang Dogel kian memanjang. Bayangan orang-orang yang
berseliwerang saling berkait, membentuk sekerumunan awan gelap yang
tiba-tiba saja menerjang benakku. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Seketika
anganku menggantung di langit Januari, sepuluh tahun yang lalu. Saat
itu aku meninggalkan seorang perempuan yang sedang mengandung anakku,
hasil dari sebuah persekongkolan iblis. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Akhhh….</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Tubuhku
tiba-tiba bergetar. Wajahku mengeras. Aku merasa menjelma menjadi
patung yang kian hari semakin bertambah dan memenuhi hingga sudut-sudut
kota. Aku muncul dari bar-bar, pub-pub, diskotik-diskotik, hotel-hotel,
taman-taman bunga, rumah-rumah kost bahkan sampai ke desa-desa. Aku
tumbuh begitu liar memenuhi hajat kebinatangan manusia. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Dan
setiap kali Dogel menggambar bapaknya, saat itu pula lahir Dogel-Dogel
baru. Mereka terus bermunculan dari balik keliaran manusia. Mereka
adalah hasil persekutuan Adam dan Hawa dari berbagai zaman. Persemaian
tanpa aturan yang merambahi kehidupan manusia dengan segala sisa-sisa
kebinatangannya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 14.15pt;">
<br />
</div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: left;">
<i><span style="font-family: "Book Antiqua","serif"; font-size: 11pt;">Makassar, 8 Oktober 1999</span></i></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9139764343241189361.post-59702302361413653522018-02-25T07:11:00.001-08:002018-02-25T07:16:48.555-08:00Namamu Lola <div class="post-header">
</div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<b><span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 20pt;">
</span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 13.2pt; text-align: center;">
<b><span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Cerpen Idwar Anwar</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.2pt; text-align: justify; text-indent: 18pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 13.2pt; text-align: justify; text-indent: 18pt;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxNd0hZJSPmbEgwH94oMHFBQOjp25qnNHG7tTZl2k_ZSZ1TgR2x3XY1g34yN7ExF6Rpx9y4TSA5tUvlur8xHfPWkOm5z9NVYBDxaP0Y9lXLkROMlN7gCRqCP1M73sXtQSciorjODTyABw_/s1600/Edo.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="491" data-original-width="360" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxNd0hZJSPmbEgwH94oMHFBQOjp25qnNHG7tTZl2k_ZSZ1TgR2x3XY1g34yN7ExF6Rpx9y4TSA5tUvlur8xHfPWkOm5z9NVYBDxaP0Y9lXLkROMlN7gCRqCP1M73sXtQSciorjODTyABw_/s200/Edo.jpg" width="146" /></a><span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Malam
itu, aku sedang menunggu deringan teleponmu yang setiap malam menemani
dan mengguncang gendang telingaku. Sebuah kerinduan yang acapkali
mengganggu ketentraman hatiku, saat kesunyian malam merambah di atas
kota ini. Saat itu, kau memang kerap menemani kesendirianku di kesunyian
malam.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Namamu
Lola. Entah mengapa, kita tiba-tiba saja berkenalan di kesunyian malam
itu, saat angin bulan September mulai bertiup. Dan pada akhirnya,
menggiring kita pada sebuah –yang sering kusebut— <i>pseudo</i>
percintaan. Aku pun heran, seperti keherananmu saat kita bercengkramah
di sebuah cafe. Malam itu, kau banyak bertutur tentang kehidupan dan
cinta lewat bibirmu yang dipolesi lipstik dengan dandanan yang seakan
mewakili kehidupan glamor kota metropolitan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Ah, lupakan saja. Ini mungkin takdir yang memang harus aku lalui sebagai seorang pekerja seks,” katamu dengan nada tegar.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Aku
terpana. Kau sepertinya pasrah dengan pekerjaan yang selama ini kau
geluti. “Kau tak pernah berpikir untuk meninggalkan kehidupanmu yang
penuh kepura-puraan ini. Kehidupan yang di mata masyarakat begitu
nista?”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Kepura-puraan?
Ah, kau seperti tak tahu saja. Kehidupan ini telah lama dipenuhi virus
kepura-puraan, bukan hanya dalam kehidupanku. Harga diri, tahta, harta
dan wanita merupakan sumber dari kepura-puraan di dunia ini,” ucapanmu
lirih. Sesekali rambutmu kau kibaskan. Harumnya menebar mengelus lubang
hidungku. Geraiannya sedikit menutupi balahan wajahmu yang terlihat
penuh polesan bedak.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Sejak
lahir, kita telah berada dalam dunia kepura-puraan. Dunia yang
menurutmu mungkin tidak seperti yang kukatakan. Sebab kau lahir dari
rahim yang dirahmati Tuhan. Bukan berarti aku berasal dari rahim yang
tidak mendapat rahmat dari Tuhan. Tapi inilah aku, yang lahir dari rahim
seorang ibu yang telah tega membiarkanku hidup tanpa kasih sayang.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Matamu
menatap kosong. Sesekali kau menarik nafas; begitu berat. Rokok yang
sejak tadi terselip di antara jemarimu, kembali kau isap. Asap mengepul
membentuk lingkaran-lingkaran. Dan sesekali lingkaran itu kau hempaskan
dengan jemarimu yang lentik.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Entahlah.”
Kau kembali berbicara, setelah meletakkan rokok mentol yang kau hisap
di bibir asbak yang telah penuh dengan puntung rokok. “Aku berada di
dunia ini mungkin karena terpaksa. Sebab kedua orang tuaku telah
menganggapku serigala yang kelak akan memangsanya. Sehingga sebelum aku
keluar, aku sering dihujani dengan obat-obatan, agar aku tak dapat
melihat dunia ini. Terlebih untuk mengetahui perbuatan dan juga
menyaksikan kemunafikan serta kepengecutan orang yang semestinya saat
ini kupanggil ayah. Seseorang yang seharusnya dapat melindungiku.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Kau
menatapku perlahan. Sorotnya begitu tajam. Tiba-tiba ada sesuatu yang
kurasakan begitu menekan-nekan kesadaranku. Tatapan matamu semakin tajam
menghujam nuraniku. Perlahan kupejamkan mata. Ada debar yang seketika
saja datang mengguncang jantungku. Sementara di luar rinai hujan dengan kepak sayap-sayap basahnya bercerita tentang harumnya bunga-bunga yang memekik tertiup angin beku.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Mungkin
kau tak pernah merenungi kehidupan yang sedang kau jalani ini.“
Tiba-tiba kau menudingku dengan sengit. “Coba kau lihat anak-anak yang
dilahirkan dari rahim para kupu-kupu malam yang telah ditinggalkan ayah
mereka yang entah siapa. Atau mereka yang dilahirkan dalam keluarga
miskin. Mereka tiba-tiba langsung merasakan begitu kerasnya kerhidupan.
Atau…ah, aku begitu pusing memikirkan kehidupan ini, terlebih kehidupan
yang sedang kujalani.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Tapi kan tidak semudah itu kita menganggap kehidupan ini penuh kepura-puraan.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“ Memang. Tapi inikan kenyataan yang mau tidak mau harus kita akui.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Aku
hanya mampu menatap matamu. Kehidupan ini memang benar-benar telah
membelenggu dirimu. Kau seperti trauma dengan kehidupan yang selama ini
menyelubungi perjalanan hidupmu. Hingga kau menganggap kehidupan dunia
ini semuanya penuh kepura-puraan. Kejujuran bagimu mungkin hanya ada di
tong-tong sampah yang selalu kita buang jika akan melakukan sesuatu. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Tapi,
kau mungkin benar. Selama ini aku banyak melihat orang yang pura-pura
berbuat baik, namun pada akhirnya mereka ternyata punya tendensi
tertentu. Atau ada orang yang jika berhadapan dengan kita begitu baik,
tapi setelah kita pergi, mereka pun menceritakan kebobrokan kita. Bahkan
menghancurkan kita dari belakang.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Aku
sendiri mengakui, terkadang harus berpura-pura hormat pada sesorang
yang sebenarnya sangat aku benci. Kemudian di belakang, aku lalu
bercerita tentang segala macam keburukannya hanya untuk mendapatkan
sesuatu. Aku juga sering berbuat baik di depan seseorang, hanya untuk
menutupi kesalahan. Dan masih banyak lagi kepura-puraan yang sempat
kusaksikan dan sekaligus kuperbuat dalam kehidupan ini. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Lalu, kesunyian merambati bagai musim beku. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Tapi, pekerjaan yang kau lakukan inikan telah merendahkan derajat seorang wanita?” ucapku memecah kebisuan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Merendahkan,
katamu?” ucapanmu dengan suara meninggi, mungkin sedikit kesal. “Kau
pernah membaca Novel Nawal El – Sadawi, judulnya, <i>Perempuan di titik nol</i>?” katamu dengan mimik serius. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Aku diam-diam terkagum dengan bacaannya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Atau
lihatlah realitas di sekelilingmu,” sambungnya, “Bagaimana seorang
wanita diperjual-belikan oleh orang tuanya jika ada seseorang yang akan
melamarnya. Ironis tidak, jika hanya karena tidak cocok dengan harga,
lamaran seorang laki-laki bisa ditolak. Bukankah itu pertanda bahwa
derajat seorang wanita hanya dinilai dengan uang atau ditentukan oleh
berapa harga mereka. Lantas, di mana letak nilai cinta yang sangat suci
yang diberikan oleh Tuhan? Oke, anggaplah ini hanya kasus di masyarakat
kita. Tapi, cobalah kita melihat di bagian lain dari dunia ini.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Jadi, kau menilai derajat seorang wanita seperti barang dagangan.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Bukan
hanya aku yang berpikir seperti itu. Tapi mungkin hampir semua wanita
yang ada di muka bumi ini. Atau paling tidak orang tua mereka. Lihat
saja, seorang wanita yang melangsungkan perkawinan, sebelumnya mereka
harus dibeli; lima juta, sepeluh juta atau bahkan sampai ratusan juta.
Setelah itu, mereka pun telah sah menjadi milik suami dan bisa
dipergunakan selama-lamanya sampai suaminya merasa bosan dan mencari
lagi wanita yang lain. Atau mungkin saja mereka hanya akan
dieksploitasi. Dan setelah itu semua orang akan tahu bahwa derajat atau
nilai wanita tersebut hanya lima juta, sepuluh juta atau seratus juta.
Apa bedanya dengan saya. Bahkan harga saya mungkin lebih tinggi
dibanding mereka yang telah menikah dan dibeli dengan harga 5 juta atau
20 juta. Sedang saya dalam sebulan bisa seharga lebih dari itu.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Tapi
ada yang disebut mahar. Yang dalam agama Islam menandakan rasa hormat
dan keinginan sungguh-sunggguh dari seorang laki-laki kepada seorang
wanita untuk dijadikan istri. Dan itu tidak hanya dinilai dengan uang.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Iya.
Aku juga tahu. Tapi untuk apa uang yang sampai ratusan juta itu? Yang
realistislah. Sangat jarang seorang wanita atau paling tidak orang tua
si wanita ingin menerima pinangan dari seorang laki-laki, jika pihak
laki-laki tidak mampu menyiapkan uang puluhan juta atau
ratusan juta. Mereka seolah-olah harus dibeli dan orang tua mereka
sepertinya juga siap menjual. Untuk pestalah. Ya, menjaga gengsi di
depan teman-teman, saudara, tetangga, atau keluarga. Apakah kesakralan
perkawinan hanya diukur dengan materi atau gensi seperti itu? Aku
heran!”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Ah,
sudahlah, aku tidak ingin berdebat mengenai derajat atau nilai seorang
wanita. Tapi yang jelas kau telah menjual diri. Dan kau perlu tahu,
pekerjaan yang selama ini kau lakukan penuh dengan dosa. Mengapa kau
tidak menikah saja. Bukankah itu lebih baik dan sah.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Kau
mengatakan aku menjual diri. Tidakkah kau sadari bahwa orang-orang yang
berada di sekitar kita ini, banyak yang berprofesi sebagai penjual diri
bahkan jadi pengemis dan penjilat.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Ah sudahlah! Mengapa malam ini kita sok pintar dan sok suci saja. Lebih baik kita bersenang-senang.”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Lantas
kita pun bercakap dalam diam sungai yang keruh, sebab perbincangan kita
memang bukanlah perbincangan abadi. Mungkin hanya sebentuk letupan
tungku yang terbakar api atau jeritan ilalang yang terpanggang matahari.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Dan
malam itu, akhirnya kita lewatkan dengan penuh gairah. Kau menggiringku
ke dalam duniamu, sebuah dunia yang belum pernah kukenal. Dunia yang
selama ini abstrak, saat itu menjadi begitu nyata. Kau telah
menyuguhkannya buatku. Ya, dengan segala gairah yang kau miliki. Kau
mengajakku berlari di tengah padang yang begitu luas dan mendaki ke
puncak-puncak bukit yang penuh kuntum-kuntum bunga. Nafasku tidak
teratur, keringatku bercucuran, dan aku merasakan sebuah sentuhan halus
yang melelapkan. Bagai kuda betina kau berlari liar dan aku pun merasa
begitu jantan mengejarmu. Angin malam yang bertiup saat itu kurasakan
sebagai sentuhan lembut tangan-tangan iblis yang membelai kita. Kuakui,
malam itu aku harus berjuang menghadapimu. Dan akhirnya aku terkulai di
sampingmu dengan bersimbah keringat. Kau tersenyum, dan kita pun
mengakhiri sebuah permainan iblis. Kita telah menjadi pemain yang baik.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 14.15pt;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "webdings"; font-size: 13pt;">Þ</span><span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;"></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 14.15pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Malam
semakin larut, namun teleponmu belum juga terdengar. Nyala lilin
dihadapanku menari dan sesekali meredup. Angin malam yang berhembus
sepoi-sepoi, diam-diam menyusup ke dalam kamarku yang penuh coretan
namamu dengan segala cerita tentang perjalanan <i>pseudo</i> percintaan kita. Sebuah perjalanan yang penuh ketakutan, namun juga penuh kenangan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Malam
ini, malam minggu. Jam di dinding kamarku yang penuh sarang laba-laba
dan debu yang menempel menghiasi, telah menunjukkan pukul 2.00 dini
hari. Aku seketika teringat di suatu malam, ketika kau tiba-tiba
meneleponku dan menangis. Isak tangismu begitu memilukan. Nada suaramu
serak, seolah alkohol yang panas telah memasuki tenggorokanmu. Malam
itu, kau sedang mabuk. Minuman yang sejak kita berkenalan tak pernah
lagi mengalir di kerongkonganmu, saat itu berbotol-botol telah
memasukinya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Kau telah membohongiku,” katamu ketika itu. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Aku
heran, kau menuntut kejujuran dariku. Bukankah selama ini kau hidup
dalam dunia yang penuh kebohongan, penuh kepura-puraan dan pencintaan
kita pun hanya sebuah kepura-puraan. Dan aku juga, seperti katamu, hidup
dalam dunia yang penuh kepura-puraan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Bukankah
percintaan kita hanya sebuah permainan, yang jika lelah kita akan
berhenti sendiri. Percintaan kita, sekali lagi hanyalah percintaan semu,
yang ketika sadar, kita akan mendapatkan sesuatu yang tidak seperti
yang kita bayangkan. “Ah, sudahlah. Kau tidak perlu menangis,” ucapku
saat itu. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Memang
tak perlu ada air bening yang mengalir di mata. Bukankah kita sepakat
percintaan ini bukanlah percintaan abadi. Kita memang pernah jalan
bersama, menemani bintang-bintang dan bulan yang redup. Malam yang kau
janjikan buatku telah kita jalani bersama. Kita reguk keindahan malam
tanpa sedikit pun yang tersisa. Kau begitu bahagia malam itu. Segala
kemunafikan cinta dan kasih sayang yang selama ini kau berikan kepada
setiap orang yang menginginkanmu, tak sedikit pun kau berikan padaku.
Kau telah memberikan kesucian cinta dan kasih sayangmu. Aku bisa
merasakannya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Tapi
malam ini, entah mengapa aku benar-benar teringat padamu. Deringan
teleponmu telah memenjarakan kesadaranku. Tanpa terasa, malam semakin
larut. Lilin dihadapanku semakin pupus terbakar. Ia telah merelakan
dirinya habis terbakar demi menemaniku dan menghiasi kegelapan malam
yang kian pekat. Kebisuan menyelimutiku bersama kebekuan dinding-dinding
kamar.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Kutarik
nafas dalam-dalam. Rongga dadaku yang makin sesak seakan ingin meledak.
Kesadaranku timbul tenggelam. Lalu tiba-tiba aku sadar, malam ini,
ternyata cukup sebulan kau meninggalkan dunia ini. Meninggalkan duniamu
yang penuh kebohongan, meninggalkan kenangan yang tak pernah hilang. Ada
cerita yang seketika hadir dan menjelma genangan duka yang tak pernah
kulupakan. Lalu duka itu seketika menjelma genangan air mata. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Entahlah
mengapa malam ini aku masih tetap menanti deringan teleponmu. Deringan
yang sejak dulu sering menemani kesendirianku di tengah malam yang sepi.
Deringan yang telah mengawali perkenalan kita. Sebuah deringan yang
mengantarku pada kerinduan dan sekaligus penyesalan yang mungkin hanya
akan musnah bersama jasadku.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Aku
sadar, kau memang telah lama meninggalkanku. Namun percintaan yang
pernah kita jalani telah menyisakan sesuatu yang tak pernah terlupakan.
Sesuatu yang terus mengalir dalam darah dan terus menggerogoti tubuhku.
AIDS. Yah, kau telah meninggalkan penyakit itu untukku sebagai kenangan
percintaan kita. Percintaan yang selama ini kusebut <i>pseudo</i>, sesuatu yang semu, ternyata bukanlah <i>pseudo</i>. Ada kenyataan yang kau tinggalkan. Sesuatu yang membuatku tak pernah melupakanmu. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 14.15pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 14.15pt;">
<br /></div>
<div align="right" class="MsoNormal" style="page-break-after: avoid; text-align: right; text-indent: 14.15pt;">
<i><span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Di sebuah kota tua yang beku, </span></i></div>
<div class="MsoNormal">
<i><span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">dalam tahun 1996 dan 2002</span></i></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9139764343241189361.post-13668671221585366532018-02-25T07:10:00.001-08:002018-02-25T07:15:32.671-08:00Perkawinan Bunga-bunga <div class="post-header">
</div>
<div class="MsoTitle">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif";">
</span></div>
<div class="MsoSubtitle" style="text-align: center;">
<b><span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Cerpen Idwar Anwar</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzKwpwqWju0549oBx1vR1-c9totjgx3gxaI7J3CPLfBGfD06duBqBBD9e_Yjy9fYqxyYQpek_2Ikne3tRh6gqF7YA6iN1eGX_fOmoP8JsY8pktobKH4lOiVmPpmAponIgLK_P2_bHwGHQp/s1600/Edo.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="491" data-original-width="360" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzKwpwqWju0549oBx1vR1-c9totjgx3gxaI7J3CPLfBGfD06duBqBBD9e_Yjy9fYqxyYQpek_2Ikne3tRh6gqF7YA6iN1eGX_fOmoP8JsY8pktobKH4lOiVmPpmAponIgLK_P2_bHwGHQp/s200/Edo.jpg" width="146" /></a></div>
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif";"><b>SUDAH</b> berkali-kali <i>short message service</i> yang dikirim oleh istriku masuk ke hp-ku. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif";">“Sepertinya kita harus memikirkan kembali hubungan kita.”</span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Seolah
tak ada lagi kata-kata yang tepat untuk mewakilkan perasaannya yang
kutangkap sangat gundah dan bahkan mungkin sangat ingin segera
mengakhiri hubungan kami.</span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Hampir
enam tahun lamanya kami menjalin hubungan dalam ikatan perkawinan, yang
menurutku meski kadang terjadi pertengkaran, tapi pada umumnya
baik-baik saja. Dan dalam waktu itu pula kami berhasil memperoleh
karunia Tuhan untuk memelihara 2 orang anak yang lucu-lucu. Bahkan
menurut tetangga-tetangga kami, anak-anak kami itu sangat lucu dan
cerdas. Keduanya memang sangat lincah, cukup baik dalam berbicara dan
cepat menangkap maksud orang yang berkomunikasi dengannya. Padahal waktu
itu, anak-anak yang seumur dengan mereka, masih belum jelas dalam
berkomunikasi dan berinteraksi. </span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Enam
tahun menurutku merupakan waktu yang cukup lama untuk saling memahami
dan mengisi. Terlebih lagi kami sebelumnya telah menjalin hubungan
pacaran selama hampir enam tahun pula.</span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Maka kubalas sms-nya:</span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Apakah
hubungan kita selama hampir enam tahun harus kita hancurkan begitu saja
hanya karena ego yang kita pertahankan masing-masing?”</span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Tapi, ia tetap tak mau kalah. Dengan sengit ia malah mengatakan sesuatu yang tak kuduga akan keluar dari mulutnya.</span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Apakah
aku harus mempertahankan segala kesedihan dan penderitaan yang selama
ini aku rasakan, selama menjalin hubungan denganmu?”</span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Karena merasa tertohok dengan kata-kata yang benar-benar tak kuduga itu, maka dengan cepat aku me-<i>reply</i> sms-nya.</span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Apakah
selama hampir enam tahun hanya kesedihan dan penderitaan yang kita
dapatkan? Terlalu naif kita menggeneralisasikan semua keadaan yang kita
alami. Aku juga kadang merasa sedih, jengkel dengan sikap kamu. Tapi kan
aku juga banyak merasakan berbagai kebahagiaan yang kau berikan.
Bukankah tidak selamanya kita mengalami kesedihan sepanjang kebersamaan
kita?”</span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Iya.
Tetapi apa yang telah kau toreh begitu membekas dalam hatiku. Terlalu
banyak penderitaan yang kau tabur di setiap gurat nadiku. Kamu begitu
egois sebagai seorang lelaki dan suami, hingga aku seperti tak pernah
merasakan perhatianmu. Atau mungkin engkau memang tak pernah ingin
memberikan perhatikan kepadaku?” </span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Perhatian?” Kata yang sampai saat ini sangat menggelisahkanku, sebab rasanya begitu sulit mengurai apa yang dimaksud dengan <i>perhatian</i>
itu; mengantar-jemput, memanjakan dengan uang atau perhiasan, menjaga
waktu sakit, ataukah mungkin memenuhi segala keinginannya....</span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Ya. Perhatian!”</span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Perhatian
apa yang kamu butuhkan? Atau mungkin aku terlalu bodoh sebagai seorang
lelaki atau suami untuk menerjemahkan apa yang kamu maksud dengan <i>perhatian</i> itu?”</span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Mungkin.”</span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Jadi kamu menganggapku bodoh?”</span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Mungkin.”</span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Mungkin?”</span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Sudahlah! Kamu memang selalu tak mampu memahami keinginanku.”</span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Tapi
mengapa kamu tak pernah mengatakannya? Keinginan apa yang membuatmu
harus bertindak begitu dan mempertegas garis pisah di antara kita?”</span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Apakah
seorang perempuan harus mengatakan semua yang ia butuhkan dari seorang
suami? Apakah sebagai suami kamu tak mampu menangkap sesuatu yang
kuinginkan dan kurasakan? Minimal yang kerap muncul dari
pertengkaran-pertengkaran kita.”</span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Menurutku sudah. Dan sebagai manusia biasa, tentu tak semuanya sanggup kutangkap atau kulakukan.”</span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Tapi
istriku tetap saja ngotot. Dia sepertinya telah lama merancang sebuah
pemberontakan untukku. Karena setelah kembali membalas sms-ku, ia
mematikan hp-nya. Tentu saja aku merasa sangat kecewa, jengkel, marah
dan berbagai perasaan bergejolak dalam hatiku. </span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Tapi
mau apalagi. Saat itu ia sedang berada di rumah ibunya. Sementara aku
tinggal di rumah yang baru saja kami beli; rumah yang selama ini kami
idam-idamkan. Tempat berteduh yang kuharapkan dapat menjadi tempat untuk
melahirkan dan membesarkan anak-anak yang telah kami rancang bersama
bertumpuk keinginan-keinginan kami sejak masa pacaran dulu.</span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Tentu
aku tak pernah lupa, ketika ia sambil menggenggam erat jemariku
menganggukkan berbagai keinginanku untuk melahirkan tunas yang
berkualitas dari rahimnya; satu satunya rahim yang sangat kujaga
keperawanannya sebelum kami resmi dalam ikatan perkawinan.</span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Kelak
aku ingin menyemai firman Tuhan di rahimmu,” kataku dengan lembut
sembari mengelus perutnya. Ada rasa kasih yang mendalam yang keluar dari
ketulusan kata-kataku. Dan aku tahu, ia memahaminya.</span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Dan
tentunya sebagai pacar yang baik, ia pun menyetujui. Ia kemudian
menatapku penuh makna. Sebuah kepasrahan ideal sebagai seorang
perempuan, menurutku ketika itu. Tentu aku tidak salah dengan
penilaianku. Dan aku yakin itu. Sebab ia bukan perempuan Barat atau
berpikiran Barat yang terlalu mengagung-agungkan pemberontakan terhadap
kaum lelaki yang dianggap telah menindas kaum mereka, yang hingga
menurutku kadang sangat kebablasan. Ya, mungkin seperti feminisme
radikallah. Ia bukan pula seorang model yang selalu harus menjaga
keindahan tubuhnya, utamanya wilayah pantat dan payudara agar tetap
montok, serta perut supaya tetap langsing. Makanya kadang orang-orang
seperti itu tidak ingin melahirkan, atau paling tidak, tidak mau
menyusui bayinya sendiri. Katanya, payudaranya nanti akan turun dan
tidak kencang lagi. Begitu pula dengan pantatnya. Perutnya juga akan
menjadi gendut, karena telah menampung janin kurang lebih sembilan bulan
dalam rahimnya. Pacarku yang telah menjadi istriku, hanya seorang
perempuan biasa yang aku cintai, karena menurutku ia memiliki keunikan
dari perempuan-perempuan lain yang kukenal selama ini. </span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Tapi
mau apalagi. Begitulah mungkin perempuan. Ketika merasa ada masalah di
dalam keluarganya, ia pun langsung melarikan diri dan seolah mencari
perlindungan ke orang tuanya. Padahal menurutku, mungkin alangkah
baiknya kalau ia pergi ke rumah mertuanya; orang tuaku. Dengan begitu,
persoalan akan sedikit baik, sebab tentunya orang tuaku akan merasa
bertanggung jawab terhadap anaknya. Tapi kalau langsung ditangani oleh
orang tua masing-masing, tentunya setiap orang tua tak ingin anaknya
yang disalahkan. Bagus kalau kedua orang tua masing-masing mampu
memahami bahwa mereka tidak perlu terlalu jauh ikut campur dalam urusan
rumah tangga anak-anaknya dan tidak berusaha memperkeruh keadaan.</span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Ketika
istriku pergi ke rumah orang tuanya, aku juga malah tak tahu
sedikitpun. Kedua anak kami pun diboyongnya. Tentu hanya aku yang
tinggal di rumah, sebab kami tak mempunyai pembantu atau orang lain yang
tingal di rumah. Dalam kondisi begitu, aku sering merasa gelisah.
Berbagai keinginan berkecamuk dalam hatiku. Sebenarnya aku tak ingin
membiarkan keadaan ini berlangsung lama. Karenanya, aku berinisiatif
pergi ke rumah mertuaku untuk menjemput istri dan kedua anakku. Tapi
sebelum melaksanakan niatku, smsnya pun masuk dan ia bersikeras tak
ingin dulu diganggu.</span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Biarkan aku tenang. Aku tak ingin berbicara dan bertemu. Jangan buat keadaan bertambah kacau.”</span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Tentu
aku merasa bingung. Apakah mungkin dengan perlakuan seperti itu semua
masalah kami dapat selesai. Bagus kalau kami masing-masing dapat
mengendalikan diri dan berusaha saling memahami. Tapi kalau kami malah
semakin mendramatisasi keadaan yang kami alami, maka tentu semua akan
bertambah kacau. Terlebih lagi, jika telah ada pihak lain yang juga ikut
memanas-manasi. </span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Tapi
biarlah, aku coba memahami keinginannya. Aku pun tak jadi berangkat,
meski rasa rindu pada mereka mendobrak-dobrak ketegaranku.</span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Sebenarnya,
aku ingin protes karena ia membawa kedua anak kami. Aku takut jika di
dalam hati mereka tertanam kebencian kepadaku; ayahnya. Bukankah itu
akan menjadi malapetaka terbesar dalam hidupku sebagai seorang ayah yang
telah lama memimpikan mendapatkan keturunan yang benar-benar dapat
berguna bagi orang tua, agama dan bangsanya.</span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Di
rumah, bila tak ada kegiatan, aku hanya duduk-duduk di teras rumah.
Dalam keadaan begitu, air mataku terkadang tak mampu kubendung.
Butiran-butiran bening itu seakan memaksa keluar, sebagai tanda
perkabungan bagi kesedihan yang menimpaku. </span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoBodyText" style="text-align: center;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">***</span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Menatap
bunga-bunga yang kami tanam, kerap mengingatkanku pada istriku. Bunga
mawar yang kami tanam di sudut taman yang tanahnya agak tinggi, bila
kupandangi seolah ingin bercerita tentang kebahagiaan kami saat menanam
dan memeliharanya. Bunga yang kami tanam ketika baru saja menempati
rumah itu tumbuh dengan suburnya. Di beberapa bagian di halaman rumah
kami yang cukup luas, berbagai jenis bunga juga kami taman. Istriku
memang sangat suka dengan bunga-bunga. Begitu pula dengan aku. Makanya
kami selalu cocok kalau bicara tentang bunga. </span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Tapi
aku juga sudah menanam bunga-bunga di sini. Bunga mawar yang dulu kita
letakkan di atas tanah yang agak tinggi pun juga telah kutanam di
halaman dekat kamarku,” katanya membalas sms-ku, saat kuingatkan tentang
bunga-bunga yang kami taman bersama. Sengaja kulakukan agar istriku
mengikat kenangan yang sama-sama kami bangun melalui bunga-bunga. </span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Membaca jawabannya, aku tidak lagi me-<i>reply</i>
sms-nya, tetapi langsung menindis tombol dan mencari namanya di hp-ku,
bermaksud menghubunginya. Jujur saja, selain untuk memberi komentar
tentang sms-nya, aku juga ingin mendengar suaranya. Sebagai suami yang
begitu mencintai istrinya, tentu aku juga merasa sangat rindu. Entah,
apakah juga istriku masih menyisakan setitik kerinduan dalam hatinya.</span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Tapi ia tak mau mengangkatnya. Dengan cepat aku kembali membalas sms-nya.</span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Mungkin
yang kamu tanam itu sama jenisnya dengan bunga yang ada di halaman
rumah kita. Tapi, apakah kamu tak merasakan ada kekuatan lain yang
tersimpan pada tanaman itu? Karena kita menanamnya bersama-sama, tentu.
Di situ waktu berproses dan berhenti, lalu memahat kesadaran holistik
dalam diri kita.”</span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Entahlah....”</span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Bukankah
di situ juga tersimpan pedih; ketika jemarimu terkena pisau saat
menggali tanah untuk menanam bunga-bunga itu? Bagaimana tanganku
berdarah karena teriris beling saat menguruk tanah untuk menimbun
akarnya. Kamu masih ingat kan, kita masih dapat tersenyum di antara
perih yang mendera. Dan sampai kini kamu juga bisa melihat bunga-bunga
itu dapat tumbuh subur dan bermain dengan riangnya bersama angin.”</span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Tapi aku bukan bunga-bunga.”</span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">“Benar.
Tapi waktu yang berhenti dalam dirimu tak pernah hilang, bahkan
menjelma ribuan cinta dalam totalitas kesadaranku. Sama seperti
bunga-bunga itu. Meski ia tertiup angin kencang atau badai sekalipun,
waktu itu tetap bersamanya. Bahkan jika bunga-bunga itu tumbang dan mati
pun, waktu tetap bersamanya; juga menjelma dalam diri kita. Kita akan
selalu ingat itu; mungkin sampai kita tua dan semua berubah.”</span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Tak
ada lagi balasan. Dan ketika hp-nya kuhubungi juga tak aktif. Beberapa
lama kemudian, karena tak tahan sepi dan didera rindu, aku pun
memberanikan diri mendatangi rumah orang tuanya. Namun hanya anak-anakku
yang kutemukan tanpa istriku. </span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Sambil
menangis, ibunya hanya mengatakan bahwa istriku pergi tanpa tahu ke
mana. Kepada anak-anak kami yang masih belum begitu mengerti hidup,
istriku berpesan akan pergi menanam bunga-bunga di negeri yang jauh.
Entah. Aku juga tak tahu. Mungkin ia pergi membuang waktu yang ada dalam
dirinya, agar aku tak pernah lagi mengingatnya dan memaksa dirinya
untuk mengenang waktu yang telah bersemayam dalam diri kami. Mungkin ia
benar-benar ingin membuangnya. </span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Seketika
aku tersentak dan tertegun beberapa saat. Kebekuan menjalari sekujur
tubuhku. Bayangan bunga-bunga yang kami tanam berdua berkelebat sungguh
cepat dalam ingatanku. Lalu kutemukan perempuan itu berusaha membuang
semua kenangan yang terpahat di batok kepalanya. Di sebuah taman yang
ditumbuhi bunga-bunga, kudapati tubuhnya terbujur kaku. Di nadinya,
setangkai mawar menancap kokoh. </span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-indent: 36pt;">
<span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Lalu
keputusasaan begitu cepat memenjarakan otak dan nuraniku. Keseluruhan
hidupku seperti tercerabut hingga akar-akarnya. Karena tak sanggup, maka
aku pun memutuskan untuk membuang waktu dalam diriku. Di sebuah pohon
yang agak tinggi di samping rumah kami, di atas bunga-bunga yang kami
taman, seluruh waktu dalam diriku luruh. </span></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-indent: 36pt;">
<br /></div>
<div align="right" class="MsoBodyText" style="text-align: right; text-indent: 36pt;">
<i><span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Makassar, 13 April 2005</span></i></div>
<div class="MsoBodyText" style="text-indent: 36pt;">
<b><span style="font-family: "book antiqua" , "serif"; font-size: 11pt;">Fajar, 21 Mei 2006</span></b></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9139764343241189361.post-83638465170469564302018-02-25T02:39:00.001-08:002018-02-25T02:40:55.441-08:00Inilah 5 Pelukis Legendaris Dunia<b>ARUNGSENI - </b>Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan
media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan dengan rabaan. Kesan ini
diciptakan dengan mengolah konsep <a class="mw-redirect mw-disambig" href="https://id.wikipedia.org/wiki/Titik" title="Titik">titik</a>, <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Garis" title="Garis">garis</a>, <a class="new" href="https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bidang&action=edit&redlink=1" title="Bidang (halaman belum tersedia)">bidang</a>, <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Bentuk" title="Bentuk">bentuk</a>, <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Volume" title="Volume">volume</a>, <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Warna" title="Warna">warna</a>, <a class="new" href="https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Tekstur&action=edit&redlink=1" title="Tekstur (halaman belum tersedia)">tekstur</a>, dan <a class="new" href="https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pencahayaan&action=edit&redlink=1" title="Pencahayaan (halaman belum tersedia)">pencahayaan</a> dengan acuan <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Estetika" title="Estetika">estetika</a>.<br />
Seni rupa dilihat dari segi fungsinya dibedakan menjadi dua yaitu <a class="mw-redirect" href="https://id.wikipedia.org/wiki/Seni_rupa_murni" title="Seni rupa murni">seni rupa murni</a> dan <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Seni_rupa_terapan" title="Seni rupa terapan">seni rupa terapan</a>, proses penciptaan seni rupa murni lebih menitik beratkan pada ekspresi jiwa semata misalnya <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Lukisan" title="Lukisan">lukisan</a>, sedangkan seni rupa terapan proses pembuatannya memiliki tujuan dan fungsi tertentu misalnya seni <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Kriya" title="Kriya">kriya</a>. Sedangkan, jika ditinjau dari segi wujud dan bentuknya, seni rupa terbagi 2 yaitu <a class="new" href="https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Seni_rupa_2_dimensi&action=edit&redlink=1" title="Seni rupa 2 dimensi (halaman belum tersedia)">seni rupa 2 dimensi</a> yang hanya memiliki panjang dan lebar saja dan <a class="new" href="https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Seni_rupa_3_dimensi&action=edit&redlink=1" title="Seni rupa 3 dimensi (halaman belum tersedia)">seni rupa 3 dimensi</a> yang memiliki panjang lebar serta ruang.<br />
<div class="thumb tright">
<div class="thumbinner" style="width: 222px;">
<div class="thumbcaption">
</div>
</div>
</div>
Secara kasar terjemahan seni rupa di dalam Bahasa Inggris adalah <i>fine art</i>. Namun sesuai perkembangan dunia seni modern, istilah <i>fine art</i> menjadi lebih spesifik kepada pengertian <i>seni rupa murni</i> untuk kemudian menggabungkannya dengan desain dan kriya ke dalam bahasan <i>visual arts</i>.seni rupa terbagi menjadi dua bagian yakni senirupa murni dan senirupa terapan.<br />
<br />
<b>1.Michaelangelo Buonarroti</b> <br />
<a href="https://images.divisare.com/image/upload/c_fit,f_jpg,q_80,w_1200/v1/project_images/4243890/Michelangelo.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="800" data-original-width="617" height="320" src="https://images.divisare.com/image/upload/c_fit,f_jpg,q_80,w_1200/v1/project_images/4243890/Michelangelo.jpg" width="246" /></a> <b>Michelangelo di Lodovico Buonarroti Simoni </b>(dalam
bahasa Spanyol disebut Miguel Ángel; dalam bahasa Perancis disebut
Michel-Ange, yang kurang lebih berarti Malaikat Mikail) (6 Maret, 1475 -
18 Februari, 1564) adalah seorang pelukis, pemahat, pujangga, dan
arsitek zaman Renaissance.<br />
Ia terkenal untuk sumbangan studi anatomi di dalam Seni Rupa. Karyanya
yang dianggap terbaik adalah Patung David, Pietà, dan Fresko di
langit-langit Sistine's Chapel.<br />
Atau nama lengkapnya dalam bahasa Italia <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<b>2.Rembrandt Harmenszoon van Rijn</b> <br />
<a href="https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/9/98/Rembrandt_van_rijn-self_portrait.jpg/220px-Rembrandt_van_rijn-self_portrait.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="265" data-original-width="220" src="https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/9/98/Rembrandt_van_rijn-self_portrait.jpg/220px-Rembrandt_van_rijn-self_portrait.jpg" /></a> <b>Rembrandt Harmenszoon van Rijn</b> juga sering membuat karya-karya grafis dan gambar.
Kontribusinya yang besar terhadap seni rupa terjadi pada era keemasan
Belanda (sekitar abad 17)<br />
(15 Juli 1606 – 4 Oktober 1669) adalah pelukis Belanda yang merupakan
salah satu pelukis terbesar dalam sejarah seni Eropa. Rembrandt dikenal
dengan keahliannya memanipulasi ekspos cahaya terhadap objek sehingga
memberikan efek tertentu di dalam lukisan.<br />
<br />
<br />
<b>3.Pablo Ruiz Picasso</b> <br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTZXkKB2BTRhICqYBn9iWP-mWWWbXDeGM38zfkpElz4p8Jgl663" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="177" data-original-width="284" height="199" src="https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTZXkKB2BTRhICqYBn9iWP-mWWWbXDeGM38zfkpElz4p8Jgl663" width="320" /></a></div>
(lahir 25 Oktober 1881 – meninggal 8 April 1973 pada umur 91 tahun)
adalah seorang seniman yang terkenal dalam aliran kubisme dan dikenal
sebagai pelukis revolusioner pada abad ke-20. Jenius seni yang cakap
membuat patung, grafis, keramik, kostum penari balet sampai tata
panggung. Lahir di Malaga, Spanyol 25 Oktober 1881 dengan nama lengkap
Pablo (or El Pablito) Diego José Santiago Francisco de Paula Juan
Nepomuceno Crispín Crispiniano de los Remedios Cipriano de la Santísima
Trinidad Ruiz Blasco y Picasso López. Ayahnya bernama Josse Ruiz Blasco,
seorang profesor seni dan ibunya bernama Maria Picasso Lopez.<br />
<br />
<br />
<b>4.Leonardo da Vinci </b><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://www.biography.com/.image/c_fill%2Ccs_srgb%2Cg_face%2Ch_170%2Cq_80%2Cw_300/MTQ1Mjk5NTkyOTUzNDcyNDgx/leonardo-da-vinci---a-divine-mind.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="170" data-original-width="300" height="181" src="https://www.biography.com/.image/c_fill%2Ccs_srgb%2Cg_face%2Ch_170%2Cq_80%2Cw_300/MTQ1Mjk5NTkyOTUzNDcyNDgx/leonardo-da-vinci---a-divine-mind.jpg" width="320" /></a></div>
(lahir di Vinci, propinsi Firenze, Italia, 15 April 1452 – meninggal di
Clos Lucé, Perancis, 2 Mei 1519 pada umur 67 tahun) adalah arsitek,
musisi, penulis, pematung, dan pelukis Renaisans Italia. Ia digambarkan
sebagai arketipe "manusia renaisans" dan sebagai jenius universal.
Leonardo terkenal karena lukisannya yang piawai, seperti Jamuan Terakhir
dan Mona Lisa. Ia juga dikenal karena mendesain banyak ciptaan yang
mengantisipasi teknologi modern tetapi jarang dibuat semasa hidupnya,
sebagai contoh ide-idenya tentang tank dan mobil yang dituangkannya
lewat gambar-gambar dwiwarna.Selain itu, ia juga turut memajukan ilmu
anatomi, astronomi, dan teknik sipil bahkan juga kuliner.<br />
<br />
<b>5.J. M. W. Turner</b><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/7/76/Turner_selfportrait.jpg/220px-Turner_selfportrait.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="285" data-original-width="220" height="320" src="https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/7/76/Turner_selfportrait.jpg/220px-Turner_selfportrait.jpg" width="247" /></a></div>
Joseph Mallord William Turner RA (1775 -1851) adalah seorang pelukis
pemandangan Romantis Inggris, watercolourist zaman Renaisans. Turner
dianggap sebagai tokoh kontroversial pada zamannya, namun kini dianggap
sebagai seniman yang tinggi lukisan pemandangan ke rivalling eminensia
lukisan sejarah.Walaupun terkenal karena lukisan minyak, Turner juga
merupakan salah satu guru terbesar cat air Inggris lanskap lukisan. Dia
dikenal sebagai "pelukis cahaya"dan karya-karyanya dianggap sebagai
pengantar Romantis impresionisme. <br />
<br />
<br />
<br />Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9139764343241189361.post-19965604418245887812018-02-25T02:02:00.003-08:002018-02-25T02:02:55.071-08:00Inilah 5 Fotografer Legendaris Dunia<b>ARUNGSENI</b> - Fotografi (dari bahasa Inggris: <i>photography</i>,
yang berasal dari kata Yunani yaitu<b> </b>"photos" : Cahaya dan
"Grafo" :
Melukis/menulis) adalah proses melukis/menulis dengan menggunakan media
cahaya. Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk
menghasilkan gambar atau foto
dari suatu objek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai objek
tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk
menangkap cahaya ini adalah kamera. Tanpa cahaya, tidak ada foto yang
bisa dibuat.<br />
Beberapa fotografer yang karya-karyanya telah mendunia dan dianggap legendaris antara lain:<strong><br /></strong><br />
<h3>
<strong>1. Nadav Kander</strong></h3>
<br />
Dia dikenal sebagai masternya foto lanskap. Karyanya yang paling
terkenal adalah foto bertema Obama. Dia ditugasi mendokumentasikan foto
Obama oleh New York Times pada 2008. Karyanya dianggap sebagai foto
terbaik sepanjang 10 tahun.<span class="notranslate"><b> </b></span><br />
<span class="notranslate"><br /></span>
<span class="notranslate"><b>Nadav Kander</b>
(lahir 1 Desember 1961) adalah seorang fotografer, artis dan sutradara
yang berbasis di London, yang dikenal dengan potret dan potretnya.</span> <span class="notranslate"> Kander telah menghasilkan sejumlah buku;</span> <span class="notranslate"> telah karyanya dipamerkan secara luas;</span> <span class="notranslate"> dia menerima Beasiswa Kehormatan dari <a href="https://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.com&sl=en&sp=nmt4&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Royal_Photographic_Society&xid=25657,15700021,15700105,15700124,15700149,15700168,15700186,15700201&usg=ALkJrhhad9liPCRqpIPd9eRnwpKltDaX9A" title="Royal Photographic Society">Royal Photographic Society</a> pada tahun 2015, memenangkan penghargaan <a href="https://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.com&sl=en&sp=nmt4&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Prix_Pictet&xid=25657,15700021,15700105,15700124,15700149,15700168,15700186,15700201&usg=ALkJrhhvljX6iKVUwJrExHObA-44LJ_oug" title="Prix Pictet">Prix Pictet</a> dan <a href="https://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.com&sl=en&sp=nmt4&u=https://en.wikipedia.org/wiki/World_Press_Photo&xid=25657,15700021,15700105,15700124,15700149,15700168,15700186,15700201&usg=ALkJrhgiDEsXhJvwgwvB0c1NGKIsXPqLdA" title="World Press Photo">World Press Photo</a> ;</span> <span class="notranslate"> dan karyanya termasuk dalam koleksi <a href="https://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.com&sl=en&sp=nmt4&u=https://en.wikipedia.org/wiki/National_Portrait_Gallery,_London&xid=25657,15700021,15700105,15700124,15700149,15700168,15700186,15700201&usg=ALkJrhhTt6viFlhSFx0HKPoFwFQoSKehXQ" title="Galeri Potret Nasional, London">National Portrait Gallery</a> , Société Générale, Paris, Pictet & Cie's Art Collection dan museum dan galeri lainnya.</span> <span class="notranslate"> <sup class="reference" id="cite_ref-flowersgallery_1-0"><a href="https://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.com&sl=en&sp=nmt4&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Nadav_Kander&xid=25657,15700021,15700105,15700124,15700149,15700168,15700186,15700201&usg=ALkJrhiZQROT36el7nSJGiZp8K2rE7c7xA#cite_note-flowersgallery-1">[1]</a></sup> <sup class="reference" id="cite_ref-rps.org_2-0"><a href="https://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.com&sl=en&sp=nmt4&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Nadav_Kander&xid=25657,15700021,15700105,15700124,15700149,15700168,15700186,15700201&usg=ALkJrhiZQROT36el7nSJGiZp8K2rE7c7xA#cite_note-rps.org-2">[2]</a></sup></span><br />
<br />
<br />
<span class="notranslate"> </span><span class="notranslate">1961 Lahir, Tel Aviv, Israel</span> <br /> <span class="notranslate"> 1964 - 1985, Johannesburg, Afrika Selatan</span> <br /> <span class="notranslate"> 1985 - sekarang, London, Inggris</span><br />
<span class="notranslate"></span><br />
<span class="notranslate">Saya
lahir di Israel pada tanggal 1 Desember 1961. Ketika saya masih kecil,
saya selalu mengatakan kepada teman-teman bahwa ayah saya kehilangan
mata kirinya karena terbang di tempat yang ekstrim untuk menguji pesawat
tempur Mirage untuk Angkatan Udara Israel.</span> <span class="notranslate"> Tapi itu tidak benar.</span> <span class="notranslate"> Dia menerbangkan Boeing 707 untuk El-Al dan kehilangan perhatiannya karena alasan medis.</span> <span class="notranslate"> Karena ini dia didasarkan pada masa jayanya.</span> <span class="notranslate"> Dia berumur 37 tahun dan mencari pekerjaan.</span> <span class="notranslate"> Saat itu saya berusia 2 tahun.</span> <span class="notranslate"> Orang tua saya memutuskan untuk pergi dan memulai lagi di Afrika Selatan, tempat tinggal kakek saya.</span> <span class="notranslate">
Jadi ingatanku yang paling awal adalah muntah dalam penerbangan dari
Tel Aviv ke Johannesburg pada hari ulang tahunku yang ketiga.</span> <span class="notranslate"> Saya tinggal di sana sampai saya berusia 21 tahun dan berangkat ke Inggris.</span><span class="notranslate"></span> <br /><br /> <span class="notranslate"> Saya harus memakai seragam sekolah sejak usia 6 tahun. Saya memiliki seekor anjing Dalmatian bernama Dick.</span> <span class="notranslate"> Saya bermain tenis meja dan sepak bola, tapi saya lebih baik bermain tenis meja.</span> <span class="notranslate">
Julukan saya adalah Angsa karena beberapa pelatih sepak bola
mengumpulkan dua dan dua gol lagi bahwa "pemain berambut gondrong"
berima dengan Kander, dan saya mendukung Liverpool FC karena mereka
adalah yang terbaik.</span> <br /><br /> <span class="notranslate">
Kami biasa turun ke pantai dengan warna putih Austin 1100 sampai ayahku
"upgrade" ke Peugeot 504 yang membuatku malu memiliki pekerjaan cat
hijau alpukat (dia mencintai mobil ini sampai dia meninggalkan Afrika
Selatan 22 tahun kemudian).</span> <span class="notranslate"> Saya berumur 10 yrs dan membelikannya sarung kemudi kulit tiruan dengan uang saku saya.</span> <span class="notranslate"> Itu diterima dan dicampur sebelum kami bahkan meninggalkan stasiun bensin.</span> <span class="notranslate"> Kesuksesan pertamaku</span> <span class="notranslate"> Dia menyukainya.</span> <span class="notranslate">
Saya menceritakan semua ini kepada Anda karena pada hari-hari libur
ini, ayah saya biasa memotret film transparansi senilainya di
Iconoflex-nya yang telah dia beli di salah satu penerbangannya ke NY.</span> <span class="notranslate"> Beberapa minggu setelah kembali ke Johannesburg kami akan disuguhi pertunjukan slide yang saya ingat dengan jelas.</span> <span class="notranslate"> Menurut saya, tayangan slide ini adalah pengenalan pertama saya tentang kemungkinan fotografi.</span> <br /><br /> <span class="notranslate">
Ketika berusia 13 tahun, saya mulai memotret kamera Pentax yang telah
saya beli berkat Bar Mitzvah saya, di mana saya ingat Rabi harus meminta
saya untuk membungkuk agar meletakkan tangannya di kepala saya.</span> <span class="notranslate"> Aku sudah 6 kaki.</span> <span class="notranslate">
Di sekitar itu, saya mulai melihat secara mendalam karya Strand,
Stieglitz, Weston dan Atget, yang semuanya bergema perasaan bahwa
masing-masing seniman mengeksplorasi kehidupan masing-masing.</span> <span class="notranslate">
Mereka membuat karya tentang lingkungan luar dan lansekap batin mereka
dan seni mereka dengan jelas menunjukkan kepengarangan individual dan
konsisten mereka.</span> <span class="notranslate">
Weston misalnya membuat potret yang memiliki kesamaan dengan rangkaian
kayu driftnya bertahun-tahun kemudian, dia memotret mangkuk toilet yang
tampak seperti kulit kerang dan telanjang yang tampak seperti paprika
berkerut.</span> <span class="notranslate"> Tanpa sadar ini memberitahu saya bahwa tidak ada yang harus dipertimbangkan "di luar batas" pada praktik seni saya.</span> <span class="notranslate"> Ini sangat mendasar bagiku.</span> <br /><br /> <span class="notranslate"> Sekitar usia 14 tahun saya melihat foto di koran.</span> <span class="notranslate">
Sudut pandang itu melihat ke dalam parit yang digali oleh 5 orang kulit
hitam dan di sana keluar dari lubang, dipangkas di lutut, ada sepasang
kaki putih yang berdiri di atas mereka.</span> <span class="notranslate"> Aku tumbuh dengan ketidakadilan ini di sekelilingku, Apartheid ada di tulang setiap orang.</span> <span class="notranslate">
Gambar-gambar yang saya ambil waktu itu sampai usia awal 20-an, meski
tidak selesai, memiliki rasa tenang dan tidak tenang yang sama dengan
bagian dari latihan saya hari ini.</span> <br /><br /> <span class="notranslate">
Saya melihat TV untuk pertama kalinya saat kami pergi ke Eropa pada
liburan keluarga ketika saya berusia 14 tahun. Afrika Selatan pertama
kali menyiarkan TV tahun depan!</span> <span class="notranslate">
Saya ingat betapa berbedanya berbagai kota di Johannesburg - makanan,
transportasi dan jalanan yang begitu penuh dengan orang-orang.</span> <span class="notranslate"> Kesetaraan.</span> <span class="notranslate">
Aku ingat menyelinap keluar dari hotel dan berjalan, mungkin hanya satu
blok atau dua, hanya untuk merasa sendirian, anonim dan bahkan
berpelukan dengan semua orang di sekitarku.</span> <span class="notranslate">
Dan saya ingat pernah mengunjungi banyak galeri karena saudara
perempuan saya Tamar, yang sedang dalam perjalanan untuk menjadi seniman
saat ini, mengambil setiap kesempatan.</span> <span class="notranslate"> Sejak saat itu, saya ingin kembali ke Eropa.</span> <br /><br /> <span class="notranslate"> Aku benci sekolah dengan dedikasi.</span> <span class="notranslate"> Rasa malu, tapi benar.</span> <span class="notranslate"> Saya tidak berpelukan dan mengucapkan selamat tinggal pada hari terakhir.</span> <span class="notranslate"> Saya baru saja pergi dan saya tidak pernah kembali.</span> <span class="notranslate">
Setelah mengalami kecelakaan yang sangat buruk pada sepeda motor saya
yang saya alami sejak berusia 15 tahun (Triumph 650 Tiger), adalah acara
bergantung.</span> <span class="notranslate"> Sebelum ini saya telah berlatih keras dan tidak ke mana-mana.</span> <span class="notranslate"> Bekerja pada mesin di siang hari dan berkuda dalam kelompok di malam hari adalah hidupku.</span> <span class="notranslate"> Setelah kecelakaan saat berusia 17 tahun, saya tidak pernah naik lagi dan fokus saya beralih kembali ke fotografi.</span> <span class="notranslate">
Afrika Selatan memaksa warga laki-laki kulit putihnya untuk ikut serta
dalam Pelayanan Nasional, dan entah bagaimana saya memastikan bahwa saya
dirancang ke dalam angkatan udara dan kemudian memasuki sebuah kamar
gelap tempat saya mencetak foto udara selama dua tahun.</span> <span class="notranslate"> Di sinilah saya menjadi yakin bahwa saya ingin menjadi seniman berbasis lensa.</span> <span class="notranslate"> Seorang fotografer waktu itu.</span> <span class="notranslate"> Saya bertemu Nicole Verity sekitar saat ini.</span> <br /><br /> <span class="notranslate">
Sehari setelah saya keluar dari Angkatan Udara, saya mulai bekerja
untuk Harry De Zitter, dan beberapa bulan kemudian, segera setelah ulang
tahun ke 21 saya, saya berangkat ke Inggris.</span> <span class="notranslate"> Pada akhir tahun 1985 saya kembali ke Afrika Selatan dan bertemu Nicole lagi.</span> <span class="notranslate">
Dia bergabung dengan saya di Inggris pada tahun 1986. Kami berjongkok
di blok rumah susun dua jalan dari tempat kami kemudian membeli rumah.</span> <span class="notranslate"> Kami menikah di alam liar Afrika pada tahun 1991.</span> <br /><br /> <span class="notranslate"> Kami tinggal di London dengan 3 anak kami, Oren, Ella dan Talia.</span> <br /><br /> <span class="notranslate"> Orangtua saya, Jenny dan Jacob tinggal di Amerika.</span> <span class="notranslate">
Ayahku sekarang sudah pensiun dan ibuku adalah seorang penyair dan
menghasilkan program puisi yang disiarkan di radio setiap hari.</span> <span class="notranslate"> Dia juga membuat boneka yang sering terlihat seperti dirinya dan sungguh indah.</span> <span class="notranslate"> Saudaraku Tamar juga tinggal di Amerika.</span> <span class="notranslate"> Dia diwakili oleh sejumlah galeri di seluruh Amerika.</span> <span class="notranslate"> Dia menikah dengan James Brooke yang adalah seorang pembuat tembikar.</span> <br />
<br />
<br />
<h3>
2. <strong>Richard Kalvar</strong></h3>
Dia adalah masternya foto kontemporer. Kalvar telah berhasil mengangkat
seni yang memadukan keanehan dan k<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
esenian itu sendiri. Dalam sebuah
wawancara pada 2013 dengan Blakeandrews, Kalvar menjelaskan metodenya.
"Saya mencoba membuat drama kecil yang membuat orang-orang berpikir,
merasa, bermimpi, berfantasi, tersenyum. Ini lebih dari sekadar
menangkap momen indah. Saya ingin membuat orang takjub, terhipnotis,”
katanya.<br />
<br />
<span class="notranslate"><b>Richard Kalvar</b> (lahir 1944, <a href="https://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.com&sl=en&sp=nmt4&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Brooklyn&xid=25657,15700021,15700105,15700124,15700149,15700168,15700186,15700201&usg=ALkJrhhIf2SNgVhFt9WBeSxSU1lBjRoBlA" title="Brooklyn">Brooklyn</a> , <a href="https://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.com&sl=en&sp=nmt4&u=https://en.wikipedia.org/wiki/New_York_(state)&xid=25657,15700021,15700105,15700124,15700149,15700168,15700186,15700201&usg=ALkJrhgbARS0chXiGwj-AtmzzYZVmqN2Fg" title="New York (negara bagian)">New York</a> ) adalah seorang <a href="https://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.com&sl=en&sp=nmt4&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Photographer&xid=25657,15700021,15700105,15700124,15700149,15700168,15700186,15700201&usg=ALkJrhhjuemzxmogW162nh3Y4R86x9RvAA" title="Juru potret">fotografer</a> Amerika yang telah dikaitkan dengan <a href="https://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.com&sl=en&sp=nmt4&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Magnum_Photos&xid=25657,15700021,15700105,15700124,15700149,15700168,15700186,15700201&usg=ALkJrhhtkNRy-tO2504ZgdOwEatBD718HQ" title="Foto magnum">Foto Magnum</a> sejak 1975.</span> <br />
<span class="notranslate">Sebuah perjalanan ke Eropa pada tahun 1966 dengan kamera <a href="https://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.com&sl=en&sp=nmt4&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Pentax&xid=25657,15700021,15700105,15700124,15700149,15700168,15700186,15700201&usg=ALkJrhix0SicgrSodUIVGnsZQFBtaeufeA" title="Pentax">Pentax yang</a>
diberikannya oleh fotografer fashion Prancis Jérôme Ducrot (dengan
siapa Kalvar bekerja di New York sebagai asisten) menginspirasinya untuk
menjadi seorang fotografer.</span> <span class="notranslate"> Sekembalinya ke New York, dia bekerja di lab foto Modernage.</span> <span class="notranslate"> <sup class="reference" id="cite_ref-2point8_part_1_2-0"><a href="https://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.com&sl=en&sp=nmt4&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Richard_Kalvar&xid=25657,15700021,15700105,15700124,15700149,15700168,15700186,15700201&usg=ALkJrhiZ_Lm_8y0m2V6pKBAubmqqioeQvA#cite_note-2point8_part_1-2">[2]</a></sup> Dua tahun kemudian ia pindah ke <a href="https://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.com&sl=en&sp=nmt4&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Paris&xid=25657,15700021,15700105,15700124,15700149,15700168,15700186,15700201&usg=ALkJrhi8uw3My7DmcuCUQj_K30O1koJ5Fg" title="Paris">Paris</a> dan bergabung dengan agensi agensi <a href="https://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.com&sl=en&sp=nmt4&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Agence_Vu&xid=25657,15700021,15700105,15700124,15700149,15700168,15700186,15700201&usg=ALkJrhjdZwgGdgfAAlEP8f40ylpJjf8nnw" title="Agence Vu">Agence Vu</a> .</span> <span class="notranslate"> <sup class="reference" id="cite_ref-Magnum_3-0"><a href="https://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.com&sl=en&sp=nmt4&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Richard_Kalvar&xid=25657,15700021,15700105,15700124,15700149,15700168,15700186,15700201&usg=ALkJrhiZ_Lm_8y0m2V6pKBAubmqqioeQvA#cite_note-Magnum-3">[3]</a></sup></span> <br />
<span class="notranslate"> Karya Kalvar telah ditampilkan dalam pameran tunggal dan grup di Prancis, termasuk di galeri <a class="new" href="https://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.com&sl=en&sp=nmt4&u=https://en.wikipedia.org/w/index.php%3Ftitle%3DAgathe_Gaillard%26action%3Dedit%26redlink%3D1&xid=25657,15700021,15700105,15700124,15700149,15700168,15700186,15700201&usg=ALkJrhgU9WWRuU8lg9RmhmrE9C5cI1BEtQ" title="Agathe Gaillard (halaman tidak ada)">Agathe Gaillard</a> dan <a class="mw-redirect" href="https://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.com&sl=en&sp=nmt4&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Maison_Europ%25C3%25A9enne_de_la_Photographie&xid=25657,15700021,15700105,15700124,15700149,15700168,15700186,15700201&usg=ALkJrhhp9GsMJqA0PEmeqZ0Pro_0TQldow" title="Maison Européenne de la Photographie">Maison Européenne de la Photographie</a> di Paris.</span> <span class="notranslate"> Dia telah bekerja di seluruh dunia, terutama di <a href="https://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.com&sl=en&sp=nmt4&u=https://en.wikipedia.org/wiki/England&xid=25657,15700021,15700105,15700124,15700149,15700168,15700186,15700201&usg=ALkJrhhg8jB3bxTbAe-MLHZ4DP5DZ3vZwQ" title="Inggris">Inggris</a> , Prancis , Italia , Jepang dan Amerika Serikat.</span><span class="notranslate"></span> <br />
<br />
<h3>
<strong>3. Richard Avedon</strong></h3>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/a/a0/Richard_Avedon.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="487" data-original-width="362" height="320" src="https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/a/a0/Richard_Avedon.jpg" width="237" /></a></div>
Mungkin dia adalah fotografer potret paling terkenal sepanjang masa.
Baginya, seniman adalah pertarungan. Tepat setelah kematiannya, The New
York Times menerbitkan sebuah obituari yang mengatakan "Potretnya
membantu menentukan fashion orang-orang Amerika”.<br />
<span class="notranslate"><b>Richard Avedon</b> (15 Mei 1923 - 1 Oktober 2004) adalah seorang fotografer mode dan potret Amerika.</span> <span class="notranslate"> Sebuah obituari yang diterbitkan di <i><a href="https://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.com&sl=en&sp=nmt4&u=https://en.wikipedia.org/wiki/The_New_York_Times&xid=25657,15700021,15700105,15700124,15700149,15700168,15700186,15700201&usg=ALkJrhhL8fxxsYM64MuAwR5oJ7RHUWR3dg" title="The New York Times">The New York Times</a></i>
mengatakan bahwa "foto fashion dan potretnya membantu menentukan citra
Amerika tentang gaya, kecantikan dan budaya selama setengah abad
terakhir".</span> <span class="notranslate"> <sup class="reference" id="cite_ref-nytimes.com_1-0"><a href="https://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.com&sl=en&sp=nmt4&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Richard_Avedon&xid=25657,15700021,15700105,15700124,15700149,15700168,15700186,15700201&usg=ALkJrhgxSm0y98_OJdatHXdNHqfYYkRw1w#cite_note-nytimes.com-1">[1]</a></sup></span><br />
<span class="notranslate">Avedon lahir di <a href="https://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.com&sl=en&sp=nmt4&u=https://en.wikipedia.org/wiki/New_York_City&xid=25657,15700021,15700105,15700124,15700149,15700168,15700186,15700201&usg=ALkJrhgGDuZtsMAc8QrAFccSTe3i4s-sRA" title="Kota New York">New York City</a> , menjadi keluarga Yahudi.</span> <span class="notranslate">
Ayahnya, Jacob Israel Avedon, adalah seorang imigran kelahiran Rusia
yang maju dari pekerjaan kasar untuk memulai bisnis pakaian ritelnya
yang sukses di <a href="https://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.com&sl=en&sp=nmt4&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Fifth_Avenue&xid=25657,15700021,15700105,15700124,15700149,15700168,15700186,15700201&usg=ALkJrhi6_i9egsrHCmHYTXeH11wz_iqxHg" title="Fifth Avenue">Fifth Avenue</a> , yang disebut Fifth Avenue Avedon.</span> <span class="notranslate"> <sup class="reference" id="cite_ref-people.com_2-0"><a href="https://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.com&sl=en&sp=nmt4&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Richard_Avedon&xid=25657,15700021,15700105,15700124,15700149,15700168,15700186,15700201&usg=ALkJrhgxSm0y98_OJdatHXdNHqfYYkRw1w#cite_note-people.com-2">[2]</a></sup> <sup class="reference" id="cite_ref-RA.bio.channel_3-0"><a href="https://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.com&sl=en&sp=nmt4&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Richard_Avedon&xid=25657,15700021,15700105,15700124,15700149,15700168,15700186,15700201&usg=ALkJrhgxSm0y98_OJdatHXdNHqfYYkRw1w#cite_note-RA.bio.channel-3">[3]</a></sup> Ibunya, Anna, dari keluarga yang memiliki bisnis pembuatan pakaian, <sup class="reference" id="cite_ref-nytimes.com_1-1"><a href="https://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.com&sl=en&sp=nmt4&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Richard_Avedon&xid=25657,15700021,15700105,15700124,15700149,15700168,15700186,15700201&usg=ALkJrhgxSm0y98_OJdatHXdNHqfYYkRw1w#cite_note-nytimes.com-1">[1]</a></sup> mendorong kecintaan Richard pada fashion dan seni.</span> <span class="notranslate"> Minat Avedon terhadap fotografi muncul ketika, pada usia 12, ia bergabung dengan Klub Kamera <a href="https://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.com&sl=en&sp=nmt4&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Jewish_Community_Center&xid=25657,15700021,15700105,15700124,15700149,15700168,15700186,15700201&usg=ALkJrhhRbv7hmFYzwBo2AMrUHH2CjnFazA" title="Pusat Komunitas Yahudi">Ibrani Muda</a> (YMHA) Putra Remaja.</span> <span class="notranslate"> Dia akan menggunakan <a href="https://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.com&sl=en&sp=nmt4&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Brownie_(camera)&xid=25657,15700021,15700105,15700124,15700149,15700168,15700186,15700201&usg=ALkJrhjwT1Rw2jm0_k8DBrHaqt0LK2DDiA" title="Brownie (kamera)">Kodak Box Brownie</a>
milik keluarganya tidak hanya untuk memberi makan keingintahuannya
tentang dunia, tapi juga untuk mundur dari kehidupan pribadinya.</span> <span class="notranslate">
Ayahnya adalah seorang pendisiplin yang kritis dan terpencil yang
bersikeras bahwa kekuatan fisik, pendidikan dan uang disiapkan untuk
seumur hidup.</span> <span class="notranslate"> <sup class="reference" id="cite_ref-people.com_2-1"><a href="https://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.com&sl=en&sp=nmt4&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Richard_Avedon&xid=25657,15700021,15700105,15700124,15700149,15700168,15700186,15700201&usg=ALkJrhgxSm0y98_OJdatHXdNHqfYYkRw1w#cite_note-people.com-2">[2]</a></sup> Renungan pertama fotografer adalah adik perempuannya, Louise.</span> <span class="notranslate">
Selama masa remajanya, dia berjuang melalui perawatan psikiatri,
akhirnya semakin terangkat dari kenyataan dan didiagnosis menderita
skizofrenia.</span> <span class="notranslate" style="background-color: #e6ecf9;"> <sup class="reference" id="cite_ref-LA_Times_4-0"><a href="https://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.com&sl=en&sp=nmt4&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Richard_Avedon&xid=25657,15700021,15700105,15700124,15700149,15700168,15700186,15700201&usg=ALkJrhgxSm0y98_OJdatHXdNHqfYYkRw1w#cite_note-LA_Times-4">[4]</a></sup>
Pengaruh awal mode dan keluarga ini akan membentuk kehidupan dan karir
Avedon, sering diungkapkan dalam keinginannya untuk menangkap keindahan
tragis dalam foto.</span> <span class="notranslate"> <sup class="noprint Inline-Template Template-Fact" style="white-space: nowrap;">[ <i><a href="https://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.com&sl=en&sp=nmt4&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Wikipedia:Citation_needed&xid=25657,15700021,15700105,15700124,15700149,15700168,15700186,15700201&usg=ALkJrhhMCXi-8ZWdnR_o1aTonkEqzmtcXQ" title="Wikipedia: Kutipan diperlukan"><span title="Klaim ini membutuhkan referensi sumber terpercaya. (November 2015)">rujukan?</span></a></i> ]</sup></span> <br />
<span class="notranslate"> Avedon menghadiri <a href="https://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.com&sl=en&sp=nmt4&u=https://en.wikipedia.org/wiki/DeWitt_Clinton_High_School&xid=25657,15700021,15700105,15700124,15700149,15700168,15700186,15700201&usg=ALkJrhiepKzTyTfXlR5jSaA9Rf-Egihnbw" title="Sekolah Tinggi DeWitt Clinton">DeWitt Clinton High School</a> di <a href="https://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.com&sl=en&sp=nmt4&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Bedford_Park,_Bronx&xid=25657,15700021,15700105,15700124,15700149,15700168,15700186,15700201&usg=ALkJrhjQqjiFNUGfESg7IAXNL3M-r7Zr8A" title="Bedford Park, Bronx">Bedford Park, Bronx</a> , dari 1937 sampai 1940 ia bekerja di koran sekolah, <i>The Magpie,</i> bersama <a class="mw-redirect" href="https://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.com&sl=en&sp=nmt4&u=https://en.wikipedia.org/wiki/James_Baldwin_(writer)&xid=25657,15700021,15700105,15700124,15700149,15700168,15700186,15700201&usg=ALkJrhi7TdYMcN6DthBhjYSQpC3lrijuLQ" title="James Baldwin (penulis)">James Baldwin</a> .</span> <span class="notranslate"> <sup class="reference" id="cite_ref-TelegraphObit_5-0"><a href="https://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.com&sl=en&sp=nmt4&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Richard_Avedon&xid=25657,15700021,15700105,15700124,15700149,15700168,15700186,15700201&usg=ALkJrhgxSm0y98_OJdatHXdNHqfYYkRw1w#cite_note-TelegraphObit-5">[5]</a></sup> Sebagai remaja ia juga memenangkan <a class="mw-redirect" href="https://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.com&sl=en&sp=nmt4&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Scholastic_Art_and_Writing_Awards&xid=25657,15700021,15700105,15700124,15700149,15700168,15700186,15700201&usg=ALkJrhgYSUkOKukcJyZjpHgMwXbOhr8YBw" title="Penghargaan Seni Rupa dan Skolastik">Penghargaan Seni Rupa dan Skolastik</a> .</span> <span class="notranslate"> <sup class="reference" id="cite_ref-6"><a href="https://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.com&sl=en&sp=nmt4&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Richard_Avedon&xid=25657,15700021,15700105,15700124,15700149,15700168,15700186,15700201&usg=ALkJrhgxSm0y98_OJdatHXdNHqfYYkRw1w#cite_note-6">[6]</a></sup> Setelah lulus dari DeWitt Clinton tahun itu ia mendaftarkan diri di <a href="https://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.com&sl=en&sp=nmt4&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Columbia_University&xid=25657,15700021,15700105,15700124,15700149,15700168,15700186,15700201&usg=ALkJrhhiNLOnPYENqNkAGfz6KTlYL_mfUQ" title="Universitas Columbia">Universitas Columbia</a> untuk belajar filsafat dan puisi namun keluar setelah satu tahun.</span> <span class="notranslate"> Dia kemudian mulai sebagai fotografer untuk <a class="mw-redirect" href="https://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.com&sl=en&sp=nmt4&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Merchant_Marines&xid=25657,15700021,15700105,15700124,15700149,15700168,15700186,15700201&usg=ALkJrhgv232eJjpYZJ5Iygy38392v4TxeA" title="Pedagang marinir">Merchant Marinir</a> , mengambil gambar ID awak kapal dengan kamera <a href="https://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.com&sl=en&sp=nmt4&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Rollei&xid=25657,15700021,15700105,15700124,15700149,15700168,15700186,15700201&usg=ALkJrhiZHoS2kQ80d9mQgjFGnd9OiZuxtQ" title="Rollei">Rolleiflex</a> ayahnya telah memberinya sebagai hadiah.</span> <span class="notranslate"> Dari tahun 1944 sampai 1950 Avedon belajar fotografi dengan <a href="https://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.com&sl=en&sp=nmt4&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Alexey_Brodovitch&xid=25657,15700021,15700105,15700124,15700149,15700168,15700186,15700201&usg=ALkJrhjaGinNaFeMaU1AOV57nenqmS0ZSg" title="Alexey Brodovitch">Alexey Brodovitch</a> di Laboratorium Desainnya di <a href="https://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.com&sl=en&sp=nmt4&u=https://en.wikipedia.org/wiki/The_New_School&xid=25657,15700021,15700105,15700124,15700149,15700168,15700186,15700201&usg=ALkJrhjiqpZW8q_wAhIy-x42v74W-jZ07g" title="Sekolah Baru">The New School for Social Research</a> .</span> <span class="notranslate"> <sup class="reference" id="cite_ref-nytimes.com_1-2"><a href="https://translate.googleusercontent.com/translate_c?depth=1&hl=id&prev=search&rurl=translate.google.com&sl=en&sp=nmt4&u=https://en.wikipedia.org/wiki/Richard_Avedon&xid=25657,15700021,15700105,15700124,15700149,15700168,15700186,15700201&usg=ALkJrhgxSm0y98_OJdatHXdNHqfYYkRw1w#cite_note-nytimes.com-1">[1]</a></sup></span> <br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<h3>
<strong>4. Hiroji Kubota</strong></h3>
Ia berhasil menjadi pemenang dalam Mainichi Art Prize pada 1980. Dia
juga memperoleh penghargaan tahunan fotografi masyarakat Jepang pada
1981. Kubota sudah pasti menjadi fotografer legendaris di Asia karena
deretan penghargaannya. <br />
<br />
<h3>
<strong>5. Pieter Hugo</strong></h3>
Seorang fotografer muda asal Afrika Selatan berusia 38 tahun ini dikenal
bisa mendokumentasikan seni yang unik, tradisi, sejarah dan kehidupan
sehari-hari masyarakat Afrika. Hugo telah memberikan orang-orang Afrika
media baru di mana mereka dapat mengekspresikan diri melalui
foto-fotonya.<br />
<br />
<br />
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9139764343241189361.post-67295707906932493032018-02-24T18:57:00.000-08:002018-02-25T00:18:22.519-08:00Inilah 5 Penari/Koreografer Besar Dunia<div style="text-align: justify;">
<b>ARUNGSENI - </b>Tari dalah gerak tubuh secara berirama yang dilakukan di tempat dan waktu
tertentu untuk keperluan pergaulan, mengungkapkan perasaan, maksud, dan
pikiran. Bunyi-bunyian yang disebut musik pengiring tari mengatur
gerakan penari dan memperkuat maksud yang ingin disampaikan. Gerakan
tari berbeda dari gerakan sehari-hari seperti berlari, berjalan, atau bersenam. Menurut jenisnya, tari digolongkan menjadi tari rakyat, tari klasik, dan tari kreasi baru. <b>Dansa</b> adalah tari asal kebudayaan Barat yang dilakukan pasangan pria-wanita dengan berpegangan tangan atau berpelukan sambil diiringi musik.</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<b> </b></div>
<div style="text-align: justify;">
<h3>
<b>1. Martha Graham</b></h3>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;">
<img alt="Berkas:Martha Graham and Bertram Ross.jpg" data-file-height="926" data-file-width="602" height="320" src="https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/1/13/Martha_Graham_and_Bertram_Ross.jpg/390px-Martha_Graham_and_Bertram_Ross.jpg" width="208" /> </div>
<b>Martha Graham</b>, lahir di Allegheny, Pennsylvania, 11 Mei1894 – meninggal
di New York City, Amerika Serikat, 1 April1991 pada umur 96 tahun). Ia adalah seorang penari dan koreografer untuk <i>modern dance</i>. Pengaruhnya dalam perkembangan tari dapat dibandingkan dengan pengaruh Igor Stravinsky dalam musik, Pablo Picasso terhadap seni rupa, atau Frank Lloyd Wright dalam perkembangan arsitektur.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ia dikenal menciptakan gaya gerakan baru, dan digunakan untuk
mengungkapkan hasrat, kemarahan dan kegembiraan selayaknya dialami
manusia.<br />
Martha Graham telah menari dan merancang tarian lebih dari tujuh puluh
tahun, dan selama waktu itu, ia merupakan penari pertama yang pernah
melakukan pertunjukan di Gedung Putih, keliling dunia sebagai duta besar
seni, dan menerima penghargaan tertinggi di Amerika Serikat yakni
<i>Presidential Medal of Freedom</i>.</div>
<div style="text-align: justify;">
Berbagai penghargaan mulai dari Kunci
Kota (<i>Freedom of the City</i>) untuk kota Paris hingga Order
of Precious Crown dari kekaisaran Jepang telah diterimanya sepanjang hidup Martha Graham.<br />
Martha Graham memang telah menghabiskan seluruh hidupnya untuk menari, seperti yang dikutip dari pernyataannya.<br />
<br />
<table class="cquote" role="presentation"><tbody>
<tr><td style="border: none; color: #b2b7f2; font-family: 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 40px; font-weight: bold; line-height: .6em; padding: 10px 10px; text-align: left; vertical-align: top; width: 20px;">“</td>
<td style="border: none; padding: 4px 10px; vertical-align: top;">I have
spent all my life with dance and being a dancer.
<br />
</td><td style="border: none; padding: 4px 10px; vertical-align: top;"><i>Saya telah menghabiskan seluruh hidup saya untuk menari dan menjadi
penari. </i></td>
<td style="border: none; color: #b2b7f2; font-family: 'Times New Roman', Times, serif; font-size: 40px; font-weight: bold; line-height: .6em; padding: 10px 10px; text-align: right; vertical-align: bottom; width: 20px;">”</td>
</tr>
<tr>
<td class="cquotecite" colspan="3" style="border: none; padding-right: 4%;"><div style="font-size: smaller; text-align: right;">
<cite>— Martha Graham, About Martha Graham</cite></div>
</td></tr>
</tbody></table>
<h3>
<b> 2. Garry Stewart</b></h3>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<b style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="daniel_stewart" height="320" src="https://www.adt.org.au/wp-content/uploads/2013/04/daniel_stewart.jpg" width="243" /> </b><b>Garry Stewart</b>, lahir 1962 merupakan direktur artistik Australian Dance Theatre. Ia mendapat jabatanan tersebut sejak tahun 1999. Garry menggantikan Meryl Tankard direktur sebelumnya yang menjabat sejak 1993, sewaktu masih bernama Meryl
Tankard Australian Dance Theatre.<br />
Stewart mulai berlatih menari tahun
1983 di Sydney City Ballet Academy. Pada 1984-1985, ia melanjutkan belajar di
Australian Ballet School. </div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Sejak awal berkarirnya dalam dunia tari, Stewart memang tertarik untuk membuat koreografi. Sebagai pemain ia tampil dengan sejumlah perusahaan. Meski demikian, iia juga mengerjakan banyak proyek independen. <br />
Di tahun 1985
ia mengkoreografikan <i>Untitled</i> untuk produksi <i>Australian Ballet School </i>
dan tahun 1986 <i>Zen Do Some Nothing</i> untuk lokakarya koreografi <i>Australian
Dance Theatre</i>. Sejak ditunjuk sebagai direktur artistik <i>Australian
Dance Theatre,</i> Stewart tak henti menciptakan karya-karya baru terutama
karya-karya yang mengeksplorasi peran media-baru dalam pertunjukan tari.<br />
Pada tahun
1989 ia menampilkan peran <i>Luke</i> dalam produksi <i>Harold</i> di Italia. Stewart
kemudian mendirikan perusahaan tari Thwack pada tahun 1997. <br />
Dalam kariernya, Stewart telah berdansa dengan Australian Dance Theatre, Queensland Ballet,
Expressions Dance Company dan The One Extra Dance Company (Onex) dan
telah tampil bersama Sydney Theatre Company. Sejak menjabat direktur
artistik Australian Dance Theatre (ADT) Stewart telah membuat koreografi 12
pertunjukan. <br />
Atas usaha tersebut ia telah menerima penghargaan dari Australian Dance
Awards untuk koreografinya yang sangat berhasil The Age of Unbeauty
(2002) dan Honour Bound (2008).</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<h3>
<b>3. Pina Bausch</b></h3>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;">
<img alt="" class="media-viewer-candidate" data-mediaviewer-caption="Pina Bausch in &ldquo;Caf&eacute; M&uuml;ller&rdquo; in Lisbon, 2008." data-mediaviewer-credit="Anna Wloch" data-mediaviewer-src="https://static01.nyt.com/images/2017/09/13/arts/13PINA1/13PINA1-superJumbo.jpg" height="212" itemid="https://static01.nyt.com/images/2017/09/13/arts/13PINA1/13PINA1-superJumbo.jpg" itemprop="url" src="https://static01.nyt.com/images/2017/09/13/arts/13PINA1/13PINA1-superJumbo.jpg" width="320" /> </div>
<span class="notranslate"><b>Philippina</b> "<b>Pina</b>" <b>Bausch</b>, lahir di </span><span class="notranslate">Solingen pada 27 Juli 1940 dan meninggal </span><span class="notranslate">Wuppertal pada 30 Juni 2009. Pina dikenal sebagai seorang penari, koreografer, guru tari, dan sutradara tari yang berasal dari Jerman.</span><br />
<span class="notranslate"><span class="notranslate">Bausch merupakan anak ketiga dari pasangan Agustus dan Anita Bausch, yang memiliki restoran dengan kamar tempat menginap.</span> <span class="notranslate"> Restoran tersebut menyediakan ruang bagi Pina untuk mulai tampil di usia yang sangat muda.</span> <span class="notranslate"> Ketika itu, ia senang tampil untuk semua tamu di hotel milik orangtuanya.</span> Ketika<span class="notranslate"> itulah orangtuanya melihat potensi yang dimiliki Pina.</span><span class="notranslate"></span></span><br />
<span class="notranslate"><span class="notranslate">Pina kemudian diterima di <i><span lang="de">Folkwangschule</span></i> (Akademi Folkwang) p</span></span><span class="notranslate"><span class="notranslate"><span class="notranslate"><span class="notranslate">ada usia 15 tahun</span></span>.</span> <span class="notranslate"> Sekolah tersebut dikepalai oleh Kurt Jooss<sup> </sup>salah satu perintis sebuah bentuk teater tari baru </span></span><span class="notranslate"><span class="notranslate"><span class="notranslate"><span class="notranslate">yang menghubungkan tarian dan karya dramatis atau teater.</span></span> Bentuk ini dikenal dengan istilah <i><span lang="de">Tanztheater</span></i>. </span> </span><br />
<span class="notranslate">Tahun 1958 ia
menyelesaikan studi menari di <i>Folkwangschule</i> di Essen. Dari 1959-1962 Pina mengambil studi tari di Amerika Serikat, termasuk
bekerja dengan Paul Taylor dan Antony Tudor. </span><br />
<span class="notranslate">Dengan gaya uniknya yang banyak memadukan gerakan, suara, dan rangkaian panggung yang
menonjol, dan dengan kolaborasi yang rumit dengan para pemain selama
pengembangan karya (dikenal dengan <i><span lang="de">Tanztheater</span></i>), Pina kemudian memberi pengaruh besar dan utama di bidang tari modern. dari tahun 1970an.</span><br />
<span class="notranslate">Dia kemudian mendirikan perusahaan <i>Tanztheater Wuppertal Pina Bausch</i> yang telah menampilkan berbagai karya di event-event internasional.</span><br />
Beberapa karya koreografinya antara lain: 1968 "Fragmen", 1971 "Aktionen für Tanzer", 1972 "Thannhäuser", dan
"Bacchanal" 1980.<br />
<br />
<b>4. Urs Dietrich</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;">
<img alt="Hasil gambar untuk siapa Urs Dietrich" class="_WCg" height="320" id="uid_dimg_6" src="data:image/jpeg;base64,/9j/4AAQSkZJRgABAQAAAQABAAD/2wCEAAkGBwgHBgkIBwgKCgkLDRYPDQwMDRsUFRAWIB0iIiAdHx8kKDQsJCYxJx8fLT0tMTU3Ojo6Iys/RD84QzQ5OjcBCgoKDQwNGg8PGjclHyU3Nzc3Nzc3Nzc3Nzc3Nzc3Nzc3Nzc3Nzc3Nzc3Nzc3Nzc3Nzc3Nzc3Nzc3Nzc3Nzc3N//AABEIAKAAhwMBIgACEQEDEQH/xAAcAAACAgMBAQAAAAAAAAAAAAAEBgMFAAIHAQj/xAA1EAACAQMDAgUDAQcEAwAAAAABAgMABBEFEiExQQYTIlFhFDJxgQcVI0JSkaFDYsHhJDNy/8QAGgEAAgMBAQAAAAAAAAAAAAAAAwQAAQIFBv/EACIRAAICAgIDAQADAAAAAAAAAAABAhEDIRIxBBNBIlFhcf/aAAwDAQACEQMRAD8AUtoFZge1YMt0BI+K3VGJxg1zwRpgV7ipxbHGa18hwelVyRLIsVtWMCpwRWvOelaIbVqalggmuJVigiZ3boAKbNM8GFk36i5wf9JeCP1rcYuXRBQRctjBY/0irBNLmZ4R5ZTzFzhqcn0+0s1SO3tY1Udg2XP5o1LFJJI5p+EQbjjjHsKMvHf1lnNbyxeB8bHx/wDNCPE4HqG31bQD1JroE948d9cPHFJO7fagT0RDPb3qpurmKSTyrmx2Nnd5rDGPmqlgaRKsUpIXjHr25/pzyKCuR6TTBe6Yq7predHyPUO9UV0V2bEOR3PuaEtMjVC/e/dQBqyvU5zVey0zFlIjr2sPFZWzZ2bTtOVlHoGD2xR8miKBnbj9KYNMsBHGp2jOKPeJSpDAV53JlaJQjrp2ZNoAx+KKXQWmGF4+aYLazEkxCrwDTFZaagTBxmsQnJ7KSOdz+GY0TLZZvc1UPosklz5AXaD1f2FdbvtOVo/SKopLRVmBIwqnsKawuU5UacUAaZpcWmwiOHb5pHLEc/8AVSBbqWUiGUyvnkgcKPirawsTqLusYPkg+t+7UyW+mwWyhY0Cj4rqxvqIRRS7FiDRppCGk+49/eibjSmCMp+1xhv0phkZYwQBz70JLLlQT0z3rTlQSME/gq3Ol3UEDraybc9eKWNRkuoExe2ySQ9G3DOB810S5mXBwQPiqe6jSbIZVIPuKFLLJdML6IsSTewiBLi0SOSDGDs5C0v6rp6zobi0I3EbimOv4pi1nw21qz3mjjy3B3PEv2t78VVxeXdQedCfKbq0RHRh1xQ5y5qwE8XBiFeY5BBBHUHtVc605+I9ME0Zuo1Ccc/H5pQkjccbCT8VvHK0BkqBWrK9cHOO/tXlMoo+orMHb1/vW93IEH5osQoaEuYQzek8CvLzdm2iXSRuOT3NMcAHGBVBpYxJt7UyRY28CmPFVvZSWiG7QbTjjjJNJs0wmvtgydxwg/5pn1q4It5FRtiget/aknQbhJ74zDlQep9s10MEVzcjTHvR447a1WNep5NFTShetVdtMrEkcA9AKLZSw/5ptZHbSN8frA7qdmYEnAquu7rO1VPOaOu4kyQHFVEygZIYNigTsaglRHNNnqRitGmRVycfFetBvkCjA4zUssdtFEA75f8ANDSYToFEoPqI6dq53q27S/EE7JkW07AgY+1jXQmCEHyWzjrzSV4mhSc3ydT5QI9wRWbalTA5aaNv3ebt43hH8FwRKlWtp4OtltwFgXHXkc0T+zIw6nYKzcsnDAnnNdEh09RkY9J6UjllPk4oXVI4fr3gJZJd8QMfPasrt9zpkLp9vNZUXk54fkpxiylS5GAQajmnAGQaULXWJVGG5ok6m0gxnFV6jKyJjTp9wqzZJpiim9A2kVzeG7ZHDb81e2mrb1+6r48eickWXiYMNMlRDkyHAH9RPalrSoo9O09zcYjlGTKG/lA7Va31481sxjPqUHYfZqC1TQXexjBuMSzRDcCctK3enPFnUdhVjcoWi08K3P7ytvqlyI2bAz2FE67r6WmUhAwvUmpfC2mPYaIkbp5bbT6falXVdE1C/u2Z3EdsnJ3fzGjtygtfQkFGT38KPUfFtz5hzMsYJ6kZFWVlrBuIvQwkY4+3vSm+gXVpqc8t9dC4tcERqBz8cVe+A9GJv/PViYg3rGOB8Cl3blSYzFqrotLnU3jzK2V4xzSlqOtG9vFiileRgeiHA/vTx4+sFmtdkXoIOfQOorlknh+4u7uNoJFiRDhgSRVODUmmy+Vxuhr069O4W8hkjcc4PX/uqjVr0Q+ILqBzkPGoHzVvZaXKJYyrFkThQeSP1re90WBNXeadwWugNoI6Y64rCbjtg8kOWkF/sytv3Zq1wBLGYZvX1zg116Mh1BBB/BrmH7MdKNhFfvdjMtzcn7uyDhQK6JEVhyY+F7iqjmjHK2xKVJ0FTDisqGWcYrKrLkxSlZizieMHNSR5J615IOa9Q4PArF6OfbJwWB+6jbYnG4sVXvQKHcasLUB2UMMkc89BUNKy5sE8yWP+gHoelG20Ru/Evm3UbgWoPlD+Wg7Vw7xoD6CeTV1FcPe2300MixupIcnrj3FM40qOl4uT88S4huVkQjd0PNU+rSiY7B9vZB3rfS3R7SYxSBzFIY3YdyK1MQdjn0r1JNH5uSpjEYpSF86IL6XD7hHnkL3pg0W0t7cfT2oRVXsvvVLqmpXN7IdM0UbUziWYdvgfNTy6peaBY29vb6cbjA/iTKwGPn81mHG7oJK6r6EeJ4iz5T+Uc0qpZxsRMEG4nOOxrfVPEryMWTdKrnIA6/iovrJCFuYoSsRHriPX80PJKMnYWEaVMPiKxj7AuPatNVYy22Yo/MmA9AHXNbB0liWSM7kbpQ9rNHO5lhLBkYoMjAPvQpP4U2ky60648qCLeoV8c/mrVdQ9B5wKW/NO889DXssz92PShTxXs42Wbcm0MD6mP6qylsO2MkmsoSghd5GUpjB61skIxRpgHtW6QgdqfWBhFjBI4BmiQNq7ByD1+amEWO1e+XzU9LN8Ce0lCXcYz6QeazUIPqYZ7Yu0cuD5bqcEH80KVyfT/miRMxC7lyR79RWo42gkFxJP2VQy2nhe/tZt3mx3bgl+Scmra889tMaNDiRnCBvg96zw+cWl4VXHrBYDvRikYIbnnIq577HMb+lP+9tL0iZLJZVQLxlu57n5oXU/E2kbXj+p3E+w4rf922c2pNcTojup43jIFQ6tDZCIhLKAgdMDFWpNRoLFRb2UAvdLZcC4Byc59qIfUrKMRqJkJPC4PWgvprUsy/SiIHrz1rJrG0jRPKhHB4pdypaDyUUWcDbHcJjyyQVHtmjWjAjVAAAOaEtI920Adx+lWr4JBYdu1TBDlsR8iVuiB09eR7VnlFhjNT7dzZxW4Q9qb9WhRwTAjERwKyjTHxzWUF4LZj1IGEVe+ViiCvq4rYR0+GoG2VoUop46j2YqEIBFzUixnoOnuak24FSgFY97ABR/mo6SJRZeHgdl8MHlRW8itFEJFJIB5FEaDbSx2088qbUlwEHc/ND3UhXcO3tS2Tuw+PoBkQSTtt+1hn8VHJpqeSWlc7j2zUN39RAPOiBKdxVNqGqyx4Dqy5GR80NtJWFTdntxZoZCFYgfmoAg5jB3H39qFS+aYlQr7j8UfFEVAz1YZNKykn0Gb1RY6XCFjYjn5oxk5rSxXZbD5NTHpT2D8wQlk3JmiripVHFRg1IDTAI8bpWVjGvKlEIy3NSqeKHA5om1tbu4bbDC35YYAq+JOX8mGvEiaVtsaM7eyirWLRgVRJJszt12n0rV/pmnw2EJWLLEnLOeprXra7M8r6KGw8PyzoJLljEOyAZNHfuW1jYSXh83YfQpHFXlasodSrDINRwVGk6AZjmDcwxkcCl6+HJ570w3cUqwnkOFHUdcUtXbhgcHNK5VT2GgeiZRZ7SB+tL+oQx3bKrj7TkVYI5yy1V3cpjYlRml5VWwy7ARbrG529Qeoo+Nd20/FBQEsSW9+KOi4paKQRuy00+CW6RktwpdP5CcE/ivCx9SkYZeGB6iq2x1cWGt2iEHEkwUn810G/0u1vgxZdkxPEi9a6eBc4f2hXK1GX+iYDitt1EXmny21ybcuC+Mj/cPcUN9Ow4bNGacewK30elxisrR4SozzWVVovixjZLe1Gy0hCEf6jDJNafXXEbZMp+QR1oO8eaPJEmcdR2qD6sMAZOUI49wa6CjFaErbCpL5c70J9Rzzxg+1M+m3a3lqkyYwRzjsaQ7z0nhso/IPsasvCGp+RctZTH+HKcofZqxNWjePTHatawGvaAMA9wVUFmycKeAOtc2imuFmmtrhJIWLsy7uCATxXTZMgHHXtS14j097pY7+KP1wnDDH3LQPIxuUbXw3ilToXJtyLkk5A5NVc0jHoM1eX8QAEYOSwzVM0eDjFcvI3dDsVqzWHLEcYouNcvjsO9bQwbVDH+1TmPYmffmpCLZBdmtmufEVnCgdiJg52DkfNdhi+zHPAxSh4V0n/yZ9Ufh5Bsjz7dzTfGMLg9a7Hj4+MN/RHPK5aAPEVv5+ms8a5uIiDGR1HvVBZXiNmO4QMP5T804kqsTs3YHOa5kLnNy5U4Bc4/FMpRapi7tO0M5tkmXMLqfdT2rKoxdsVGHIx7VlDfiwe7NrPJfCe2uhcK0UnEinD56qar3cxPJE+Sc8GvNRlEM8V1EeGOybHce9bXYyodWyV6k9xTDYuiCG6EbPaTMWR/tPdDUSO8LnGVliORg/wCartVkaO4inUA7jjNEvIWWO6A3D7HxQ7NnUtB1MajYJI3/ALl9MijsasN/Ncz0HVm0y+WUNmKTh1/210eN0mjWWI5RhkH4rDQRMlY5FeMUKESdCMEdq17VBdJJLFsjIDZyC1SiWJWp28lpqDwsSVUZiPupoeSNS4P96Z9cs1uLEMhzdQ+rIH3DuKWAw7Vyc+HhM6OKfOIQ6g7VUGtrkYiWNB6mwo/JrIHCqWdue2aK0lPqtUUsMxwDe357VMUOUkkXKVKxjtkFvbxxIuBGoH61v5p3YryaQAEA8io09zXbilRzGRa7e/S6PPISASu0fmubK2Acnk88dqZ/G16AkNovJJ3MKVCSxCJweprL1ooMR8oAzYPxXtA+YSfQMuOorKuyj//Z" style="margin-left: -8px; margin-right: -5px;" title="https://www.goethe.de/ins/in/en/sta/ban/ueb/bar/udi.html" width="270" /> </div>
<b><span class="notranslate"><b>Urs Dietrich</b></span></b><span class="notranslate"> lahir 18 Oktober 1958 di Visp, Swiss adalah seorang penari dan koreografer Swiss yang bekerja di Jerman</span><br />
<b><span class="notranslate"></span></b><span class="notranslate" style="background-color: #e6ecf9;"></span><br />
Ia memperoleh gelar di bidang Tekstil dan
Desain Kostum. <span class="notranslate"><span class="notranslate">Urs Dietrich</span><span class="notranslate"></span> kemudian belajar menari di Folkwang Hochschule
Essen dari tahun 1981 sampai 1985. Kemudian melanjutkan studinya ke</span><span class="notranslate"><span class="notranslate"> New York </span>pada tahun 1986
dengan beasiswa dari Kementerian Kebudayaan Rhine-Westphalia Utara dan memulai karyanya di Folkwang Dance Studio di Essen.</span><br />
<span class="notranslate"> Sejak tahun 1988 ia telah bekerja sebagai penari lepas dan menjadi seorang koreografer.</span> <span class="notranslate">
Dia telah menciptakan banyak kelompok dan solo yang dengannya
dia telah menghadirkan berbagai pertunjukan, baik di negara-negara Eropa, Asia maupun Amerika Utara dan Selatan dengan dukungan Goethe-Institut.</span><br />
<span class="notranslate"> Di Hebbel-Theater Berlin, misalnya karya solonya dipentaskan "Da war sudden ... - Herzkammern" (1995) dan "At the Border of the Day".</span><br />
<span class="notranslate">Di </span><span class="notranslate">Bremen Dance Theatre, b</span><span class="notranslate"><span class="notranslate">ersama Susanne Linke ia menjadi pengarah dari 1994-1996</span>.</span> <span class="notranslate"><span class="notranslate">Urs Dietrich</span><span class="notranslate"> pun </span>bekerja sebagai koreografer rumah dan sutradara artistik </span><span class="notranslate"><span class="notranslate">sampai 2007</span>.</span> Setelah <span class="notranslate">itu ia kemudia kembali bekerja lepas. </span><br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
<h3>
<b>5. Sasha Waltz</b></h3>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="notranslate" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Gambar terkait" class="irc_mi" height="320" src="https://gramophoneproduction.s3-accelerate.amazonaws.com/s3fs-public/Sasha-Waltz1.jpg" style="margin-top: 0px;" width="320" /> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: justify;">
<span class="notranslate"><b>Sasha Alexandra Waltz</b>, <span style="font-weight: normal;">lahir</span> <span style="font-weight: normal;">8 Maret 1963,</span> <span style="font-weight: normal;">Karlsruhe adalah koreografer, penari</span> <span style="font-weight: normal;">dan</span> <span style="font-weight: normal;">pemimpin</span> <span style="font-weight: normal;">perusahaan</span> <span style="font-weight: normal;">tari </span>Sasha Waltz and Guests.</span><span style="font-weight: normal;"> Ia juga menjadi </span>Artistic Director Designate di Berlin State Ballet<span style="font-weight: normal;"><span class="notranslate"> bersama Johannes Ohman sejak 2019.</span></span><br />
Sasha Waltz<span class="notranslate"> <span style="font-weight: normal;">adalah</span> <span style="font-weight: normal;">putri arsitek dan kurator.</span></span><span style="font-weight: normal;"><span class="notranslate"> Pada usia lima tahun dia mengikuti pelajaran tarian pertamanya di Karlsruhe bersama Waltraud Kornhass, seorang murid Mary Wigman.</span><span class="notranslate"> Dari tahun 1983 sampai 1986, Waltz belajar di School For New Dance Development di Amsterdam.</span></span></div>
<span class="notranslate">Dari tahun 1986 hingga 1987, Shasa mengikuti pelatihan lebih lanjut di New York.</span> <span class="notranslate"> Selama periode itu dia menjadi seorang penari untuk Pooh Kaye, Yoshiko Chuma & School of Hard Knocks dan Lisa Kraus.</span> Shasa juga<span class="notranslate"> berkolaborasi dengan koreografer, seniman visual dan musisi seperti Tristan Honsinger, Frans Poelstra, Mark N Tompkins, David Zambrano.</span> </div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="notranslate"> Sejak 1992 ia tinggal di Künstlerhaus Bethanien.</span> <span class="notranslate"> Di sana ia menjadi seniman dan mengembangkan serangkaian "dialog" dalam proyek interdisipliner dengan para penari, pemusik dan seniman visual (Nasser Martin-Gousset, Takako Suzuki, Charlotte Zerbey, Ákos Hargitai).</span><span class="notranslate"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="notranslate">B</span><span class="notranslate"><span class="notranslate">ersama Jochen Sandig, s</span>etahun kemudian pada 1993, dia mendirikan perusahaannya bernama "Sasha Waltz and Guests" .</span> <span class="notranslate"> Selama 3 tahun berikutnya mereka mengembangkan <i>Travel-Trilogy.</i> Kedunya juga mendirikan <i>Sophiensæle</i> di Berlin, sebagai pusat pengembangan teater dan tarian.</span> <span class="notranslate"> Di sini mereka mengembangkan <i>Allee der Kosmonauten</i> (1996), <i>Zweiland</i> (1997) dan <i>Na Zemlje</i> (1998), serta proyek <i>Dialoge `99 / I.</i></span> </div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="notranslate">Shasa kemudian mengambil alih sebagai Direktur Artistik</span><span class="notranslate"><span class="notranslate">, </span><i>di Schaubühne am Lehniner Platz</i> di Berlin bersama Thomas Ostermeier, Jens Hillje dan Jochen Sandig </span><span class="notranslate"><span class="notranslate">pada</span><span class="notranslate"><span class="notranslate"> tahun 1999</span></span>.</span> <span class="notranslate"> Dia membuka <i>Schaubühne</i> dengan debut barunya <i>Körper</i> (2000) yang kemudian</span> <span class="notranslate">diikuti oleh <i>S</i> (2000), <i>No Body</i> (2002), <i>Inoutout</i> (2003), <i>Impromptus</i> (2004) dan <i>Gezeiten</i> (2005).</span> </div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="notranslate"> Setelah 5 tahun berkiprah dengan <i>Schaubühne</i> selesai, dia menghidupkan kembali <i>Sasha Waltz & Guests</i> sebagai perusahaan independen lagi yang berbasis di Berlin. Perusahaan ini</span><span class="notranslate"> didirikan sebagai debut internasional dengan 25 kolaborator permanen dan 40 rekan kerja.</span> </div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="notranslate"> Pada tahun 2016, Michael Mueller , Walikota Berlin, mengumumkan bahwa Sasha Waltz dan Johannes Ohman akan menggantikan Nacho Duato sebagai </span>Joint Artistic Directors dari The Berlin State Ballet pada 2019. </div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9139764343241189361.post-9864894979519414442018-02-23T22:48:00.001-08:002018-02-28T18:31:19.964-08:00Inilah 5 Tokoh Teater Dunia yang Melegenda<b>ARUNGSENI - </b>Terater merupakan salah satu bidang seni yang samoai saat ini masih cukup digemari, termasuk di kalangan generasi muda. <span itemprop="articleBody">Teater merupakan salah satu jenis
kesenian berupa pertunjukan drama yang dipentaskan di atas panggung.</span><br />
<br />
<span itemprop="articleBody">Secara spesifik, seni teater adalah sebuah seni drama yang menampilkan
perilaku manusia dengan gerak, tari, dan nyanyian yang disajikan lengkap
dengan dialog dan akting para pemainnya. Adapun istilah teater berasal dari
bahasa Yunani yakni <i>theatron</i>, yang artinya tempat atau gedung pertunjukan.</span><br />
<br />
<span itemprop="articleBody">Dalam perkembangannya, teater di dunia melahirkan beberapa tokoh yang sangat berpengaruh. Tokoh-tokoh tersebut antara lain: </span><br />
<br />
<h2>
<b>1. William Shakespeare</b></h2>
<h2>
<b></b></h2>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><img alt="Daftar Tokoh Teater Dunia yang Wajib Kamu Ketahui" height="320" src="https://cdn.sindonews.net/dyn/620/atmaja/william_shakespeare.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" width="320" /></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">William
Shakespeare (1564-1616). FOTO/IST</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<b> William Shakespeare </b>(1564-1616) lahir di Stratford-upon-Avon, Inggris,
pada 26 April 1564 (dibaptis) - 23 April 1616), sebagai putra John Shakspeare dan Mary Arden.
Orangtuanya cukup kaya ketika ia lahir dan memiliki bisnis pembuatan
sarung tangan. Namun kemudian ia menjadi agak miskin setelah menjual wol secara ilegal. Aktivitas bisnis ayahnya tidak diikuti Shakespeare<br />
<br />
Pada masa itu, sekolah umum
baru dimulai di Inggris. Sebelumnya, hampir semua anak tidak tahu cara
membaca dan menulis. Mereka hanya belajar suatu keterampilan atau
bertani.<br />
<br />
Shakespeare pun disekolahkan di salah satu sekolah umum yang baru ada di Inggris itu. Di sekolah, Shakespear belajar bahasa Latin, yang ketika itu merupakan bahasa semua kaum terpelajar, tidak peduli dari negara mana mereka berasal. Dari berbagai belahan dunia, London ke Lisbon, Aleksandria ke Konstantinopel, dari Tunis ke Yerusalem,
semua orang terpelajar berbicara Latin dan bahasa ibu mereka. Bahkan semua
dokumen penting, baik dokumen negara, gereja, atau perdagangan, ditulis
menggunakan Latin.<br />
<br />
Dalam masa-masa itu pula, Shakespeare juga mempelajari karya-karya para penulis dan filosofer dari
Yunani Kuno dan Romawi. Sekitar 1452, lebih dari 100 tahun berlalu sejak Johannes Gutenberg memperkenalkan percetakan ke Eropa, Shakespeare dan orang Inggris lain yang dapat membaca ─dan mampu
membeli─ buku-buku, mereka menjadi akrab dengan kisah-kisah dari berbagai
tempat seperti Italia, Perancis, Asia Minor, dan Afrika Utara. Beberapa kisah-kisah inilah yang kemudian menjadi dasar lahirnya cerita-cerita terbesar Shakespeare.<br />
<br />
Beberapa kisah-kisah yang dibaca dan mempengaruhinya antara lain, <i>The Golden Ass</i> karya Apuleius, sebuah kisah kuno dari Afrika Utara, kemungkinan merupakan kisah yang menginspirasikan Impian di Tengah Musim. Shakespeare kemungkinan juga meminjam cerita untuk Romeo dan Juliet
dari seorang penulis Inggris lain, yang mendapatkannya dari seorang
penulis Perancis, yang menerjemahkannya dari kisah abad ke-16 oleh Luigi da Porta dari Italia yang bersumpah bahwa cerita tersebut adalah berdasarkan cerita nyata. <br />
<br />
Shakespear merupakan seorang penulis Inggris yang seringkali disebut orang sebagai salah satu sastrawan terbesar Inggris, bahkan di dunia.<br />
<br />
Dalam perjalanan hidupnya, Shakespeare telah menulis sekitar 38 sandiwara tragedi, komedi, sejarah, dan 154 sonata, 2 puisi naratif, dan puisi-puisi yang lain.<br />
<br />
Karya-karyanya itu di tulisnya antara tahun 1585 dan 1613. Selain itu, karyanya juga telah diterjemahkan ke hampir semua bahasa yang hidup di dunia
dan dipentaskan di panggung jauh lebih banyak di banding semua penulis sandiwara yang
lain.<br />
<b></b>
<br />
<h2>
<b>2. Anton Pavlovich Chekhov</b></h2>
<h2>
<b></b></h2>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><img alt="Daftar Tokoh Teater Dunia yang Wajib Kamu Ketahui" height="320" src="https://cdn.sindonews.net/dyn/620/atmaja/anton_pavlovich_chekhov.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" width="225" /></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Anton
Chekhov (1860-1904). FOTO/IST</td></tr>
</tbody></table>
<b>Anton Pavlovich Chekhov</b> (29 Januari 1860 – 15 Juli 1904) (Kalender Julian: 17 Januari 1860 – 2 Juli 1904) adalah seorang penulis besar Rusia yang terkenal terutama karena cerpen-cerpen dan dramanya.<br />
<br />
Chekhov memang lebih dikenal di Rusia modern dengan ratusan cerpennya. Bahkan banyak di antara karya-karya cerpennya dianggap merupakan adikarya. <br />
<br />
Sementara dramanya, meskipun hanya sedikit -dan hanya
empat yang dianggap besar- mempunyai pengaruh yang besar dalam literatur
dan pertunjukan drama, khususnya terhadap drama abad ke-20.<br />
<br />
Dari Chekhov, banyak pengarang drama
kontemporer belajar bagaimana memanfaatkan suasana hati, hal-hal yang
kelihatannya tidak berarti dan inaksi (berdiam diri) untuk menyoroti psikologi batin para tokohnya.<br />
<br />
Keempat drama utama Chekhov - <i>Burung Camar</i>, <i>Paman Vanya</i>, <i>Tiga Saudari</i>, dan <i>Kebun Ceri</i>—seringkali ditampilkan kembali dalam pementasan-pementasan modern.<br />
<br />
Anton
Chekhov memang merupakan seorang penulis dan dramawan Rusia yang luar
biasa produktif. Dalam karya-karyanya, Chekhov menjelajahi banyak tema, antara
lain kemiskinan, tragedi, birokrasi, serta kehidupan sehari-hari budak
dan petani Rusia.<br />
<br />
Namanyanya memang tidak begitu dikenal di luar Rusia sampai setelah
Perang Dunia I. Namun setelah itu, hingga kini drama-drama Anton Chekhov banyak dipentaskan di seluruh dunia
oleh berbagai kelompok teater. <br />
<br />
<h2>
<b>3. Jean-Paul Sartre</b></h2>
<h2>
<b></b></h2>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><img alt="Daftar Tokoh Teater Dunia yang Wajib Kamu Ketahui" height="240" src="https://cdn.sindonews.net/dyn/620/atmaja/jean-paul_sartre.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" width="320" /></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Jean-Paul
Sartre, (1905-1980). FOTO/IST</td></tr>
</tbody></table>
<b>Jean-Paul Sartre</b> lahir di Paris, Perancis, 21 Juni 1905 – meninggal di Paris, 15 April 1980 pada umur 74 tahun adalah seorang filsuf dan penulis Perancis. Sartre menikah dengan seorang filsuf wanita bernama Simone de Beauvoir. <br />
<br />
Sartrelah yang dianggap mengembangkan aliran eksistensialisme. Sartre membuat pernyataan, eksistensi lebih dulu ada dibanding esensi <i>(L'existence précède l'essence)</i>.
Artinya, manusia akan memiliki esensi jika ia telah eksis terlebih
dahulu dan esensinya itu akan muncul ketika manusia mati. Dengan kata
lain, manusia tidak memiliki apa-apa saat dilahirkan dan selama hidupnya
ia tidak lebih hasil kalkulasi dari komitmen-komitmennya pada masa
lalu. Karena itu, menurut Sartre selanjutnya, satu-satunya landasan
nilai adalah kebebasan manusia <i>(L'homme est condamné à être libre)</i>.<br />
<br />
Pemikiran Sartre dianggap berasal
dari gagasan filsuf Edmund Husserl tentang kesadaran, kebebasan dan
eksistensialisme Heidegger. Meski demikian eksistensialisme Sartre adalah
orisinil. Popularitas kepengarangnya mencapai klimaks di tahun 1940an.
Dalam perkembangannya, tulisan teoretis, novel dan drama Sartre merupakan salah satu sumber
inspirasi utama sastra modern. <br />
<br />
Sartre kemudian mendapatkan Hadiah Nobel Sastra Pada tahun 1964. Meski demikian, Jean-Paul Sartre menolak pemberian Nobel Sastra tersebut. Ia meninggal dunia pada 15 April 1980 di sebuah rumah sakit di Broussais (Paris). Yang cukup menghebohkan, upacara pemakaman filsuf besar ini dihadiri kurang lebih 50.000 orang.<br />
<br />
Sartre banyak meninggalkan karya penulisan diantaranya berjudul <i>Being and Nothingness</i> atau <i>Ada dan Ketiadaan.</i><br />
<br />
<h2>
<b>4. Bertolt Brecht (1898-1956)</b></h2>
<h2>
<b></b></h2>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><img alt="Daftar Tokoh Teater Dunia yang Wajib Kamu Ketahui" height="320" src="https://cdn.sindonews.net/dyn/620/atmaja/bertolt_brecht.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" width="219" /></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Bertolt
Brecht. FOTO/IST</td></tr>
</tbody></table>
<b>Berthold Brecht</b> lahir di Augsburg, Kekaisaran Jerman, 10 Februari 1898 – meninggal di Mitte, Berlin Timur, Republik Demokratik Jerman, 14 Agustus 1956 pada umur 58 tahun. Ia merupakan seorang penyair dan penulis naskah drama yang berasal dari Jerman yang menuntut ilmu di bidang alam.<br />
<br />
Pada saat Nazi berkuasa di Jerman, Brecht melakukan perlawanan dalam hal pemikiran untuk menentang ideologi Nazi. Akan tetapi, karena dia diawasi terus oleh Gestapo, Brech melarikan diri ke Amerika Serikat.<sup> </sup><br />
<br />
Pada akhir Perang Dunia II, Brecht kembali ke Jerman dan tinggal disana sampai akhir hayat hidupnya.<br />
<br />
Bertolt
Brecht dikenal sebagai seorang penyair, dramawan, dan sutradara teater
berpengaruh abad ke-20 asal Jerman. Brecht membuat kontribusi sama
signifikan untuk dramaturgi dan produksi teater sejak usia 2 tahun.<br />
<br />
<h2>
<b>5. Edmond Rostand</b></h2>
<h2>
<b></b></h2>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><img alt="Daftar Tokoh Teater Dunia yang Wajib Kamu Ketahui" height="320" src="https://cdn.sindonews.net/dyn/620/atmaja/edmond_rostand.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" width="194" /></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Edmond
Rostand (1868-1918). FOTO/IST</td></tr>
</tbody></table>
<b>Edmond Eugène Alexis Rostand</b> 1 April 1868 - 2 Desember 1918) lahir di Marseille, Prancis, menjadi bagian dari keluarga Provençal yang kaya dan
berbudaya.<br />
<br />
Ayahnya adalah seorang ekonom, seorang penyair yang
menerjemahkan dan mengedit karya Catullus, dan juga seorang anggota
Akademi Marseille dan Institut de France. Dalam perjalanannya, Rostand pun banyak belajar sastra,
sejarah, dan filsafat di Collège Stanislas di Paris, Prancis.<br />
<br />
Rostand kemudian dikenal sebagai seorang penyair dan dramawan orang Prancis. Dia suka dengan neo-romantisme dan dikenal paling baik untuk permainannya<i> Cyrano de Bergerac</i>. Permainan romantis Rostand dengan teater naturalistik yang populer di akhir abad ke 19. Karya Rostand lainnya, <i>Les Romanesques,</i> disesuaikan dengan komedi musik <i>The Fantasticks</i>. <br />
<br />
<b></b>
<br />
<h2>
<b>6. Bernard Shaw</b></h2>
<h2>
<b></b></h2>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><img alt="Daftar Tokoh Teater Dunia yang Wajib Kamu Ketahui" height="320" src="https://cdn.sindonews.net/dyn/620/atmaja/bernard_shaw.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" width="320" /></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">George
Bernard Shaw (1856-1950). FOTO/IST</td></tr>
</tbody></table>
<b>George Bernard Shaw</b> lahir Dublin, 26 Juli 1856 – meninggal 2 November 1950 di Hertfordshire adalah penulis novel, esai, kritikus, politikus, dan orator Irlandia yang menetap di Inggris.<br />
<br />
<span class="reference-text">Shaw tidak pernah menggunakan nama
pertamanya "George" secara pribadi atau secara profesional dan sangat
tidak suka dipanggil "George". Ia lebih dikenal sebagai "Bernard Shaw"
sepanjang kariernya. Nama lengkapnya pun kemudian digunakan dalam berbagai referensi
sejak kematiannya.</span> <br />
<br />
Pada 18 Desember 1926, ia menolak hadiah uang ketika menerima Nobel Kesusasteraan (pada 1925) dan Academy Award for Writing Adapted .<br />
<br />
Saat Shaw menerima penghargaan dalam acara Alfred Nobel, ia mengatakan sesuatu yang terbilang kontroversial, "<b>Aku
bisa memaafkan atas acara Alfred Nobel yang mematikan ini, tetapi hanya
iblis berbentuk manusialah yang menerima Hadiah dari Nobel</b>".
Padahal ia yang lebih dikenal dunia sebagai seorang yang dramawan,
akibat memulai karier dalam kondisi frustasi karena kemiskinan<br />
<br />
Semasa mudanya, ia tidak pernah bersekolah di
sekolah formal, melainkan lebih memilih untuk belajar di lembaga
informal.<br />
<br />
Hal yang menarik adalah tentang keluasan pengetahuannya dan kemampuannya memprediksi apa yang akan terjadi dimasa mendatang.<br />
<br />
Sekaitan dengan kemampuannya memprediksi apa yang akan terjadi dimasa
mendatang serta dilihat dari keadaan sekarang, Bernard Shaw pernah
mengatakan dalam salah satu pidatonya yaitu <b><i>"Jika ada agama yang bisa menaklukkan Eropa dalam masa 100 tahun ke depan, maka agama tersebut adalah Islam"</i></b>.<br />
<br />
Dalam beberapa dekade setelah kematiannya, apa yang pernah
dilontarkannya pada saat pidato tersebut benar terjadi. Belakangan ini
Islam adalah agama yang pertumbuhanya paling pesat di Eropa. Ini mengacu
terhadap Screenplay (pada 1938 untuk <i>Pygmalion</i>).<br />
<br />
Selain pernyataannya yang kontroversi saat mendapatkan Hadiah Nobel, Shaw juga membuat pernyataan kontroversi terkait Injil. Sewaktu George membaca Kitab Suci Injil dengan teliti, ia mengatakan bahwa kitab tersebut adalah <b>"Kitab yang paling berbahaya di bumi. Jaga kitab tersebut dalam keadaan terkunci: larang anak-anak Anda membacanya."</b> serta pada <b>majalah The Plain Truth</b>, sebuah terbitan "World Church of Tomorrow," dalam salah satu artikelnya mengatakan, "<b>Banyak badan sensor akan memberi Injil rating X</b>."<br />
<br />
<br />Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9139764343241189361.post-85954819084935677032018-02-23T21:42:00.000-08:002018-03-03T00:03:02.922-08:00Wow, Inilah 5 Penyanyi Terkaya Dunia<b>ARUNGSENI</b> - Dalam dunia industri musik, persaingan yang sangat ketat juga terjadi. Meski begitu banyak juga bermunculan penyanyi-penyanyi yang sukses merilis album hingga menggelar berbagau konser, bahkan di berbagai negara. Apa pun yang mereka lakukan selalu menjadi perhatian publik. Tentu saja konsekuensinya, pundi-pundi uang mereka pun dengan mudah bertambah dan semakin memperkaya sang penyanyi.<br />
Untuk mengetahui kekayaan para penynyi itu, stiap tahunnya majalah Forbes merilis daftar penyanyi terkaya di dunia. Berikut 5 penyanyi yang kekayaannya berada di urutan teratas. <br />
<h2 class="article-content-body__item-title" data-component-name="desktop:read-page:article-content-body:section:pagetitle">
1. Beyonce</h2>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><img alt="Beyonce" class="read-page--photo-gallery--item__picture-lazyload lazyloaded" data-height="360" data-src="https://cdn0-a.production.images.static6.com/dNS6QO6xWKjNztsmqbrdQFbO454=/640x360/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(jpeg)/liputan6-media-production/medias/1779728/original/035281600_1511442578-Beyonce-performance-VMA.jpg" data-template-var="image" data-width="640" height="222" src="https://cdn0-a.production.images.static6.com/dNS6QO6xWKjNztsmqbrdQFbO454=/640x360/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(jpeg)/liputan6-media-production/medias/1779728/original/035281600_1511442578-Beyonce-performance-VMA.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" width="400" /></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>Beyonce (Dailymirror)</i></td></tr>
</tbody></table>
<br />
Dalam dafrtar majalah Forbes, nama Beyonce bertengger di posisi paling atas. Berdasarkan laporan , wanita seksi ini berhasil meraup keuntungan yang salah karya "Lemonade". Istri Jay Z itu ini ternyata mampu menggeser posisi Taylor Swift yang sebelumnya berada di posisi teratas.<br />
Berdasarkan data yang dikumpulkan Forbes, Beyonce berhasil membawa pulang US$ 105 juta atau sekitar Rp 1,4 triliun.<br />
Bertambahnya pundi-pundi Beyonce ini bukan hanya dari album, namun juga ditambah Beyonce juga sukses menggelar konser dunianya, “Formation World Tour". Tiket konser Beyonce ini laris terjual bak kacang goreng. Konsernya diserbu penonton.<br />
Bukan hanya itu, Beyone juga dianggap sebagai penyanyi wanita yang menjadi nominee terbanyak di penghargaan bergengsi Grammy dengan menyabet penghargaan Best R&B pada 2014. Secara keseluruhan, Beyonce berhasil meraih 46 nominasi sepanjang karirnya. Jumlah ini mengalahkan rekor Dolly Parton yang berhasil mendapatkan 45 nominasi.<br />
<h2 class="article-content-body__item-title" data-component-name="desktop:read-page:article-content-body:section:pagetitle">
2. Adele</h2>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><img class="read-page--photo-gallery--item__picture-img" height="225" src="https://cdn1-a.production.images.static6.com/-QNGvj3pBny0ZhynLpHPFSh1ekg=/640x360/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(jpeg)/liputan6-media-production/medias/1049800/original/37fad7bf839412f49e12324c16c004fd-041722900_1447139669-adele.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" width="400" /></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>Adele (theblondesalad.com)</i></td></tr>
</tbody></table>
<br />
Adele, berdasarkan daftar Forbes berada di posisi kedua dengan kekayaan sebanyak US$ 69 juta atau sekitar Rp Rp 933 miliar.<br />
Penyanyi asal Inggris ini berhasil mengumpulkan pundi-pundi dari berbagai sumber. Selain itu, Adele juga berhasil membawa pulang 59th Annual Grammy Awards berkat albumnya, 25. Bahkan Adele sukses menggelar konsernya, kendati sempat mengalami gangguan pita suara.<br />
Perempuan seksi ini juga pernah memecahkan rekor dunia dan terdaftar di <i>Guinness World</i> Records atas tujuh prestasinya di bidang musik internasional. Salah satunya yakni penjualan single terlaris "Rolling in the Deep" masing-masing di AS dan Inggris. Bahkan meraih penjualan album terlaris 21 di dua negara itu.<br />
Dalam perjalanan kariernya, Adele telah menjual lebih dari 20 juta keping rekaman. Bahkan banyak musisi yang takut untuk merilis album berbarengan karena khawatir tak laku. <br />
<h2 class="article-content-body__item-title" data-component-name="desktop:read-page:article-content-body:section:pagetitle">
3. Taylor Swift</h2>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><img class="read-page--photo-gallery--item__picture-img" height="225" src="https://cdn1-a.production.images.static6.com/O8ayKGp5KKx6goOxysSu3ZEX4UI=/640x360/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(jpeg)/liputan6-media-production/medias/1774209/original/052660200_1510996235-Taylor_Swift.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" width="400" /></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>Taylor Swift (Hawtceleb)</i></td></tr>
</tbody></table>
<br />
Di posisi ketiga, nama Taylor Swift bertengger dengan mengumpulkan US$ 44 juta atau setara dengan Rp 595 juta. Padahal, Taylor Swift belum lama merilis album barunya, <i>Reputation.</i><br />
Bahkan setiap kali Taylor Swift merilis karya baru, akan laris manis. Pada 2017, Taylor Swift yang merilis album baru berjudul <i>Reputation</i>, diserbu penikmat musik dengan angka penjualan 65 ribu keping, tiga hari setelah dirilis. Kini, lebih dari 100 ribu keping album <i>Reputation</i> yang berhasil terjual.<br />
Maka sangat wajar jika Taylor Swift berhasil menambah pundi-pundinya. Bahkan pada Juni 2015 hingga Juni 2016, Taylor Swift berhasil menduduki posisi teratas artis terkaya dunia dengan pendapatan US$ 170 juta atau Rp 2,2 triliun. Itu juga yang membawanya pada posisi puncak daftar 100 selebritas dengan pendapatan paling tinggi di dunia.<br />
<br />
<h2 class="article-content-body__item-title" data-component-name="desktop:read-page:article-content-body:section:pagetitle">
4. Celine Dion</h2>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><img class="read-page--photo-gallery--item__picture-img" height="180" src="https://cdn0-a.production.images.static6.com/cXysx7H55DvDkkmzYkl5V4I2B18=/640x360/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(jpeg)/liputan6-media-production/medias/1250313/original/066774600_1464685624-Celine_Dion.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" width="320" /></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>Celine Dion (Billboard)</i></td></tr>
</tbody></table>
<br />
Nama Celine Dion ternyata juga masih eksis di posisi 4 besar dalam daftar Formber. Salah seorang penyanyi wanita dengan kemampuan vokal yang memukau bahkan bisa menyanyi hingga 7 oktaf ini memiliki pendapatan sebesar US$ 42 juta atau Rp 566 miliar.<br />
Salah satu kesuksesan Celine Dion yang membuatnya berada di posisi ke-4 dalam daftar Forbes yakni single "My Heart Will Go On" yang menjadi sondtrack<i> Titanic</i>. Ini dianggap sebagai karya legendaris yang menjadikan pundi-pundi Celine Dion terus bertambah.<br />
Selain memiliki kekayaan yang fantastis, Celine Dion juga pernah meraih penghargaan platinum dari <i>The British Phonographic Industry</i>, berkat karya <i>Love Me Back to Life</i> yang dirilis 2013. Bahkan angka penjualan 300 ribu keping di Inggris Raya berhasil ditembusnya.<br />
Hebatnya lagi, minggu pertama, album tersebut bertengger di peringkat ke-3. Album yang menghadirkan single andalan yakni "Loved Me Back to Life" dan lagu duet dengan Ne-Yo, "Incredible" memang menjadi salah satu album yang sukses dalam karies Celine Dion. <br />
<br />
<h2 class="article-content-body__item-title" data-component-name="desktop:read-page:article-content-body:section:pagetitle">
5. Jennifer Lopez</h2>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><img class="read-page--photo-gallery--item__picture-img" height="177" src="https://cdn1-a.production.images.static6.com/rbez3yGsd4q9x3tNn1ca5uDSCTU=/640x355/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(jpeg)/liputan6-media-production/medias/1672273/original/054867700_1502176278-Jennifer_Lopez.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;" width="320" /></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><i>Jennifer Lopez (People)</i></td></tr>
</tbody></table>
<br />
Nama Jennifer Lopez, penyanyi seksi ini rupanya berada di posisi ke-5 Forbes. Berdasarkan daftar, Lopez memiliki pendapatan sebanyak US$ 38 juta atau sekitar Rp 512 miliar.<br />
Perjuangan Lopez di industri musik memang patut diacungi jempol. Ia memulai kariernya sebagai penyanyi terkenal dari bawah.<br />
Bahkan Lopez harus berkali-kali ikut audisi menari di kelab-kelab bergengsi di Los Angeles, Amerika Serikat, namun selalu gagal.<br />
Namun akhirnya Lopez berhasil mendapatkan peran pertamanya sebagai Myra dalam serial televisi <i>My Little Girl.</i> Ia pun memulai debut awalnya di dunia hiburan di usia 25 tahun. Ia juga bermain dalam beberapa film, antara lain; <i>Money Train</i>, <i>Jack</i>, dan <i>Mi Familia</i>. Namun dari semua film itu, tidak ada yang membuatnya terkenal.<br />
Nantilah pada film Selena tahun 1996 mengubah takdirnya yang membuatnya mendapat bayaran 1 miliar US Dollar, sekaligus menjadikan Lopez bintang film Latin dengan bayaran tertinggi. Film ini tak hanya membuatnya kaya raya, namun juga mulai melambungkan namanya. Tawaran film pun mulai mengalir yang membuatnya membintangi sederetan film, seperti Anaconda yang sukses meraih box office, dan <i>U-Turn.</i><br />
Kariernya pun terus menanjak hingga Jennifer Lopez sukses sebagai penyanyi papan atas dengan beberapa lagu yang berhasil dipopulerkannya, antara lain On the Floor, Let's Get Loud, Waiting for Tonight atau Dance Again.Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9139764343241189361.post-8525287269640400912018-02-23T16:07:00.001-08:002018-02-25T07:20:00.286-08:00Menengok Rohingya<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
<b>Puisi Idwar Anwar </b><br />
<br />
menengok Rohingya dari balik tirai</div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
hitam</div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
pekat</div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
darah mengalir</div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
mengukir sungai-sungai derita</div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
panjang</div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
berliku</div>
<br />
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
orang-orang menyabung nyawa</div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
di atas kapal-kapal kecil dan rapuh</div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
kaki-kaki menyeret langkah</div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
berjalan mengusung derita di atas kepala</div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
menenteng duka perih</div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
mengantar ke tepi tangis</div>
<br />
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
tapi maut tumbuh dimana-mana</div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
di setiap jengkal tanah</div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
di tiap udara yang dihirup</div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
menjalar dari ujung-ujung senjata para pembantai</div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
dan dari pekikan caci maki mulut-mulut penuh belatung</div>
<br />
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
badai telah mengoyak-ngoyak masa lalu</div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
menggiring bau anyir darah</div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
dari nadi-nadi terbakar</div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
dan luka-luka menganga</div>
<br />
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
menengok Rohingya dari tepi kenangan</div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
anak-anak menangis</div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
perempuan-perempuan menjinjing kecemasan</div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
pembataian menjadi potret darah</div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
terpampang di tiap jengkal tanah Rohingya</div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
orang-orang berlarian dirubung ketakutan</div>
<div style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0in;">
menghindar dari maut yang terus mengintai</div>
<div class="quads-location quads-ad2" id="quads-ad2" style="float: none; margin: 0px;">
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="pub-1769815067398202" data-ad-slot="5235551404" data-adsbygoogle-status="done" style="display: block; height: 0px; width: 735px;"><ins id="aswift_1_expand" style="background-color: transparent; border: none; display: inline-table; height: 0px; margin: 0; padding: 0; position: relative; visibility: visible; width: 735px;"><ins id="aswift_1_anchor" style="background-color: transparent; border: none; display: block; height: 0px; margin: 0; padding: 0; position: relative; visibility: visible; width: 735px;"></ins></ins></ins></div>
<br />
<i>makassar, 201</i><i>7</i><br />
<h4>
Baca juga: <a href="http://arung.co/sastra-rupa/cahaya-cahaya-di-atas-kepala-ibu/" rel="bookmark">Cahaya-cahaya di Atas Kepala Ibu: Cerpen Idwar Anwar</a></h4>
<h4>
Baca juga: <a href="http://arung.co/sastra-rupa/perempuan-yang-bersujud-di-depan-kabah/" rel="bookmark">Perempuan yang Bersujud di Depan Ka’bah: Cerpen Idwar Anwar</a></h4>
<h4>
Baca juga: <a href="http://arung.co/sastra-rupa/air-mata-ibu/" rel="bookmark">Air Mata Ibu: Cerpen Idwar Anwar</a></h4>
<h4>
Baca juga: <a href="http://arung.co/daerah/jelang-hari-jadi-dan-hari-perlawanan-rakyat-luwu-idwar-terbitkan-tiga-buku-tentang-luwu/" rel="bookmark">Jelang Hari Jadi dan Hari Perlawanan Rakyat Luwu, Idwar Terbitkan Tiga Buku Tentang Luwu</a></h4>
<br />
<b>IDWAR ANWAR</b>, alumni Sastra Universitas Hasanuddin.
Ketua Dewan Kesenian Palopo (2005-2015), Sekretaris DPC PDI Perjuangan
Palopo (2010-2015). BP Pemilu DPD PDI Perjuangan Sulsel, Badan
Kehormatan DPD PDI Perjuangan Sulsel (2015-2020), Sekretaris DPD Banteng
Muda Indonesia (BMI) Sulsel (2016-2020), dll.<br />
Sejak mahasiswa aktif menulis di berbagai media, sebagai peneliti,
penulis dan editor buku. Beberapa karyanya yang telah terbit antara
lain: <i>Zikir </i>(Kumpulan Sajak, 1997)<i>,</i> <i>Kado Cinta </i>(Kumpulan Sajak, 2010<i>), Mata Ibu </i>(Sehimpun Cerpen)<i>, Kota Tuhan </i>(Kumpulan Cerpen<i>), Ibu, Temani Aku Menyulam Surga </i>(Kumpulan Cerpen, 2002)<i>, Ensiklopedi Sejarah Luwu, Ensiklopedi Kebudayaan Luwu, Palopo dalam Spektrum Waktu, La Galigo: Turunnya Manusia Pertama </i>(Novel Jilid 1)<i>, La Galigo, Mutiara Tompoq Tikkaq </i>(Novel jilid 2<i>), La Galigo: Lahirnya Kembar Emas </i>(Novel jilid 3)<i>, Cerita Rakyat Tana Luwu </i>(Jilid 1)<i>,</i> <i>Cerita Rakyat, Nurani Rakyat </i>(Antologi Cerita Rakyat Sulawesi Selatan), Buku Teks Muatan Lokal Sejarah dan Kebudayaan Luwu untuk SD, SMP dan SMA, dll.<br />
Selain itu karyanya juga diterbitkan antara lain dalam buku <i>Melerai Jarak</i> (Antologi Cerpen Bersama) dan Antologi Puisi Bersama,<i> Kata-kata yang Tak Menua</i>, <i>Janji di Bulan Desember, Tentang Yang, dan Kata Harus Dibaca. </i>Nama Idwar juga terdapat dalam buku <i>Apa dan Siapa Penyair Indonesia</i> yang diterbitkan oleh Yayasan Hari Puisi Indonesia yang terbit Oktober 2017.Unknownnoreply@blogger.com0